31.8 C
Jakarta
19 November 2024, 21:06 PM WIB

Keanehan-keanehan Dibalik Tumbangnya Bali United dari PSS Sleman

DENPASAR – Imbang selama 90 menit waktu normal saat menghadapi PS Sleman di babak delapan besar Piala Menpora 2021

di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, sebenarnya menjadi catatan buruk untuk Bali United terutama bagi arsitek Stefano Teco Cugurra.

Dengan tekanan yang lebih besar mengarah ke PSS Sleman, persiapan yang lebih matang dari Bali United, absennya Irfan Bachdim karena cedera,

dan materi pemain yang lebih baik dari Elang Jawa, seharusnya skuad Serdadu Tridatu bisa memenangkan pertandingan minimal surplus satu gol.

Tapi nyatanya, Fadil Sausu dkk tumbang dan gagal melaju ke semifinal untuk menghadapi Persib Bandung.

Berdasar rekaman pertandingan Senin malam lalu (12/4), sebenarnya Bali United bisa unggul berkat sundulan Yabes Roni Malaifani.

Dari pengamatan layar kaca, bola yang dihalau penjaga gawang PS Sleman Ega Rizky sudah melewati garis gawang.

Tapi, dari perspektif lain, Stefano Lilipaly yang memberikan umpan lambung kepada Yabes, juga sudah terperangkap offside lebih dulu.

Namun, hakim garis tidak mengangkat bendera. Saat adu penalti juga ada sedikit keanehan dan tidak dimengerti para suporter.

Selain Samuel Reimas yang menggantikan posisi Wawan Hendrawan dibawah mistar gawang pada menit akhir babak kedua, dua penendang Serdadu Tridatu berasal dari posisi pemain belakang.

Kebetulan Dias Angga dan Willian Pacheco gagal mengeksekusi penalti. Kemana pemain yang seharusnya lebi leluasa mengeksekusi penalti seperti Lerby Eliandri atau M. Rahmat?

Ini yang perlu dipertanyakan dan Coach Teco masih belum membongkar apa yang menjadi titik lemah Serdadu Tridatu selama Piala Menpora 2021.

Kekalahan Bali United kontra PSS Sleman seakan menjadi akumulasi penampilan buruk mereka sejak fase grup.

Dengan 10 pemain setelah I Made Andhika Wijaya mendapat kartu merah pada menit ke-69, PSS Sleman seharusnya bisa dominan untuk mencetak gol.

Tapi, bukan permainan Bali United yang apik, melainkan PSS Sleman yang bermain tidak lebih baik dari Serdadu Tridatu.

“Saya pikir, kedua tim tidak banyak membuat peluang di babak pertama. Tapi di babak kedua, kami lebih dominan. Dengan kartu merah, kami lebih susah tapi masih bisa bertahan,” dalih Teco

Salah satu keputusan ayah dua anak tersebut yang dianggap kontroversial adalah mengganti Wawan Hendrawan dengan Samuel Reimas di penghujung babak kedua.

Hingga akhirnya saat adu penalti, semua eksekutor Super Elja – julukan PSS Sleman berhasil mengkonversi sepakan menjadi gol.

Keputusan ini menurut Coach Teco bukanlah tanpa alasan. Menurutnya, Samuel lebih baik dibanding Wawan saat sesi latihan.

Dia juga berkaca Samuel Reimas sukses menahan penalti di musim-musim sebelumnya. “Kami waktu latihan di Bali, Samuel bagus.

Kami sudah tahu dia beberapa tahun sebelumnya sering (sukses) ambil penalti. Kami punya plan untuk bantu tim di penalti. Tapi, Sleman lebih bagus saat adu penalti,” tutupnya. 

DENPASAR – Imbang selama 90 menit waktu normal saat menghadapi PS Sleman di babak delapan besar Piala Menpora 2021

di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, sebenarnya menjadi catatan buruk untuk Bali United terutama bagi arsitek Stefano Teco Cugurra.

Dengan tekanan yang lebih besar mengarah ke PSS Sleman, persiapan yang lebih matang dari Bali United, absennya Irfan Bachdim karena cedera,

dan materi pemain yang lebih baik dari Elang Jawa, seharusnya skuad Serdadu Tridatu bisa memenangkan pertandingan minimal surplus satu gol.

Tapi nyatanya, Fadil Sausu dkk tumbang dan gagal melaju ke semifinal untuk menghadapi Persib Bandung.

Berdasar rekaman pertandingan Senin malam lalu (12/4), sebenarnya Bali United bisa unggul berkat sundulan Yabes Roni Malaifani.

Dari pengamatan layar kaca, bola yang dihalau penjaga gawang PS Sleman Ega Rizky sudah melewati garis gawang.

Tapi, dari perspektif lain, Stefano Lilipaly yang memberikan umpan lambung kepada Yabes, juga sudah terperangkap offside lebih dulu.

Namun, hakim garis tidak mengangkat bendera. Saat adu penalti juga ada sedikit keanehan dan tidak dimengerti para suporter.

Selain Samuel Reimas yang menggantikan posisi Wawan Hendrawan dibawah mistar gawang pada menit akhir babak kedua, dua penendang Serdadu Tridatu berasal dari posisi pemain belakang.

Kebetulan Dias Angga dan Willian Pacheco gagal mengeksekusi penalti. Kemana pemain yang seharusnya lebi leluasa mengeksekusi penalti seperti Lerby Eliandri atau M. Rahmat?

Ini yang perlu dipertanyakan dan Coach Teco masih belum membongkar apa yang menjadi titik lemah Serdadu Tridatu selama Piala Menpora 2021.

Kekalahan Bali United kontra PSS Sleman seakan menjadi akumulasi penampilan buruk mereka sejak fase grup.

Dengan 10 pemain setelah I Made Andhika Wijaya mendapat kartu merah pada menit ke-69, PSS Sleman seharusnya bisa dominan untuk mencetak gol.

Tapi, bukan permainan Bali United yang apik, melainkan PSS Sleman yang bermain tidak lebih baik dari Serdadu Tridatu.

“Saya pikir, kedua tim tidak banyak membuat peluang di babak pertama. Tapi di babak kedua, kami lebih dominan. Dengan kartu merah, kami lebih susah tapi masih bisa bertahan,” dalih Teco

Salah satu keputusan ayah dua anak tersebut yang dianggap kontroversial adalah mengganti Wawan Hendrawan dengan Samuel Reimas di penghujung babak kedua.

Hingga akhirnya saat adu penalti, semua eksekutor Super Elja – julukan PSS Sleman berhasil mengkonversi sepakan menjadi gol.

Keputusan ini menurut Coach Teco bukanlah tanpa alasan. Menurutnya, Samuel lebih baik dibanding Wawan saat sesi latihan.

Dia juga berkaca Samuel Reimas sukses menahan penalti di musim-musim sebelumnya. “Kami waktu latihan di Bali, Samuel bagus.

Kami sudah tahu dia beberapa tahun sebelumnya sering (sukses) ambil penalti. Kami punya plan untuk bantu tim di penalti. Tapi, Sleman lebih bagus saat adu penalti,” tutupnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/