DENPASAR – Sudah tiga bulan 21 karateka penghuni pelatnas melakukan pemusatan latihan di Bali. Mereka semua dipersiapkan untuk SEA Games 2021, Hanoi.
Dari 21 karateka, 8 di antaranya dipersiapkan untuk World Olympic Qualification Tournament di Paris, Perancis pada Juni mendatang.
Dari 8 karateka, 4 di antaranya dipersiapkan di Karate 1-Premier League 2021 di Rabat, Maroko.
Kebetulan karateka asal Pulau Dewata Cok Istri Agung Sanistia Rani ikut ambil bagian dalam dua turnamen tersebut termasuk SEA Games 2021.
Turun di kelas kumite -55 kg putri, Coki sapaan akrabnya terus menggenjot latihan. Apalagi peluangnya untuk bisa lolos ke Olimpiade Tokyo tahun ini terbuka lebar.
Sejauh ini dia bertengger diperingkat ke-13 World Karate Federation (WKF). Hanya butuh kenaikan satu tingkat lagi untuk
lolos ke Olimpiade karena syarat karateka dari masing-masing kelas untuk berlaga di Olimpiade dalah bertengger di 12 besar.
“Optimisme tentu ada. Sekarang bagaimana kami bisa menjaga stabilitas fisik, mental dan performa. Menjaga stabilitas itu yang susah.
Tapi, dari hati kecil saya, saya tetap optimis bisa lolos ke Olimpiade. Jujur, kami tidak terlalu bagus dari segi fisik saat awal-awal pelatnas kemarin.
Namun, semenjak akhir Desember, mulai ada peningkatan yang pesat,” terang Coki saat diwawancarai usai latihan di Lapangan Tenis Indoor GOR Praja Raksaka.
“Semenjak Januari, fokusnya ada di 60 persen teknik dan 40 persen fisik. Ini yang untuk karateka di Pra-Olympic,” tambahnya.
Lepas dari persiapannya, karateka asal Klungkung tersebut senang pelatnas dilakukan di Bali. Tentu ada perbedaan karena biasanya dilakukan di Jakarta dan daerah lain.
“Lebih enak di rumah sendiri. Saya bisa menikmati kampung halaman. Sudah tahu juga kondisinya di Bali.
Biasanya kan saya yang merantau, sekarang mereka (karateka Pelatnas) yang gentian merantau. Hehehehe,” ucapnya.
Namun, berada di kampung halaman, ada kemungkinan lebih sulit untuk mengatur pola makan. Peraih medali Perunggu di Asian Games 2018, Jakarta – Palembang tersebut sadar akan hal tersebut.
Pola makan bisa tidak terjaga. Tapi, dia mengaku harus bersikap profesional sebagai atlet. Apalagi menurutnya, pola makan sangat dijaga mulai awal tahun ini.
“Tidak boleh ada yang berat badannya naik. Berat badan harus masuk karena kalau tidak, ada konsekuensinya. Tapi, tidak masalah jajan diluar. Kami disini profesional saja.
Namanya selera, tidak mungkin mengurangi makan. Kalau tidak, mood jadi berantakan. Yang jelas, kami harus tanggung jawab dan yang penting timbangan masuk,” tutupnya.