LEGIAN – Untuk kali pertama dalam kurun waktu dua tahun terakhir, para suporter Bali United kembali bersuara lantang terkait penampilan Serdadu Tridatu yang masih belum konsisten musim ini.
Puncaknya terjadi ketika Bali United dipecundangi juru kunci Liga I, PS Tira dengan skor 2-1 di Stadion Sultan Agung Bantul (SSA), DI Jogjakarta.
Terakhir kali para suporter Serdadu Tridatu melakukan hal itu saat ISC A 2016. Kala itu Bali United yang masih ditangani Indra Sjafri selalu mendapat hasil seri atau kalah.
Saat itu, mereka menuntut Indra Sjafri dicoret. Para suporter melakukan chant-chant yang menurut mereka sebagai pelecut semangat bagi Fadil Sausu dkk usai pertandingan.
Antara wajar dan tidak, memang. Sebab, pertandingan Liga 1 baru memasuki pekan keenam dan Bali United baru menelan satu kali kekalahan.
Respons suporter melalui chant tanda kekecewaan itu direspons Pelatih Bali United Widodo Cahyono Putro. Menurut Widodo, wajar suporter melakukan chant-chant tanda kekecewaan.
“Jujur saya dan pemain juga kecewa. Kami banyak punya peluang dan kami menguasai jalannya pertandingan. Mereka meraih dua gol karena mengandalkan servis,” ujar Widodo.
Dengan kritikan dari suporter ini, Widodo ingin menjadikannya sebagai motivasi.
Sebab, lima pertandingan krusial sudah menunggu Bali United di bulan Mei ini. Tiga pertandingan juga akan digelar di bulan puasa.
“Dengan begitu kami bisa meningkatkan performa lagi ke depannya. Kami harus semangat lagi. Terus tingkatkan performa
agar besok kami bisa memenangkan pertandingan. Kami berterimakasih atas kritikan dari suporter,” bebernya.
“Saya sudah tanya ke pemain juga dan tidak ada masalah dengan kritikan itu,” klaim mantan Asisten Pelatih Timnas Indonesia ini.
Menurutnya, jangan sampai kritikan dan hasil buruk di pekan keenam dijadikan alasan untuk semakin lemah. Dia ingin semua pihak di Bali United bisa mengoreksi diri untuk menjadi lebih baik.
“Di dalam tim saya lihat masih tetap solid. Harus dijadikan motivasi. Wajar mereka (suporter kecewa),” terangnya.
Terkait lima pertandingan krusial di bulan Mei ini, mantan arsitek Sriwijaya FC di ISC A 2016 itu berusaha menyikapi dengan jernih. Menurutnya, tidak boleh lima pertandingan itu disikapi dengan gundah gulana.
Sebab harapan untuk bangkit dan merangsek kembali ke papan atas masih ada. “Kalau tidak punya keyakinan dan pengharapan, itu yang sangat disayangkan.
Nanti pasti putus asa. Kami disini masih punya keyakinan besar untuk bisa lebih baik lagi,” pungkasnya.