Masih sangat kental keberagaman dan toleransi antar umat beragama di Buleleng saat perayaan Tahun Baru Caka 1942. Di beberapa tempat hingga ke polosok desa-desa,
barisan Anshor Serbaguna Nahdatul Ulama (NU) Buleleng bersama dengan Pecalang Desa Adat berbaur ikut menjaga keamanan dan ketenangan Tapa Brata Penyepian.
JULIADI, Gerokgak
SECARA berkelompok Barisan Anshor Serbaguna Nahdatul Ulama (Banser NU) dan Pecalang Desa Adat terlihat berkeliling di banjar-banjar dan dusun yang ada di Buleleng.
Mereka mengamankan daerah perbatasan antar desa dan banjar. Bahkan, mereka tak segan-segan menegur dan memperingati warga yang keluar rumah. Baik itu umat Hindu maupun Muslim.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali, saat Nyepi berlangsung beberapa wilayah di Buleleng, Banser NU dan Pecalang secara bersama mengamankan jalannya Nyepi.
Seperti terjadi di Kampung Kajanan Singaraja, Tegallinggah Sukasada, Kaliasem, Seririt, Temukus Banjar, Celukanbawang, Pengulon, Gerokgak, Penyabangan, Pemuteran, Kecamatan Gerokgak.
Menarik disaat Ngembak Geni usai Nyepi berlangsung anggota Banser NU Buleleng justru memanfaatkan dengan tindakan pencegahan dengan mendatangi rumah-rumah warga melakukan penyemprotan disinfektan.
Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor NU Buleleng Abdul Karim Abraham mengatakan. total sekitar 86 anggota Banser NU yang terlibat ikut mengamankan Nyepi di Buleleng.
Keterlibatan Banser NU setiap Nyepi sejatinya sudah terbangun komunikasi dari dulu. Hanya saja yang berbeda saat ini pengamanan Nyepi ditengah pandemi virus corona.
“Maka yang kami libatkan anggota Banser yang terlibat hanya beberapa saja di masing-masing desa,” ucap pria asal Desa Pejarakan, Gerokgak, ini.
Abdul Karim menjelaskan, momentum Nyepi sebagai titik awal membangun kesadaran masyarakat. Dengan membatasi diri beraktivitas diluar rumah.
Untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Hal ini bukan semata bagi warga Hindu, tetapi juga bagi warga Muslim.
“Jadi menurut kami momentum Nyepi disamping membangun keharmonisan saling menjaga kerukunan antar umat beragama.
Melainkan upaya antisipasi terhadap penyebaran dengan penerapa social distancing yang diajurkan oleh pemerintah,” tuturnya.
Abdul Karim menambahkan, saat Ngembak Geni pihaknya melakukan penyemprotan disinfektan di masing-masing desa-desa. Ada sekitar 6 desa/kelurahan yang pihaknya sasar.
Yakni Kelurahan Kampung Kajanan, Desa Kaliasem Temukus, Pengulon, Banyupoh, Pemuteran, dan nantinya akan berlanjut ke desa lainnya.
Ketua Pecalang Desa Adat Pemuteran Komang Sumantara mengaku, di Desa Adat Pemuteran toleransi antarumat beragama sangat tinggi.
Bahkan, tidak pernah terjadi konflik berlatar agama, ras dan lainnya. Semua Banser, Binmas, Anshor, dan pecalang saling bahu membahu saat ada acara keagamaan.
“Wajar jika sampai hari ini kita rukun dan hidup berdampingan dan tidak pernah ada gesekan. Karena semua pengamanan desa
tergabung menjadi satu. Entah itu dari Banser, Binmas, Pecalang dan pengamanan desa lainnya,” ucap Komang Saniara.
Diakuinya kembali, pecalang desa merasa terbantu dengan anggota Banser NU. Ketika warga Hindu memiliki acara keagamaan, warga Muslim dari Banser NU sering terlibat mengamankan acara, begitu pula sebaliknya.
“Kami berharap wabah corona cepat berlalu, karena dampak sangat luar biasanya saat ini. Khususnya dalam kegiatan ekonomi masyarakat,” pungkasnya.