SINGARAJA – Saluran drainase di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Baktiseraga kembali dikeruk. Pengerukan ini dilakukan guna mengantisipasi musibah banjir.
Maklum saja Desa Baktiseraga masuk dalam peta wilayah rawan banjir di Kota Singaraja. Hampir tiap tahun wilayah ini mengalami banjir. Musibah banjir terparah dialami pada tahun 2018 lalu.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali, puluhan petugas drainase dikerahkan untuk mengeruk saluran sepanjang 700 meter.
Mulai dari simpang empat Jalan Ki Barak Panji Sakti hingga ke Pasar Baktiseraga. Sejumlah truk juga dikerahkan untuk mengangkut sedimen tersebut.
Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng Gede Suharjono mengatakan, ada 80 orang yang dikerahkan untuk menggali sedimentasi di saluran tersebut.
Para pekerja dari Dinas PUTR Buleleng dibantu pula oleh warga setempat dan aparat Deas Baktiseraga.
Suharjono mengataskan, DAS Baktiseraga sebenarnya sudah direvitalisasi pada tahun 2019 lalu. Sedimentasi pun sudah berkurang jauh.
“Kalau dulu kan sedimentasinya tebal sekali. Sekarang sudah direvitalisasi. Meski sedimentasinya sudah lebih baik, tapi kan harus tetap diantisipasi. Jangan sampai menumpuk,” kata Suharjono.
Sementara itu, Perbekel Baktiseraga Gusti Putu Armada mengatakan, banjir yang terjadi pada tahun 2018 lalu memberikan dampak cukup besar bagi masyarakat.
Sejak tahun lalu, banjir tak lagi terjadi di Desa Baktiseraga. “Kalau dulu kan DAS Baktiseraga ini jadi saluran akhir. Air dari DI Tiingtali, melimpah kesini.
Setelah dinormalisasi, kemudian dibuatkan sodetan di Jalan Serma Karma, sekarang sudah lebih baik. Tidak ada banjir lagi,” kata Armada.
Saat ini pihak desa tengah fokus berusaha mengubah perilaku masyarakat di bidang lingkungan. Terutama perilaku membuang sampah sembarangan.
Kini desa telah memiliki TPS 3R. Warga diharapkan melakukan pemilahan sejak dari tingkat rumah tangga. Sehingga sampah dapat diolah dengan baik di TPS.