26.9 C
Jakarta
27 April 2024, 3:22 AM WIB

Wacana Wajah, Cara Mahasiswa Undikhsa Mengeksplorasi Keindahan, Wow…

SINGARAJA – Aktifitas seni rupa di Kabupaten Buleleng kembali menggeliat. Menyusul pameran seni rupa yang digelar oleh mahasiswa jurusan seni rupa di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja.

Sebanyak 24 orang mahasiswa menggelar pameran di Ruang Studio Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Undiksha.

Mereka menghadirkan total 125 buah karya yang terdiri atas karya seni lukis, seni grafis, seni fotografi, serta seni kriya.

Pameran itu dijadwalkan berlangsung hingga Sabtu (30/6) besok. Pameran bertajuk “Wacana Wajah” itu merupakan bagian dari tugas akhir bagi mahasiswa seni rupa di Undiksha Singaraja.

Mereka harus mengekspresikan karya-karya mereka, dan menghadirkannya di ruang publik.

Dalam pameran tersebut, ada total ada 25 buah karya seni lukis, 15 buah seni fotografi, 15 buah seni grafis, dan 40 buah seni kriya.

Seni kriya yang dihadirkan pun bermacam-macam. Mulai dari kriya kayu, kriya keramik, kriya logam, hingga kriya tekstile.

Sejumlah karya seni lukis yang dihasilkan mahasiswa, menarik untuk dicermati. Salah satunya karya Angga Junawan. Ia menghadirkan lima buah lukisan yang diberikan judul Kota Adalah Mesin.

Seluruh karyanya dibuat dengan media cat minyak pada kanvas. Dua karya diantaranya berukuran 120×90 centimeter, dua karya berukuran 100×80 centimeter, dan sebuah karya berukuran 135×85 centimeter.

Dalam karya-karya itu, Angga menghadirkan karya yang cukup presisi. Ia menghadirkan kehidupan kota secara detail.

Hanya saja bagian-bagian kota, dihadirkan dalam bentuk bagian-bagian mesin. Karya Angga sekaligus bentuk kritik bagi kehidupan kota yang begitu monoton dan mekanis, selayaknya gerakan mesin.

Selain itu karya Avif Fikri juga menarik disimak. Avif menghadirkan lima karya berjudul “Kehidupan Pedagang Kaki Lima”. Seluruh karyanya dibuat menggunakan media pensil pada kertas.

Secara detail Avif berusaha merekam kehidupan pedagang kaki lima, terutama di pasar. Uang kertas yang biasanya menghadirkan gambar pemandangan atau tokoh pahlawan, dijadikan inspirasi.

Alih-alih menghadirkan gambar pemandangan, Avif menghadirkan kehidupan pada pedangang kaki lima melalui media uang kertas.

Karya Avif juga menjadi semacam metafora kehidupan pedagang kaki lima yang terus berusaha mempertahankan kehidupan mereka yang sederhana.

Uniknya lagi, Avif menghadirkan lima karya dalam ukuran yang berbeda. Ukuran itu disesuaikan dengan nilai mata uang yang ada.

Untuk mata uang Rp 2.000 ia menghadirkan ukuran 30×20 centimeter, untuk uang Rp 5.000 berukuran 40×30 centimeter,

uang Rp 10ribu berukuran 60×35 centimeter, uang 20ribu berukuran 70×40 centimeter, dan uang Rp 50ribu berukuran 90×50 centimeter.

Dosen Seni Rupa Undiksha Singaraja, Hardiman mengatakan, persoalan wacana tubuh memang cukup mengemuka dari karya-karya para mahasiswa.

Maklum saja, wacana itu menjadi inti dari persoalan bentuk yang menggairahkan bagi banyak seniman. Sehingga “Wacana Tubuh” pun dipilih menjadi tema pameran.

Menurut Hardiman, para mahasiswa dalam karya-karyanya, lebih berhadapan pada persoalahan bahasa dan teks visual. Ketimbang dengan persoalan hal apa yang akan dikemukakan.

