SINGARAJA – Tingkat hunian hotel di Kabupaten Buleleng terjun bebas, usia libur natal dan tahun baru lalu.
Padahal, pada libur natal dan tahun baru lalu, rata-rata tingkat hunian hotel berbintang di Buleleng di atas 50 persen.
Kini usai libur natal dan tahun baru, para pengelola hotel kembali harus putar otak. Sebab tidak ada wisatawan yang datang.
Hunian yang sepi diprediksi akan berlangsung hingga bulan Maret mendatang. Setidaknya hingga Nyepi datang.
Ketua Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Buleleng Dewa Ketut Suardipa mengatakan, momen libur natal dan tahun baru lalu, menjadi momentum bagi para pengelola hotel dan restoran di Buleleng.
Utamanya di wilayah Buleleng Barat. Beberapa hotel disebut dalam kondisi full book. Sementara di kawasan wisata Lovina, tingkat hunian hotel berbintang ada di angka 40-70 persen.
Khusus di wilayah Tejakula dan sekitarnya, hanya berkisar di angka 5 persen. “Waktu itu memang sebagian besar domestik. Termasuk lokal Bali.
Mereka yang belum pernah liburan di sekitar Taman Nasional Bali Barat, ramai-ramai kesana. Karena ada banyak promo,” kata Suardipa.
Kini pada tahun 2021, para pengusaha pariwisata terpaksa kembali mengetatkan ikat pinggang. Karena tingkat hunian anjlok.
Bahkan, hingga Maret nanti, sejumlah hotel berbintang di Buleleng melapor belum mendapat bookingan kamar.
“Mungkin karena harus ada aturan yang harus diisi. Kami juga tidak bisa menyalahkan pemerintah sebagai regulator. Memang ada dampaknya, sedikit wisatawan lokal,” katanya.
Suardipa menyebut, para pengusaha berharap agar pemerintah kembali mengucurkan dana hibah pariwisata.
Mengingat kondisi ekonomi belum akan pulih dalam waktu dekat ini. Ia menyebut para pengusaha cukup terbantu dengan bantuan hibah tersebut.
“Setidaknya bisa untuk bayar gaji karyawan dan bayar listrik. Karena operasional yang besar kan untuk itu.
Kalau memang ada dana hibah pariwisata lagi, tentu ini akan sangat membantu kawan-kawan pengusaha,” pungkas Suardipa.