32.8 C
Jakarta
21 November 2024, 16:16 PM WIB

Beberkan Ajaran Bung Karno, Sudirta: Kader adalah Otot, Biji Mata dan Otak Partai

DENPASAR – Kader partai PDI Perjuangan diminta untuk siap menjadi ‘’otot, biji mata dan otak partai’’, terkait pemenangan partai serta mempertahankan kemenangan partai dalam pemilu serentak tahun 2024 mendatang. Wayan Sudirta, SH, MH, menegaskan hal itu saat tampil sebagai ‘’keynote speaker’’ dalam Pelatihan Pelatih Saksi Daerah dengan tema ‘’Mempertahankan Kemenangan dalam Pemilu Serentak Tahun 2014,’’Sabtu (29/10), di Denpasar.

Pelatihan Pelatih diselenggarakan oleh BSPN (Badan Saksi Pemilu Nasional) DPD PDI Perjuangan di Bali, dihadiri lebih dari 100 orang peserta, kader-kader PDI Perjuangan dari PAC di Kabupaten Karangasem, Klungkung dan Bangli. Dari BSPN Pusat hadir M. Sirottudin, Franditya Utomo, dan Putu Bravo Timothy, SH, sebagai pemateri pelatihan, dan kepanitiaan dipimpin Anak Agung Ngurah Adi Ardana, ST, dengan kepanitiaan yang ramping dan gesit berjumlah 18 orang, dan diagendakan dipandu oleh 18 pelatih dalam beberapa tahap. Acara berlangsung meriah dan penuh semangat. Acara dibuka resmi oleh Ketua DPD PDI Perjuangan, diwakili oleh Made Supartha, SH, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Bali.

Sudirta yang juga anggota Komisi III DPR RI, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, Wakil Kepala Sekolah Partai dan Wakil Kepala Badiklatpus memaparkan nilai-nilai historis dari kepeloporan Bung Karno sebagai pejuang yang mengantarkan Indonesia sampai ke proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sebagai penggali nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945 yang sudah final legitimasi historis dan hukumnya dengan adanya  Keppres No. 24 Tahun 2016, juga penerus kepeloporannya yang menurun pada Megawati Soekarnoputri yang mendirikan PDI Perjuangan yang mengkritisi kediktatoran Orde Baru, dengan semangat untuk menjadikannya sebagai partai pelopor yang dibangun dengan sistem teknologi yang canggih. Bagi kader-kader PDI Perjuangan, kepeloporan dan perjuangan Bung Karno punya makna sejarah sangat penting sebagai fondasi terbentuknya RI yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.

Hal itu dipandang penting untuk mempertahankan kemenangan PDI Perjuangan dalam Pemilu Serentak 2024, yang salah satu cara mencapainya adalah dengan mewujudkan 5 Mantap PDI Perjuangan: Mantap Ideologi, Mantap Organisasi, Mantap Program, Mantap Kader, Mantap Sumber Daya.’’ Dan inti penting dari 5 mantap tadi adalah mewujudkan kegotongroyongan dalam membangun partai. Dengan gotong royong, pasti tidak akan berat dan optimis bisa mempertahankan kemenangan PDI Perjuangan dalam pemilu 2024.

‘’Kader-kader yang berjuang di akar rumput, sering kita dengar aspirasinya, agar kader yang sudah duduk di eksekutif maupun legislatif, jangan lupa memberi perhatian ke kader yang ada di ranting dan anak ranting, tunjukkan kegotongroyongan itu dengan memberi perhatian, jangan susah ditelepon dan ditemui, jangan datangnya menjelang pemilihan saja…begitu keluh kesah mereka,’’ kata Sudirta, mengingatkan dan mengajak kader ‘’Banteng’’ benar-benar bergotong royong secara nyata, sesuai aspirasi kader yang karena ada di akar rumput, melayani aspirasi masyarakat secara sukarela tanpa imbalan apapun.

