DENPASAR – Peluang lifter putri Bali Luh Sinta Darmariani untuk bisa melenggang ke PON untuk kelima kalinya secara beruntun tampaknya semakin tipis.
Pasalnya, Sinta sudah tidak menjadi bagian dari Pelatda Bali dan kemungkinan untuk tampil di PON XX/2020, Papua, cukup tipis dan bisa saja hilang.
Padahal, di empat edisi PON sebelumnya, Sinta selalu meraih medali emas. Mulai dari PON 2004 hingga 2016 dia berhasil meraih emas di tiga kelas yang berbeda yakni kelas 63 kg, 69 kg, dan 75 kg.
Untuk saat ini, Sinta menyibukkan diri unutk mengikuti kursus kepelatihan pusat dari PB PABBSI di Jakarta pada tanggal 9-14 Desember lalu yang bekerjasama dengan Kemenpora.
“Pelatihan dasar level I ini tujuannya agar paham bagaimana menjadi seorang pelatih dengan teori dasar-dasar kepelatihan, ilmu gizi dan mental. Sasarannya adalah usia dini yang memang benar-benar mengawali angkat besi,” ujar Sinta Darmariani.
Sinta menambahkan,kursus kepalatiahn ini adalah program dari PB PABBSI untuk mendata lifter-lifter potensial Indonesia yang bisa diproyeksikan menjadi pelatih.
Tentunya lifter-lifter tersebut termasuk Sinta harus mengawali profesi barunya sebagai pelatih dari awal atau mengawalinya dari tingkat dasar.
Tidak tanggung-tanggung, pengajarnya sendiri adalah Greg Wilson dari Australia dan Mr. Avenas Pandoo dari Afrika Selatan.
Kursus kepelatihan ini juga masuk di database internasional dan sertifikatnya langsung diberikan dari Hungaria.
“Tujuan PB PABBSI itu ingin nomor angkat besi bisa terus berkembang dan merata di semua provinsi di Indonesia.
Nah, kebetulan saya kan memang sekarang tidak aktif jadi atlet, makanya dihubungi oleh PB PABBSI untuk ikut pelatihan itu,” ujarnya.