34.8 C
Jakarta
7 September 2024, 17:31 PM WIB

Dihujat Netizen, PSSI Bali: Suporter Perlu Paham Sejarah Bali United

DENPASAR – Pernyataan Ketum Asprov PSSI Bali I Ketut Suardana yang mengatakan Bali United sangat kurang dalam koordinasi terkait jadwal pertandingan ke PSSI mengundang komentar warganet.

Warganet yang mayoritas supporter Bali United menghujat dan mencaci makin Ketut Suardana. Hujatan tak hanya ke akun media sosial pribadi Ketut Suardana, tapi juga ke grup facebook supporter.

Risih dengan hujatan itu, Suardana memilih angkat bicara. Menurutnya, oknum suporter Bali United khususnya suporter baru,

muda bahkan belum mengerti kedewasaan sebagai suporter, perlu paham sejarah berdirinya Bali United di Bali.

Bukan lantas mencaci maki Asprov PSSI Bali di media sosial (medsos) lantaran PSSI Bali memberikan pernyataan jika manajemen kurang komunikatif dan koordinasi terkait dengan mekanisme organisasi.

 “Saya dan Asprov PSSI Bali di caci maki memang sengaja saya diam. Mereka tidak tahu jika Bali United eksis di Bali dan Gianyar, ada andil saya. Inilah yang tidak diketahui mereka,” ujar Ketut Suardana.

Mantan Manajer Persegi Gianyar tersebut mengatakan, pada pertengahan Desember 2014 lalu dirinya dihubungi seorang bernama Kuncoro dan Dwi Irianto atau mbah putih.

Keduanya memintanya untuk membantu Bali United bermarkas di Bali. Pada saat itu, Suardana menyanggupinya karena

dia memiliki harapan agar Bali United bisa memberikan dampak positif terhadap sepakbola Bali dan perekonomian Gianyar.

“Akhirnya ada pihak dari Bali United yakni Yabes Tanuri, Kuncoro dan Dwi Irianto. Mereka semua saya ajak ke Bupati Gianyar waktu itu masih dijabat Anak Agung Gede Bharata.

Saat itu, bupati percaya kepada saya untuk mengatur semuanya. Sebab, sayalah orang yang paling dipercaya untuk menangani sepakbola di Gianyar,” ucap Suardana yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketum PSSI Bali.

Puncaknya, pada tanggal 23 Desember 2014 dilakukan Memorandum of Understanding (MoU) antara Bali United yang saat itu diwakili Yabes Tanuri.

Namun, dan tidak terjadi kesepakatan MoU tersebut. Yabes kala itu mengaku rugi dalam beberapa minggu untuk mengurus segala sesuatu terkait pembentukan Bali United di Gianyar.

“Saat itu Yabes Tanuri mengatakan jika dirinya telah beberapa minggu di Bali namun tidak ada kesepakatan MoU. Lalu saya kembali mengurusnya ke Pemkab Gianyar.

Akhirnya pada 24 Desember 2014 kesepakatan itu terjadi, dan Bali United akhirnya eksis di Bali yakni di Gianyar.

Nah apakah yang seperti ini mereka yang mencaci paham dengan sejarah saya dan PSSI Bali terkait eksisnya Bali United di sini,” terang Suardana. 

DENPASAR – Pernyataan Ketum Asprov PSSI Bali I Ketut Suardana yang mengatakan Bali United sangat kurang dalam koordinasi terkait jadwal pertandingan ke PSSI mengundang komentar warganet.

Warganet yang mayoritas supporter Bali United menghujat dan mencaci makin Ketut Suardana. Hujatan tak hanya ke akun media sosial pribadi Ketut Suardana, tapi juga ke grup facebook supporter.

Risih dengan hujatan itu, Suardana memilih angkat bicara. Menurutnya, oknum suporter Bali United khususnya suporter baru,

muda bahkan belum mengerti kedewasaan sebagai suporter, perlu paham sejarah berdirinya Bali United di Bali.

Bukan lantas mencaci maki Asprov PSSI Bali di media sosial (medsos) lantaran PSSI Bali memberikan pernyataan jika manajemen kurang komunikatif dan koordinasi terkait dengan mekanisme organisasi.

 “Saya dan Asprov PSSI Bali di caci maki memang sengaja saya diam. Mereka tidak tahu jika Bali United eksis di Bali dan Gianyar, ada andil saya. Inilah yang tidak diketahui mereka,” ujar Ketut Suardana.

Mantan Manajer Persegi Gianyar tersebut mengatakan, pada pertengahan Desember 2014 lalu dirinya dihubungi seorang bernama Kuncoro dan Dwi Irianto atau mbah putih.

Keduanya memintanya untuk membantu Bali United bermarkas di Bali. Pada saat itu, Suardana menyanggupinya karena

dia memiliki harapan agar Bali United bisa memberikan dampak positif terhadap sepakbola Bali dan perekonomian Gianyar.

“Akhirnya ada pihak dari Bali United yakni Yabes Tanuri, Kuncoro dan Dwi Irianto. Mereka semua saya ajak ke Bupati Gianyar waktu itu masih dijabat Anak Agung Gede Bharata.

Saat itu, bupati percaya kepada saya untuk mengatur semuanya. Sebab, sayalah orang yang paling dipercaya untuk menangani sepakbola di Gianyar,” ucap Suardana yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketum PSSI Bali.

Puncaknya, pada tanggal 23 Desember 2014 dilakukan Memorandum of Understanding (MoU) antara Bali United yang saat itu diwakili Yabes Tanuri.

Namun, dan tidak terjadi kesepakatan MoU tersebut. Yabes kala itu mengaku rugi dalam beberapa minggu untuk mengurus segala sesuatu terkait pembentukan Bali United di Gianyar.

“Saat itu Yabes Tanuri mengatakan jika dirinya telah beberapa minggu di Bali namun tidak ada kesepakatan MoU. Lalu saya kembali mengurusnya ke Pemkab Gianyar.

Akhirnya pada 24 Desember 2014 kesepakatan itu terjadi, dan Bali United akhirnya eksis di Bali yakni di Gianyar.

Nah apakah yang seperti ini mereka yang mencaci paham dengan sejarah saya dan PSSI Bali terkait eksisnya Bali United di sini,” terang Suardana. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/