DENPASAR – Penetapan status tersangka Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI), Joko Driyono alias Jokdri pada Jumat (15/2) kemarin
atas dugaan keterlibatan macht fixing (pengaturan skor) dikhawatirkan bisa mengganggu program PSSI di di daerah.
Salah satunya Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Bali yang hari ini menggelar kongres di hotel Nusa Indah Jalan Waribang Denpasar.
Ketua Umum Asprov PSSI Bali, Ketut Suardana mengaku prihatin atas kasus yang menjerat pria yang akrab disapa Jokdri itu.
“Kami prihatin. Semoga permasalahan tersebut cepat selesai. Permasalahan di PSSI juga segera selesai dan persepakbolaan kita bisa lebih sehat,” kata Ketut Suardana kemarin.
Disinggung apakah penangkapan tersebut akan berpengaruh terhadap program-program Asprov PSSI Bali ke depan, kata Suardana, bisa saja terjadi.
Pengaruh paling besar justru menurutnya program-program yang dirancang oleh pusat. Untuk di Bali sendiri, dia berharap tidak ada gangguan dan berusaha untuk menjalankan sesuai prosedur yang ada.
“Kami di daerah tetap jalan. Ini demi kelanjutan sepak bola kita. Kita tidak ada masalah untuk melanjutkan pembinaan sepak bola di daerah agar tidak stagnan. Untuk masalah ini (penetapan tersangkan) urusan pusat,” kata Suardana.
Minggu hari ini Asprov PSSI Bali menggelar kongres. Dalam kongres tersebut akan ada kegiatan pertanggung jawaban dari program yang telah dilaksanakan pada tahun 2018 lalu, dan merancang program untuk dilaksanakan di tahun ini.
“Kami juga fokus untuk persiapan PON, Porprov untuk kelangsungan cabang olahraga sepak bola dan futsal. Tahun ini juga akan ada liga tiga,” tuturnya.
Pihaknya dengan beberapa anggota akan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menjalankan program-program yang disusun. “Bagi kami di Asprov semua kegiatan itu harus semua terlaksana,” tandasnya.