DENPASAR – Mepetnya jadwal gelaran antara PON XX/2021 di Papua yakni 2-15 Oktober dengan SEA Games Vietnam 21 November – 2 Desember tahun depan, dinilai riskan terhadap atlet nasional asal Bali.
KONI Bali sendiri tampaknya sekarang mulai memperhitungkan dan mempertimbangkan jadwal pertandingan yang mepet tersebut.
Mereka meminta atlet nasional asal Bali yang bertarung di PON, SEA Games, dan bahkan Olimpiade agar jangan sampai cedera terutama saat berlaga di PON Papua.
Menurut Ketum KONI Bali I Ketut Suwandi, dua even nasional dan internasional tersebut memang sangat riskan terjadinya cedera pada atlet nasional Bali. Terutama di PON karena even tersebut lebih dulu digelar.
“Saya minta atlet nasional dari Bali jangan sampai cedera di PON karena nantinya bakal berlaga di SEA Games Vietnam.
Ya, memang harus berprestasi di kedua even itu untuk mengharumkan nama Bali di level nasional maupun internasional,” ucapnya.
Dia melanjutkan, atlet nasional tersebut di PON Papua memang tetap harus fight dan meraih medali emas namun tetap juga harus berhati-hati jangan sampai mengalami hal tak diinginkan seperti cedera.
“Kalau cedera ringan saja dan bisa pulih total maksimal dua minggu saya rasa masih bisa fight lagi di SEA Games Vietnan. Namun, kalau cedera parah ini yang tidak kami mau.
Pasalnya, dua even itu sangat penting bagi atlet nasional terutama yang belum bekerja,” tambah mantan Ketua KONI Badung itu.
Lanjutnya, jika ada atlet nasional dari Bali belum bekerja dan mampu meraih medali terutama emas, maka akan bisa mudah untuk bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) atau PNS.
“Kan pemerintah sudah memberlakukan semua itu dan sudah banyak atlet atau pelatih nasional dari Bali yang sudah menjadi ASN karena prestasinya,” ungkapnya.
“Makanya saya minta kepada atlet agar bisa berprestasi seperti itu di dua even nasional dan internasional itu,” tegas Suwandi.
Hanya saja, menurut Ketua Umum KONI Bali dua periode tersebut, persoalan bagaimana recovery setelah atlet nasional turun di PON dan dipanggil pelatnas,
maka ranah perhatian atlet sudah di KONI pusat. “Kalau itu sudah wewenang pusat dan kami hanya bisa memantau saja,” tuturnya.