29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:57 AM WIB

Tiket Langka, Calo Malah Bertebaran, Polres Siagakan Polisi Lebih Awal

DENPASAR – Tiket pertandingan menjadi permasalahan pelik di industri sepak bola Indonesia. 

Dilihat dari berbagai pengalaman yang ada, penjualan tiket di hampir setiap pertandingan besar di Indonesia selalu ada cerita yang tidak mengenakkan.

Tidak seperti pengelolaan penjualan tiket di klub-klub besar Eropa seperti Liverpool, Manchester United, atau klub lainnya. 

Meski sudah dikatakan klub profesional, masih saja ada masalah yang terjadi. Bali United yang dianggap sebagai tolak ukur klub 

profesional di Indonesia juga tidak lepas dari imbas penjualan tiket yang dikelola sendiri dengan pihak ketiga.

Setelah kasus calo tiket yang membuat heboh ketika bertanding menghadapi Persib Bandung musim lalu, 

sekarang calo tiket kembali menjadi isu nomor satu jelang laga terakhir Liga 1 2019 menghadapi Madura United di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Minggu (22/12) nanti.

Sudah lebih dari seminggu tiket sulit dicari meski dijual secara online via situs aplikasi jual beli online yang bekerjasama dengan Serdadu Tridatu sejak musim lalu. 

Manajemen Bali United melalui panpel mereka langsung bergerak cepat untuk melakukan penjualan tiket offline di stadion.

Tapi bukannya menjual tiket di loket yang sudah disediakan, panpel justru menjual tiket di Bali United Café. 

Mekanisme penjualan tiket adalah setiap orang wajib membeli makanan atau minuman di Bali United Café seharga Rp 20 ribu. Setelah itu baru mereka berhak untuk membeli tiket.

Apa yang dilakukan oleh Bali United tersebut sudah terjadi sejak lama. Ketika menghadapi Arema FC di putaran pertama musim ini, kasus ini sempat mencuat. 

Terjadi antrean yang membludak dan membuat suporter geram dengan apa yang dilakukan oleh Manajemen Bali United.

Tidak belajar dari kesalahan sebelumnya, mereka kembali melakukan hal serupa di laga terakhir musim ini. 

Alhasil, kejadian lebih parah pun terjadi. Beberapa bagian di Bali United Café terlihat rusak. Meja kasir juga rusak. Kaca pintu depan Bali United Café pecah berkeping-keping.

Mungkin saja suporter berdesakan dan geram dengan ulah manajemen. Berbagai video di media sosial langsung bermunculan. 

Maklum, sejak matahari belum sepenuhnya terbit dari ufuk timur, suporter terlihat sudah ramai menunggu di depan café. 

Kejadian tersebut langsung mendapat penanganan dari kepolisian. Lokasi kejadian dicek oleh polisi. 

Kapolres Gianyar AKBP Priyanto Priyo Hutomo, mengaku sudah mendengar adanya kerusakan di Stadion Kapten Dipta. 

“Sebelumnya tidak ada permintaan pengamanan. Pengamanan hanya tanggal 22 saja,” ujar AKBP Priyanto. 

Dengan kejadian seperti itu, kepolisian akan melakukan pengamanan lebih awal. “Kalau begini, kami akan siagakan petugas lebih awal,” tukasnya.

DENPASAR – Tiket pertandingan menjadi permasalahan pelik di industri sepak bola Indonesia. 

Dilihat dari berbagai pengalaman yang ada, penjualan tiket di hampir setiap pertandingan besar di Indonesia selalu ada cerita yang tidak mengenakkan.

Tidak seperti pengelolaan penjualan tiket di klub-klub besar Eropa seperti Liverpool, Manchester United, atau klub lainnya. 

Meski sudah dikatakan klub profesional, masih saja ada masalah yang terjadi. Bali United yang dianggap sebagai tolak ukur klub 

profesional di Indonesia juga tidak lepas dari imbas penjualan tiket yang dikelola sendiri dengan pihak ketiga.

Setelah kasus calo tiket yang membuat heboh ketika bertanding menghadapi Persib Bandung musim lalu, 

sekarang calo tiket kembali menjadi isu nomor satu jelang laga terakhir Liga 1 2019 menghadapi Madura United di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Minggu (22/12) nanti.

Sudah lebih dari seminggu tiket sulit dicari meski dijual secara online via situs aplikasi jual beli online yang bekerjasama dengan Serdadu Tridatu sejak musim lalu. 

Manajemen Bali United melalui panpel mereka langsung bergerak cepat untuk melakukan penjualan tiket offline di stadion.

Tapi bukannya menjual tiket di loket yang sudah disediakan, panpel justru menjual tiket di Bali United Café. 

Mekanisme penjualan tiket adalah setiap orang wajib membeli makanan atau minuman di Bali United Café seharga Rp 20 ribu. Setelah itu baru mereka berhak untuk membeli tiket.

Apa yang dilakukan oleh Bali United tersebut sudah terjadi sejak lama. Ketika menghadapi Arema FC di putaran pertama musim ini, kasus ini sempat mencuat. 

Terjadi antrean yang membludak dan membuat suporter geram dengan apa yang dilakukan oleh Manajemen Bali United.

Tidak belajar dari kesalahan sebelumnya, mereka kembali melakukan hal serupa di laga terakhir musim ini. 

Alhasil, kejadian lebih parah pun terjadi. Beberapa bagian di Bali United Café terlihat rusak. Meja kasir juga rusak. Kaca pintu depan Bali United Café pecah berkeping-keping.

Mungkin saja suporter berdesakan dan geram dengan ulah manajemen. Berbagai video di media sosial langsung bermunculan. 

Maklum, sejak matahari belum sepenuhnya terbit dari ufuk timur, suporter terlihat sudah ramai menunggu di depan café. 

Kejadian tersebut langsung mendapat penanganan dari kepolisian. Lokasi kejadian dicek oleh polisi. 

Kapolres Gianyar AKBP Priyanto Priyo Hutomo, mengaku sudah mendengar adanya kerusakan di Stadion Kapten Dipta. 

“Sebelumnya tidak ada permintaan pengamanan. Pengamanan hanya tanggal 22 saja,” ujar AKBP Priyanto. 

Dengan kejadian seperti itu, kepolisian akan melakukan pengamanan lebih awal. “Kalau begini, kami akan siagakan petugas lebih awal,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/