Sudirta menekankan pentingnya ajaran Bung Karno yang diteruskan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri dengan dengan partai PDI Perjuangan, untuk mengembangkan partai dengan menjadi kader partai, sesuai ajaran Bung Karno. Mengutip Bung Karno, ditegaskan bahwa kader partai adalah ‘’otot partai, biji mata partai, otak partai.’’ Artinya harus bersedia bekerja kapanpun partai membutuhkan, harus dapat melihat dan memetakan kondisi organisasi internal dan eksternal partai, dan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi partai, sampai pada akhirnya setiap kader harus bersedia menjadi pimpinan partai, urai Sudirta.

Saat membangun partai PDI Perjuangan di era reformasi, Megawati Soekarnoputri mempertegas kepeloporan itu masuk dalam pasal 17 ayat 4 ART, yang intinya menyangkut perihal bagaimana menata dan memantapkan mekanisme organisasi, menyusun kebijakan umum rekrutmen anggota, menyusun kebijakan umum pengembangan organisasi, pembinaan dan penguatan komunitas-komunitas juang partai.

Sudirta mengutip ajaran Bung Karno yang diteruskan Megawati Soekarnoputri tentang konsep partai pelopor untuk partai moncong putih itu. Antara lain sebagai partai yang efektif menciptakan kesejahteraan rakyat, memiliki disiplin organisasi ideologi, teori, tindakan dan disiplin gerakan, menjadikan rakyat sebagai cakrawati perjuangan, rakyat sebagai sumber sekaligus muara perjuangan partai, dan seluruh disiplin itu bisa ada bila partai punya pemimpin yang mampu menciptakan sekaligus menjalankan gagasan dalam organisasi.

Sudirta mengakui, bahwa sampai sekarang, kesejahteraan sosial memang belum sepenuhnya terealisasi, walaupun kerja keras Presiden Joko Widodo dan sejumlah partai yang mendapat titipan aspirasi rakyat untuk membangun negara yang pro-rakyat kecil, sudah banyak dilakukan. Diantaranya ada amandemen UUD 1945, tapi disana-sini sejumlah regulasi, seperti UU pertambangan, UU Kehutanan, UU PMA, UU Perkebunan, misalnya, tidak memihak keadilan sosial untuk rakyat kecil.

‘’Keadilan sosial dan kesejahteraan belum sepenuhnya terwujud, karena setelah proklamasi, Indonesia tidak bisa langsung fokus membangun. Ada beberapa kali pemberontakan dan separatisme, lalu rezim Orde Baru yang bukannya menerapkan Pancasila untuk keadilan sosial, tetapi menjadikannya jargon untuk kepentingan politik kekuasaan semata-mata,’’ kata Sudirta.

Menurut Sudirta, Ibu Megawati dan PDI Perjuangan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya para kader, yang nantinya akan bertugas sebagai legitlatif ataupun eksekutif, dibentuk sekolah partai. Tujuannya untuk membangun kualitas kader menjadi sumberdaya yang cerdas, selain punya karakter dan ideologi yang kuat. Kecerdasan bisa dibentuk melalui sekolah partai, serta membangun kualitas melalui referensi seperti buku Sam Kok, Zun Tzu, Mahabharata, Ramayana dan buku-buku lainnya.

‘’Bung Karno dan Bu Megawati sudah membuktikan kepemimpinan beliau, membangun partai pelopor, yang kalau kita baca dalam buku-buku legendaris tentang kepemimpinan sangat mirip isinya:  perluas jaringan dengan berkoalisi, seribu kawan belumlah cukup, tapi satu lawan sudah banyak, rangkul lah lawan sebagai strategi taktis, jangan bertempur secara terbuka sebelum dalam posisi dan kondisi pasti menang, memecah kekuatan kompetitor, sebagaimana ajaran Sam Kok, dan ajaran lain dari Zun Tzu, Confusius, dan lainnya…yang relevan untuk membangun partai, termasuk dalam strategi pemenangan dalam pemilu serentak tahun 2024 nanti,’’ beber Sudirta. (feb/rid)

