28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:04 AM WIB

Pulihkan Pariwisata Bali, Kemenpar Sarankan Promosi ke Pasar Asia

DENPASAR – Untuk memulihkan pariwisata Bali yang anjlok akibat dampak erupsi Gunung Agung, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) meminta para pelaku industri pariwisata melakukan promosi dengan negara terdekat.

Seperti ke Thailand, Singapura, Filipina, Brunei Darusalam, Malaysia dan beberapa negara Asia lain. Hanya bentuk promosi yang ditekankan bukan lagi pada branding namun sudah menjual produk.

Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengungkapkan, banyak negara-negara di Asia Tenggara yang masih belum mengenal Indonesia.

Dia mencontohkan Malaysia. Meski satu rumpun, banyak warga jiran yang belum mengenal Indonesia secara utuh.

Itu bisa dimaklumi lantaran di Malaysia ada tiga etnis besar, dan hanya Melayu saja yang dikenal. Sementara etnis India dan Tionghoa belum begitu mengenal Indonesia.

Terlebih selama ini promosi yang dilakukan tanpa memilah segmen pasar. “Ini yang harus kita pelajari,” ujar Rizki Handayani kepada Jawa Pos Radar Bali kemarin (29/12).

Bagi etnis Melayu misalnya, yang ingin ke Bali masih khawatir keberadaan halal food. Padahal, di Bali sangat banyak restoran halal food.

“Nah segmen ini yang harus disasar. Misalnya untuk etnis India mungkin segmennya wisata spiritual, Toonghoa juga begitu. Sementara Melayu segmennya jelas berbeda,” terangnya.

Kalau hanya menjual keindahan pantai saja, di negara-negara Asia Tenggara sangat banyak yang memiliki keindahan pantai yang luar biasa.

Mungkin, kata Rizki Handayani, Bali bisa menjual nilai kearifan lokal seperti budaya dan lainnya.

Untuk itu, Kementerian Pariwisata menyarankan pelaku wisata Bali mencari alternatif lain untuk menutupi hilangnya market Eropa dengan menyasar pasar Asia.

Saat ini yang muncul ke permukaan, kata dia, wisman itu harus yang bule. Padahal, yang namanya wisatawan bisa siapa saja.

Asal membawa uang dan belanja di Bali. Entah itu wisatawan Vietnam, Thailand, maupun Malaysia sekalipun.

“Memang masa tinggal sebentar, tapi belanjanya orang Asia juga besar. Karena orang Asia suka belanja,” jelasnya.

DENPASAR – Untuk memulihkan pariwisata Bali yang anjlok akibat dampak erupsi Gunung Agung, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) meminta para pelaku industri pariwisata melakukan promosi dengan negara terdekat.

Seperti ke Thailand, Singapura, Filipina, Brunei Darusalam, Malaysia dan beberapa negara Asia lain. Hanya bentuk promosi yang ditekankan bukan lagi pada branding namun sudah menjual produk.

Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengungkapkan, banyak negara-negara di Asia Tenggara yang masih belum mengenal Indonesia.

Dia mencontohkan Malaysia. Meski satu rumpun, banyak warga jiran yang belum mengenal Indonesia secara utuh.

Itu bisa dimaklumi lantaran di Malaysia ada tiga etnis besar, dan hanya Melayu saja yang dikenal. Sementara etnis India dan Tionghoa belum begitu mengenal Indonesia.

Terlebih selama ini promosi yang dilakukan tanpa memilah segmen pasar. “Ini yang harus kita pelajari,” ujar Rizki Handayani kepada Jawa Pos Radar Bali kemarin (29/12).

Bagi etnis Melayu misalnya, yang ingin ke Bali masih khawatir keberadaan halal food. Padahal, di Bali sangat banyak restoran halal food.

“Nah segmen ini yang harus disasar. Misalnya untuk etnis India mungkin segmennya wisata spiritual, Toonghoa juga begitu. Sementara Melayu segmennya jelas berbeda,” terangnya.

Kalau hanya menjual keindahan pantai saja, di negara-negara Asia Tenggara sangat banyak yang memiliki keindahan pantai yang luar biasa.

Mungkin, kata Rizki Handayani, Bali bisa menjual nilai kearifan lokal seperti budaya dan lainnya.

Untuk itu, Kementerian Pariwisata menyarankan pelaku wisata Bali mencari alternatif lain untuk menutupi hilangnya market Eropa dengan menyasar pasar Asia.

Saat ini yang muncul ke permukaan, kata dia, wisman itu harus yang bule. Padahal, yang namanya wisatawan bisa siapa saja.

Asal membawa uang dan belanja di Bali. Entah itu wisatawan Vietnam, Thailand, maupun Malaysia sekalipun.

“Memang masa tinggal sebentar, tapi belanjanya orang Asia juga besar. Karena orang Asia suka belanja,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/