34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 12:43 PM WIB

Diskusi Mahasiswa Dibubarkan, Tanda Demokrasi di Kampus Unud Mati?

DENPASAR – Lagi-lagi Rektor Universitas Udayana (Unud) Prof Dr dr AA Raka Sudewi Sp.S (K) dituding membatasi kebebasan berpendapat mahasiswa.

Atas perintahnya, rektor perempuan pertama di Universitas Udayana ini membubarkan diskusi mahasiswa di lingkungan kampusnya sendiri.

Pembubaran diskusi yang diinisiasi mahasiswa itu terjadi pada Senin (29/10) kemarin. “Saya mohon, tolong stop acara ini ya, dengan hormat,” kata petugas keamanan kampus di tengah mahasiswa sedang berkumpul.

“Dengan hormat, biar sama-sama menjaga etika, adik sebagai mahasiswa, saya sebagai petugas keamanan disini, saya menjembatani putusan rektor,

barusan saya ditelepon rektor, acara ini berakhir. Harus itu,” sambung sang petugas keamanan kampus Unud.

Beberapa kali petugas keamanan berlindung dibalik nama rektor. Hanya saja penyampainnya sedikit gemetaran. Tampak tekanan menghiasi wajah sang petugas tersebut.

“Pokoknya tidak ada izin. Pokoknya hari ini dibubarkan. Cari waktu – waktu yang tepat,” ujar petugas tersebut. Meski coba dilobi oleh mahasiswa, petugas keamanan kampus tetap berlindung dari perintah rektor.

Begitulah rekaman video yang tersebar di berbagai grup Whatsapp dan juga media sosial. Sayangnya, Raka Sudewi saat dihubungi radarbali.id, hingga berita ini ditulis, belum ada jawaban.

Kebijakan Prof Raka Sudewi membubarkan diskusi mahasiswa di kampus Unud bukan pertama kalinya. Dalam aksi demontrasi mahasiswa terkait RKUHP dan revisi UU KPK beberapa waktu lalu, ia juga sempat menjadi perhatian publik.

Sikapnya dianggap antidemokrasi karena mencoba memberikan tekanan kepada mahasiswa saat turun ke jalan.

Ia juga sempat memanggil mahasiswa yang ikut aksi karena membawa poster dengan nada kritikan kepada pemerintah.

Dalam wawancaranya terkait kasus tersebut, Prof Raka Sudewi menyebut sebagai hal yang wajar, layaknya hubungan dalam keluarga.

“Itu kan anak-anak saya. Kami kan orang tuanya. Hanya untuk mengklarifikasi saja. Sebagai orang tua terhadap anaknya.

Tanya, dan itu hal yang biasa. Saling mengingatkan dan saling menjaga,” katanya dalam acara di Kantor Gubernur Bali beberapa waktu lalu.

Meski begitu, sikap Prof Raka Sudewi dianggap pengengkangan terhadap kebebasan pendapat. Begitu halnya dalam kasus pembubaran diskusi yang terjadi di lingkungan Kampus Udayana sendiri. 

DENPASAR – Lagi-lagi Rektor Universitas Udayana (Unud) Prof Dr dr AA Raka Sudewi Sp.S (K) dituding membatasi kebebasan berpendapat mahasiswa.

Atas perintahnya, rektor perempuan pertama di Universitas Udayana ini membubarkan diskusi mahasiswa di lingkungan kampusnya sendiri.

Pembubaran diskusi yang diinisiasi mahasiswa itu terjadi pada Senin (29/10) kemarin. “Saya mohon, tolong stop acara ini ya, dengan hormat,” kata petugas keamanan kampus di tengah mahasiswa sedang berkumpul.

“Dengan hormat, biar sama-sama menjaga etika, adik sebagai mahasiswa, saya sebagai petugas keamanan disini, saya menjembatani putusan rektor,

barusan saya ditelepon rektor, acara ini berakhir. Harus itu,” sambung sang petugas keamanan kampus Unud.

Beberapa kali petugas keamanan berlindung dibalik nama rektor. Hanya saja penyampainnya sedikit gemetaran. Tampak tekanan menghiasi wajah sang petugas tersebut.

“Pokoknya tidak ada izin. Pokoknya hari ini dibubarkan. Cari waktu – waktu yang tepat,” ujar petugas tersebut. Meski coba dilobi oleh mahasiswa, petugas keamanan kampus tetap berlindung dari perintah rektor.

Begitulah rekaman video yang tersebar di berbagai grup Whatsapp dan juga media sosial. Sayangnya, Raka Sudewi saat dihubungi radarbali.id, hingga berita ini ditulis, belum ada jawaban.

Kebijakan Prof Raka Sudewi membubarkan diskusi mahasiswa di kampus Unud bukan pertama kalinya. Dalam aksi demontrasi mahasiswa terkait RKUHP dan revisi UU KPK beberapa waktu lalu, ia juga sempat menjadi perhatian publik.

Sikapnya dianggap antidemokrasi karena mencoba memberikan tekanan kepada mahasiswa saat turun ke jalan.

Ia juga sempat memanggil mahasiswa yang ikut aksi karena membawa poster dengan nada kritikan kepada pemerintah.

Dalam wawancaranya terkait kasus tersebut, Prof Raka Sudewi menyebut sebagai hal yang wajar, layaknya hubungan dalam keluarga.

“Itu kan anak-anak saya. Kami kan orang tuanya. Hanya untuk mengklarifikasi saja. Sebagai orang tua terhadap anaknya.

Tanya, dan itu hal yang biasa. Saling mengingatkan dan saling menjaga,” katanya dalam acara di Kantor Gubernur Bali beberapa waktu lalu.

Meski begitu, sikap Prof Raka Sudewi dianggap pengengkangan terhadap kebebasan pendapat. Begitu halnya dalam kasus pembubaran diskusi yang terjadi di lingkungan Kampus Udayana sendiri. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/