DENPASAR – Kader partai PDI Perjuangan diminta untuk siap menjadi ‘’otot, biji mata dan otak partai’’, terkait pemenangan partai serta mempertahankan kemenangan partai dalam pemilu serentak tahun 2024 mendatang. Wayan Sudirta, SH, MH, menegaskan hal itu saat tampil sebagai ‘’keynote speaker’’ dalam Pelatihan Pelatih Saksi Daerah dengan tema ‘’Mempertahankan Kemenangan dalam Pemilu Serentak Tahun 2014,’’Sabtu (29/10), di Denpasar.

Pelatihan Pelatih diselenggarakan oleh BSPN (Badan Saksi Pemilu Nasional) DPD PDI Perjuangan di Bali, dihadiri lebih dari 100 orang peserta, kader-kader PDI Perjuangan dari PAC di Kabupaten Karangasem, Klungkung dan Bangli. Dari BSPN Pusat hadir M. Sirottudin, Franditya Utomo, dan Putu Bravo Timothy, SH, sebagai pemateri pelatihan, dan kepanitiaan dipimpin Anak Agung Ngurah Adi Ardana, ST, dengan kepanitiaan yang ramping dan gesit berjumlah 18 orang, dan diagendakan dipandu oleh 18 pelatih dalam beberapa tahap. Acara berlangsung meriah dan penuh semangat. Acara dibuka resmi oleh Ketua DPD PDI Perjuangan, diwakili oleh Made Supartha, SH, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Bali.

Sudirta yang juga anggota Komisi III DPR RI, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, Wakil Kepala Sekolah Partai dan Wakil Kepala Badiklatpus memaparkan nilai-nilai historis dari kepeloporan Bung Karno sebagai pejuang yang mengantarkan Indonesia sampai ke proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sebagai penggali nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945 yang sudah final legitimasi historis dan hukumnya dengan adanya  Keppres No. 24 Tahun 2016, juga penerus kepeloporannya yang menurun pada Megawati Soekarnoputri yang mendirikan PDI Perjuangan yang mengkritisi kediktatoran Orde Baru, dengan semangat untuk menjadikannya sebagai partai pelopor yang dibangun dengan sistem teknologi yang canggih. Bagi kader-kader PDI Perjuangan, kepeloporan dan perjuangan Bung Karno punya makna sejarah sangat penting sebagai fondasi terbentuknya RI yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.

Hal itu dipandang penting untuk mempertahankan kemenangan PDI Perjuangan dalam Pemilu Serentak 2024, yang salah satu cara mencapainya adalah dengan mewujudkan 5 Mantap PDI Perjuangan: Mantap Ideologi, Mantap Organisasi, Mantap Program, Mantap Kader, Mantap Sumber Daya.’’ Dan inti penting dari 5 mantap tadi adalah mewujudkan kegotongroyongan dalam membangun partai. Dengan gotong royong, pasti tidak akan berat dan optimis bisa mempertahankan kemenangan PDI Perjuangan dalam pemilu 2024.

‘’Kader-kader yang berjuang di akar rumput, sering kita dengar aspirasinya, agar kader yang sudah duduk di eksekutif maupun legislatif, jangan lupa memberi perhatian ke kader yang ada di ranting dan anak ranting, tunjukkan kegotongroyongan itu dengan memberi perhatian, jangan susah ditelepon dan ditemui, jangan datangnya menjelang pemilihan saja…begitu keluh kesah mereka,’’ kata Sudirta, mengingatkan dan mengajak kader ‘’Banteng’’ benar-benar bergotong royong secara nyata, sesuai aspirasi kader yang karena ada di akar rumput, melayani aspirasi masyarakat secara sukarela tanpa imbalan apapun.