“Bukan berarti mereka tidak tertarik pada materi apa yang ingin diucapkan. Tetapi mereka lebih punya perhatian pada cara mengucapkannya,” kata Hardiman. 

SINGARAJA – Aktifitas seni rupa di Kabupaten Buleleng kembali menggeliat. Menyusul pameran seni rupa yang digelar oleh mahasiswa jurusan seni rupa di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja.

Sebanyak 24 orang mahasiswa menggelar pameran di Ruang Studio Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Undiksha.

Mereka menghadirkan total 125 buah karya yang terdiri atas karya seni lukis, seni grafis, seni fotografi, serta seni kriya.

Pameran itu dijadwalkan berlangsung hingga Sabtu (30/6) besok. Pameran bertajuk “Wacana Wajah” itu merupakan bagian dari tugas akhir bagi mahasiswa seni rupa di Undiksha Singaraja.

Mereka harus mengekspresikan karya-karya mereka, dan menghadirkannya di ruang publik.

Dalam pameran tersebut, ada total ada 25 buah karya seni lukis, 15 buah seni fotografi, 15 buah seni grafis, dan 40 buah seni kriya.

Seni kriya yang dihadirkan pun bermacam-macam. Mulai dari kriya kayu, kriya keramik, kriya logam, hingga kriya tekstile.

Sejumlah karya seni lukis yang dihasilkan mahasiswa, menarik untuk dicermati. Salah satunya karya Angga Junawan. Ia menghadirkan lima buah lukisan yang diberikan judul Kota Adalah Mesin.

Seluruh karyanya dibuat dengan media cat minyak pada kanvas. Dua karya diantaranya berukuran 120×90 centimeter, dua karya berukuran 100×80 centimeter, dan sebuah karya berukuran 135×85 centimeter.

Dalam karya-karya itu, Angga menghadirkan karya yang cukup presisi. Ia menghadirkan kehidupan kota secara detail.

Hanya saja bagian-bagian kota, dihadirkan dalam bentuk bagian-bagian mesin. Karya Angga sekaligus bentuk kritik bagi kehidupan kota yang begitu monoton dan mekanis, selayaknya gerakan mesin.

Selain itu karya Avif Fikri juga menarik disimak. Avif menghadirkan lima karya berjudul “Kehidupan Pedagang Kaki Lima”. Seluruh karyanya dibuat menggunakan media pensil pada kertas.

Secara detail Avif berusaha merekam kehidupan pedagang kaki lima, terutama di pasar. Uang kertas yang biasanya menghadirkan gambar pemandangan atau tokoh pahlawan, dijadikan inspirasi.

Alih-alih menghadirkan gambar pemandangan, Avif menghadirkan kehidupan pada pedangang kaki lima melalui media uang kertas.

Karya Avif juga menjadi semacam metafora kehidupan pedagang kaki lima yang terus berusaha mempertahankan kehidupan mereka yang sederhana.

Uniknya lagi, Avif menghadirkan lima karya dalam ukuran yang berbeda. Ukuran itu disesuaikan dengan nilai mata uang yang ada.

Untuk mata uang Rp 2.000 ia menghadirkan ukuran 30×20 centimeter, untuk uang Rp 5.000 berukuran 40×30 centimeter,

uang Rp 10ribu berukuran 60×35 centimeter, uang 20ribu berukuran 70×40 centimeter, dan uang Rp 50ribu berukuran 90×50 centimeter.

Dosen Seni Rupa Undiksha Singaraja, Hardiman mengatakan, persoalan wacana tubuh memang cukup mengemuka dari karya-karya para mahasiswa.

Maklum saja, wacana itu menjadi inti dari persoalan bentuk yang menggairahkan bagi banyak seniman. Sehingga “Wacana Tubuh” pun dipilih menjadi tema pameran.

Menurut Hardiman, para mahasiswa dalam karya-karyanya, lebih berhadapan pada persoalahan bahasa dan teks visual. Ketimbang dengan persoalan hal apa yang akan dikemukakan.

“Bukan berarti mereka tidak tertarik pada materi apa yang ingin diucapkan. Tetapi mereka lebih punya perhatian pada cara mengucapkannya,” kata Hardiman. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/