DENPASAR – Peringkat 10 dengan hanya mengemas 45 poin, jelas bukan sesuatu yang elok bagi tim sekelas Bali United musim ini.
Dengan skuad paling tajir di Liga 1 yang diprediksi memiliki harga lebih dari USD 2 juta dolar menurut versi transfermarkt.com, tentu saja menjadi pukulan telak bagi Manajemen Bali United.
Mau tidak mau, Widodo Cahyono Putro akhirnya terdepak dari kursi kepelatihan. Masalahnya, sekelas Persebaya Surabaya dan PSIS Semarang yang baru saja promosi ke Liga 1 musim ini,
justru berada diperingkat yang lebih baik dari Serdadu Tridatu. Yang menarik, kondisi serupa kini dialami Bhayangkara FC.
Mereka gagal mempertahankan juara seperti musim lalu. Bisa diibaratkan, pertandingan kali ini seperti pertandingan tim semenjana tapi tajir.
Tapi, lupakan dulu masalah internal yang ada didalam tim. Yang harus dipikirkan Caretaker Bali United Eko Purdjianto adalah bagaimana caranya untuk memperbaiki peringkat diklasemen akhir dan menutup musim ini dengan manis.
Masalahnya, yang menjadi lawan Bali United kali ini bukan tim sembarangan. Mengalahkan Bhayangkara FC, bukan sesuatu yang mudah.
Sejak ISC A 2016 hingga putaran pertama Liga 1 2018, Fadil Sausu dkk sama sekali belum mencicipi kemenangan kontra The Guardian – julukan Bhayangkara FC.
Bagi Coach Eko yang sudah berada di Bali United sejak awal terbentuk tahun 2015, dia pasti mengerti apa yang harus dilakukan.
Dia juga sudah tahu bagaimana kekuatan Bhayangkara FC di tangan pelatih berkebangsaan Skotlandia, Simon McMenemy.
“Bhayangkara kami tahu, mereka adalah tim yang kuat. Kami berusaha semaksimal mungkin. Hanya minus Spaso karena cedera, bagi saya tidak ada masalah. Intinya, kami harus bermain maksimal,” kata Coach Eko.
Sudah tahu kekuatan Bhayangkara Fc, lantas apakah akan memainkan sepakbola menyerang atau justru akan memainkan pemain yang jarang mendapat menit bermain? “Lihat besok saja. Intinya kami akan bermain maksimal,” bebernya.