26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:35 AM WIB

Pariwisata Buleleng Terpuruk, Akomodasi Wisata Terancam Gulung Tikar

GEROKGAK – Penyebaran wabah corona membuat dampak yang serius bagi sektor pariwisata di Bali. Di Buleleng Barat, misalnya.

Pusat pariwisata di Desa Pemuteran, Gerokgak, mulai tidak beroperasi. Hotel-hotel terpaksa tutup dan meliburkan karyawan lantaran tidak ada tamu yang menginap.

Pengusaha hotel dikawasan tersebut terancam gulung tikar. Berdasar informasi, pelaku usaha perhotelan akan segera menutup usaha hotelnya menyusul semakin tidak menentunya kondisi pariwisata Bali.

Bahkan, sejumlah hotel mulai memberikan pesangon kepada karyawannya untuk memastikan hotel tempat mereka mengais rejeki sudah tak mampu lagi memberikan jaminan pekerjaan.

Made Riasta, Manager Hotel Selini, Pemuteran, mengatakan, untuk bulan April 2020 sudah tidak ada lagi tamu yang akan menginap. Itu artinya tingkat hunian hotel sudah berada dititik paling rendah.

“Tidak hanya itu, pihak hotel pun tidak bisa menerima tamu kendati masih ada yang chek in,” kata Made Riasta.

Dia mengaku telah dihubungi pihak owner terkait kemungkinan terburuk hotelnya tidak bisa bertahan ditengah krisis akibat dampak Covid-19.

Made Riasta mengatakan, pihak hotel memang belum merumahkan karyawannya, namun dia memprediksi hal itu tidak berlangsung lama.

“Kami sudah berlakukan 15 hari kerja, karena itu yang bisa dilakukan untuk bertahan. Dengan kondisi belakangan tentu pemberlakuan 15 hari kerja tidak bisa dipertahankan. Kami terancam merumahkan karyawan,” ungkapnya.

Menurut dia, owner hotel saat ini tengah mencari solusi agar karyawan hotel bisa bertahan dan mendapat penghasilan. Salah satunya mengurangi biaya operasional terutama untuk pengeluaran.

Namun, hingga kini Made Riasta belum mendapat kepastian dan hanya bisa pasrah atas nasib yang akan diterima.

“Mau bagaimana lagi dengan kondisi saat ini. Kami hanya bisa pasrah dan berserah,” keluhnya. Selain Hotel Selini, sejumlah hotel juga dikabarkan bakal menutup usahanya.

Bahkan, beberapa hotel telah ada yang hanya mampu memberikan gaji antara 20 persen hingga 70 persen dari upah yang mereka terima.

Hotel terbesar di Buleleng Barat, Hotel Matahari Pemuteran juga sudah bersiap akan menghentikan aktifitasnya.

Kabarnya hotel legenda di Buleleng barat ini akan closing pada tanggal 17 April 2020 nanti. Seluruh staf hotel telah diberikan hak-haknya termasuk diberikan 5 kali upah sebelum hotel tersebut benar-benar tutup.

“Hotel sudah tidak ada tamu selama tiga bulan. Sampai kapan kami juga tidak tahu karena kebijakan lock down (sejumlah Negara). Untuk sementara kita close dulu,” kata owner Hotel Matahari Ida Bagus Puja Erawan.

Bukan hanya hotel miliknya saja yang terkena dampak seperti ini. Begitu pula dengan hotel-hotel lainnya.

“Kami berharap mudah-mudahan kondisi ini cepat berlalu. Sehingga pariwisata di Bali mulai bangkit kembali,” tandasnya. 

GEROKGAK – Penyebaran wabah corona membuat dampak yang serius bagi sektor pariwisata di Bali. Di Buleleng Barat, misalnya.

Pusat pariwisata di Desa Pemuteran, Gerokgak, mulai tidak beroperasi. Hotel-hotel terpaksa tutup dan meliburkan karyawan lantaran tidak ada tamu yang menginap.

Pengusaha hotel dikawasan tersebut terancam gulung tikar. Berdasar informasi, pelaku usaha perhotelan akan segera menutup usaha hotelnya menyusul semakin tidak menentunya kondisi pariwisata Bali.

Bahkan, sejumlah hotel mulai memberikan pesangon kepada karyawannya untuk memastikan hotel tempat mereka mengais rejeki sudah tak mampu lagi memberikan jaminan pekerjaan.

Made Riasta, Manager Hotel Selini, Pemuteran, mengatakan, untuk bulan April 2020 sudah tidak ada lagi tamu yang akan menginap. Itu artinya tingkat hunian hotel sudah berada dititik paling rendah.

“Tidak hanya itu, pihak hotel pun tidak bisa menerima tamu kendati masih ada yang chek in,” kata Made Riasta.

Dia mengaku telah dihubungi pihak owner terkait kemungkinan terburuk hotelnya tidak bisa bertahan ditengah krisis akibat dampak Covid-19.

Made Riasta mengatakan, pihak hotel memang belum merumahkan karyawannya, namun dia memprediksi hal itu tidak berlangsung lama.

“Kami sudah berlakukan 15 hari kerja, karena itu yang bisa dilakukan untuk bertahan. Dengan kondisi belakangan tentu pemberlakuan 15 hari kerja tidak bisa dipertahankan. Kami terancam merumahkan karyawan,” ungkapnya.

Menurut dia, owner hotel saat ini tengah mencari solusi agar karyawan hotel bisa bertahan dan mendapat penghasilan. Salah satunya mengurangi biaya operasional terutama untuk pengeluaran.

Namun, hingga kini Made Riasta belum mendapat kepastian dan hanya bisa pasrah atas nasib yang akan diterima.

“Mau bagaimana lagi dengan kondisi saat ini. Kami hanya bisa pasrah dan berserah,” keluhnya. Selain Hotel Selini, sejumlah hotel juga dikabarkan bakal menutup usahanya.

Bahkan, beberapa hotel telah ada yang hanya mampu memberikan gaji antara 20 persen hingga 70 persen dari upah yang mereka terima.

Hotel terbesar di Buleleng Barat, Hotel Matahari Pemuteran juga sudah bersiap akan menghentikan aktifitasnya.

Kabarnya hotel legenda di Buleleng barat ini akan closing pada tanggal 17 April 2020 nanti. Seluruh staf hotel telah diberikan hak-haknya termasuk diberikan 5 kali upah sebelum hotel tersebut benar-benar tutup.

“Hotel sudah tidak ada tamu selama tiga bulan. Sampai kapan kami juga tidak tahu karena kebijakan lock down (sejumlah Negara). Untuk sementara kita close dulu,” kata owner Hotel Matahari Ida Bagus Puja Erawan.

Bukan hanya hotel miliknya saja yang terkena dampak seperti ini. Begitu pula dengan hotel-hotel lainnya.

“Kami berharap mudah-mudahan kondisi ini cepat berlalu. Sehingga pariwisata di Bali mulai bangkit kembali,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/