DENPASAR – Berada di papan atas Liga 1 menjadi impian semua klub peserta kompetisi musim ini. Wajar setiap tim saling berebut menempati posisi lima besar.
Dan, selama Liga 1 musim ini bergulir, jarang ada tim yang konstan menempati pemuncak klasemen. Bahkan, antara tim satu dengan lainnya, jarak poinnya begitu rapat.
Hal ini menunjukkan tiap tim mempunyai kekuatan merata. Bali United sendiri seperti roller coster selama putaran pertama Liga 1 lalu.
Kadang naik, dan lebih sering turun. Bahkan, kerap mendekati tiga tim terbawah alias tim degradasi. Namun, memasuki putaran kedua, progress skuad Serdadu Tridatu mulai membaik.
Apa kuncinya? “Kesabaran semua elemen dalam menghadapi keterpurukan menjadi kuncinya,” kata Pelatih Bali United Widodo Cahyono Putro.
Selain itu, pelatih kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, 48 tahun silam ini juga mengatakan bahwa skuad asuhannya cukup sabar dalam menghadapi tekanan.
Baik itu tekanan dari lawan dan tekanan dari suporter sendiri. Musim ini, tekanan suporter memang lebih besar daripada musim lalu.
Dua kali suporter Serdadu Tridatu “menjatuhkan” mental bertanding mereka saat dikalahkan Sriwijaya FC dan Bhayangkara FC.
Pemain dan pelatih saat itu kompak mengatakan bahwa apa yang dilakukan suporter entah dari chants dan spanduk justru membuat tekanan lebih besar karena tentu Bali United takut kalah dikandang sendiri.
Menghadapi Perseru kemarin, juga adalah berkat kejeniusan Widodo meramu strategi. Formasi 3-52 dipakai untuk merdam strategi menyerang Perseru yang mengandalkan formasi 4-4-2.
Akhirnya Bali United menjadi tim ketiga setelah PSM Makassar dan Bhayangkara yang mampu mengalahkan Cendrawasih Jingga – julukan Perseru Serui di kandang mereka sendiri.
“Kunci kemenangan kami kemarin adalah kerjasama dan kerja keras dari semua pemain. Kami sudah menganalisa kelemahan Perseru.
Kelemahan mereka ada di pemain belakang. Organisasi lini belakang mereka kurang bagus kalau mereka memakai empat bek. Ini yang coba kami manfaatkan dengan semaksimal mungkin,” tuturnya.