25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:04 AM WIB

Perajin Kian Menciut, Belega Gagas Desa Wisata Bambu

GIANYAR – Sentra kerajinan bambu di Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh kini mulai menciut. Dari data di Kantor Kepala Desa, jumlah perajin yang bertahan kini tercatat 35 saja.

Padahal, pada 1990 silam, Desa Belega punya 350 perajin dan desanya dikenal sebagai desa bambu.

Perbekel Blega I Ketut Trisna Jaya menyatakan, sejak tahun 2002 atau pasca-Bom Bali I perajin bambu di desanya kalang kabut.

“Setelah bom itu anjlok, sebelumnya dari tahun 1980 sampai tahun 2000 hampir setiap rumah ada yang membuat kerajinan dari bambu,” ujar Trisna Jaya kemarin.

Saat ini, kata dia berusaha melanjutkan dengan membangkitkan lagi usaha ini. “Kami akan gairahkan lagi melalui desa wisata yang bernuansa bambu,” jelas perbekel yang baru menjabat 7 bulan itu. 

Kata dia, pengembangan dan pembangkitkan desa wisata itu juga akan dimulai dari salah satu banjar setempat.

Bahkan di banjar itu sudah mulai penataan jalan, dan sosialisasi agar setiap rumah ada penggunaan bahan dari bambu pada sebuah bangunan setiap rumah.

Mulai dari satu banjar itu, diharapkan juga banjar yang lainnya bertahap bisa dikembangkan dengan total ada enam banjar. 

“Ini kami masih godok di masyarakat di banjar yang akan diujicoba jadi Desa Wisata ini,” jelasnya. Kata dia, Banjar Blega Kanginan, dijadikan pilot project.

“Yang paling penting, pembangunan desa wisata adalah kekompakan masyarakatnya dan saling mendukung,” jelasnya.

Kata dia, pengembangan desa wisata dimulai dari pintu masuk yang berbahan bambu. “Konsepnya itu satu banjar kami tata dulu

menggunakan ornamen rumahnya menggunakan bambu. Mulai dari meja, kursi, hingga tempat tidur yang menggunakan bambu,” jelasnya.

Pihaknya juga hendak mengadakan pelatihan-pelatihan kepada perwakilan masyarakat. Mulai dari workshop terkait desa wisata bambu.

“Aksesoris di rumah-rumah itu juga harus berbahan bambu. Ini yang kami jual sudah ada. Namun memulainya lagi itu harus dari bawah lagi,” tukasnya. 

GIANYAR – Sentra kerajinan bambu di Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh kini mulai menciut. Dari data di Kantor Kepala Desa, jumlah perajin yang bertahan kini tercatat 35 saja.

Padahal, pada 1990 silam, Desa Belega punya 350 perajin dan desanya dikenal sebagai desa bambu.

Perbekel Blega I Ketut Trisna Jaya menyatakan, sejak tahun 2002 atau pasca-Bom Bali I perajin bambu di desanya kalang kabut.

“Setelah bom itu anjlok, sebelumnya dari tahun 1980 sampai tahun 2000 hampir setiap rumah ada yang membuat kerajinan dari bambu,” ujar Trisna Jaya kemarin.

Saat ini, kata dia berusaha melanjutkan dengan membangkitkan lagi usaha ini. “Kami akan gairahkan lagi melalui desa wisata yang bernuansa bambu,” jelas perbekel yang baru menjabat 7 bulan itu. 

Kata dia, pengembangan dan pembangkitkan desa wisata itu juga akan dimulai dari salah satu banjar setempat.

Bahkan di banjar itu sudah mulai penataan jalan, dan sosialisasi agar setiap rumah ada penggunaan bahan dari bambu pada sebuah bangunan setiap rumah.

Mulai dari satu banjar itu, diharapkan juga banjar yang lainnya bertahap bisa dikembangkan dengan total ada enam banjar. 

“Ini kami masih godok di masyarakat di banjar yang akan diujicoba jadi Desa Wisata ini,” jelasnya. Kata dia, Banjar Blega Kanginan, dijadikan pilot project.

“Yang paling penting, pembangunan desa wisata adalah kekompakan masyarakatnya dan saling mendukung,” jelasnya.

Kata dia, pengembangan desa wisata dimulai dari pintu masuk yang berbahan bambu. “Konsepnya itu satu banjar kami tata dulu

menggunakan ornamen rumahnya menggunakan bambu. Mulai dari meja, kursi, hingga tempat tidur yang menggunakan bambu,” jelasnya.

Pihaknya juga hendak mengadakan pelatihan-pelatihan kepada perwakilan masyarakat. Mulai dari workshop terkait desa wisata bambu.

“Aksesoris di rumah-rumah itu juga harus berbahan bambu. Ini yang kami jual sudah ada. Namun memulainya lagi itu harus dari bawah lagi,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/