Sudirta menekankan pentingnya ajaran Bung Karno yang diteruskan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri dengan dengan partai PDI Perjuangan, untuk mengembangkan partai dengan menjadi kader partai, sesuai ajaran Bung Karno. Mengutip Bung Karno, ditegaskan bahwa kader partai adalah ‘’otot partai, biji mata partai, otak partai.’’ Artinya harus bersedia bekerja kapanpun partai membutuhkan, harus dapat melihat dan memetakan kondisi organisasi internal dan eksternal partai, dan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi partai, sampai pada akhirnya setiap kader harus bersedia menjadi pimpinan partai, urai Sudirta.

Saat membangun partai PDI Perjuangan di era reformasi, Megawati Soekarnoputri mempertegas kepeloporan itu masuk dalam pasal 17 ayat 4 ART, yang intinya menyangkut perihal bagaimana menata dan memantapkan mekanisme organisasi, menyusun kebijakan umum rekrutmen anggota, menyusun kebijakan umum pengembangan organisasi, pembinaan dan penguatan komunitas-komunitas juang partai.

Sudirta mengutip ajaran Bung Karno yang diteruskan Megawati Soekarnoputri tentang konsep partai pelopor untuk partai moncong putih itu. Antara lain sebagai partai yang efektif menciptakan kesejahteraan rakyat, memiliki disiplin organisasi ideologi, teori, tindakan dan disiplin gerakan, menjadikan rakyat sebagai cakrawati perjuangan, rakyat sebagai sumber sekaligus muara perjuangan partai, dan seluruh disiplin itu bisa ada bila partai punya pemimpin yang mampu menciptakan sekaligus menjalankan gagasan dalam organisasi.

Sudirta mengakui, bahwa sampai sekarang, kesejahteraan sosial memang belum sepenuhnya terealisasi, walaupun kerja keras Presiden Joko Widodo dan sejumlah partai yang mendapat titipan aspirasi rakyat untuk membangun negara yang pro-rakyat kecil, sudah banyak dilakukan. Diantaranya ada amandemen UUD 1945, tapi disana-sini sejumlah regulasi, seperti UU pertambangan, UU Kehutanan, UU PMA, UU Perkebunan, misalnya, tidak memihak keadilan sosial untuk rakyat kecil.

‘’Keadilan sosial dan kesejahteraan belum sepenuhnya terwujud, karena setelah proklamasi, Indonesia tidak bisa langsung fokus membangun. Ada beberapa kali pemberontakan dan separatisme, lalu rezim Orde Baru yang bukannya menerapkan Pancasila untuk keadilan sosial, tetapi menjadikannya jargon untuk kepentingan politik kekuasaan semata-mata,’’ kata Sudirta.

Menurut Sudirta, Ibu Megawati dan PDI Perjuangan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya para kader, yang nantinya akan bertugas sebagai legitlatif ataupun eksekutif, dibentuk sekolah partai. Tujuannya untuk membangun kualitas kader menjadi sumberdaya yang cerdas, selain punya karakter dan ideologi yang kuat. Kecerdasan bisa dibentuk melalui sekolah partai, serta membangun kualitas melalui referensi seperti buku Sam Kok, Zun Tzu, Mahabharata, Ramayana dan buku-buku lainnya.

‘’Bung Karno dan Bu Megawati sudah membuktikan kepemimpinan beliau, membangun partai pelopor, yang kalau kita baca dalam buku-buku legendaris tentang kepemimpinan sangat mirip isinya:  perluas jaringan dengan berkoalisi, seribu kawan belumlah cukup, tapi satu lawan sudah banyak, rangkul lah lawan sebagai strategi taktis, jangan bertempur secara terbuka sebelum dalam posisi dan kondisi pasti menang, memecah kekuatan kompetitor, sebagaimana ajaran Sam Kok, dan ajaran lain dari Zun Tzu, Confusius, dan lainnya…yang relevan untuk membangun partai, termasuk dalam strategi pemenangan dalam pemilu serentak tahun 2024 nanti,’’ beber Sudirta. (feb/rid)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/