GIANYAR – Warga Banjar Patas, Desa Taro, Kecamatan Tegalalang kembali mengadakan tradisi Nyacen. Yakni membuat banten atau sarana upacara yang terdiri dari berbagai hasil panen.
Aneka hasil panen itu digantung di pura sebagai wujud bakti dan ungkapan terima kasih kepada Tuhan.
Penyarikan Desa Pakraman Patas, I Ketut Wija, menyatakan tradisi ini berlangsung secara turun temurun sejak dahulu kala.
“Tradisi ini berlangsung setiap sasih Kapitu sampai Kawulu. Untuk waktunya, ditetapkan oleh prajuru atas kesepakatan warga dalam menggelar tradisi ini,” ujar I Ketut Wija.
Yang unik dari tradisi itu dengan menyertakan banten Tegenan yang berisi beraneka macam hasil panen. Adapun hasil panen yang digantung berupa buah, seperti jeruk, salak, nanas, pisang dan aneka buah lainnya sesuai kemampuan masyarakat.
Buah-buahan itu dirangkai menjadi satu dengan berbagai jenis jajan, seperti jajan gina berbahan beras ketan, jajan kiping, kajan penyon dan lainnya.
Selain itu, juga disertakan berbagai olahan daging, diantaranya sate, ayam panggang, maupun sosis babi. Yang tak kalah penting, disertakan, base atau daun sirih yang gulung terbungkus daun.
Bahan itu biasanya diletakkan di antara rangkaian banten Tegenan. Selanjutnya, aneka hasil panen itu digantungkan di pura desa setempat.
“Ini sebagai bentuk syukur dan persembahan warga kepada leluhur atas hasil panen yang diberikan selama kurun waktu satu tahun masyarakat yang mayoritas menjadi petani dan masih menggarap lahannya dengan baik,” terangnya.
Pihaknya berharap, usai upacara ini, bisa kembali memperoleh hasil yang lebih baik. “Setiap tahun tradisi ini selalu di gelar warga dan diikuti oleh seluruh warga adat.
Dalam perkembangannya, sebelumnya dalam satu pekarangan dibuat hanya satu banten Tegenan,” jelasnya.
Kali ini yang berbeda, satu pekarangan bisa membuat lebih dari satu banten Tegenan. “Karena jumlah keluarga yang terus bertambah
dan semuanya ingin mendapat kesempatan mempersembahkan secara langsung kepada leluhurnya,” tukasnya.