SINGARAJA – Harga daging ayam di pasar tradisional mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan pada awal puasa Ramadhan.
Dalam sepekan terakhir harga daging ayam mengalami kenaikan nyaris sebanyak 50 persen. Pasokan yang minim diduga menjadi pemicu melambungnya harga daging di tingkat pedagang.
Pada Selasa (6/4) pekan lalu, harga daging ayam dilaporkan masih berkisar pada angka Rp 35 ribu hingga Rp 38 ribu per kilogram.
Pada akhir pekan lalu, harga daging ayam mulai merangkak naik menjadi Rp 41 ribu hingga Rp 42 ribu per kilogram.
Pada akhir pekan ini, harga daging ayam kembali mengalami lonjakan harga. Kini harga daging ayam berkisar pada angka Rp 50 ribu hingga Rp 55 ribu per kilogram.
Pasokan yang tersedia di tangan peternak ditengarai minim. Sehingga harga di tingkat penjual terkerek naik secara signifikan.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali di Pasar Anyar Singaraja, harga tertinggi daging ayam potong mencapai Rp 55 ribu per kilogram.
Meski begitu, ada pula yang menjual daging ayam seharga Rp 50 ribu per kilogram. Itu pun pasokannya sangat terbatas.
Salah seorang pedagang, Tomy Antra Pramana mengungkapkan, kenaikan harga daging terjadi karena harga ayam potong juga mengalami kenaikan.
Saat ini di tingkat peternak harga ayam potong hidup mencapai Rp 28.500 per ekor. Sementara dulunya harga ayam potong hidup tak pernah lebih dari angka Rp 22.500 per ekor.
Menurutnya, kenaikan terjadi sejak awal pekan lalu. Pedagang pun kelimpungan karena pasokan daging juga dibatasi.
“Dari supplier juga ada penjatahan. Saya hanya dapat jatah 200 kilogram. Itu pun masih kurang. Kadang ya harus cari sama supplier lain juga. Itu pun belum tentu dapat,” katanya.
Setali tiga uang dengan Tomy, pedagang lainnya, Luh Menik juga mengeluhkan hal yang sama. “Dari sebelum Galungan harganya sudah mulai naik.
Ayam potong hidup sekarang sedikit. Sekarang masih kecil-kecil juga sudah dipotong. Itu juga dijatah,” kata Luh Menik.
Dampaknya daya beli masyarakat terhadap daging ayam kini mengalami penurunan. Para pedagang khawatir mereka tak bisa balik modal,
karena pembeli terancam berkurang. Mereka pun berharap harga dapat kembali pulih saat di bawah Rp 40 ribu per kilogram.