TABANAN – Tradisi Nangluk Merana kembali dilakukan oleh Krama subak Piling, Desa Mangesta, Kecamatan Penebel. Tradisi yang digelar Selasa siang (11/5) untuk memohon doa dan pertolongan Sang Hyang Widhi Wasa agar hama tikus yang menyerang tanaman padi akhir-akhir segera berakhir.
Tradisi ini diikuti oleh seluruh krama subak Piling, Desa Mangesta dan petani desa setempat.
Uniknya dari ritual Nangluk Merana warga menggunakan gong dan ceng-ceng mengelilingi subak lahan pertanian.
Pekaseh Subak Piling, I Ketut Rustana mengatakan ritual nangluk merana sudah rutin dan turun temurun dilakukan warga setiap tiga tahun sekali.
Semestinya krama subak menggelar ritual nangluk merana ini pada enam bulan yang lalu. Namun karena sesuatu hal dan adanya kegiatan di desa, sehingga ritual ini baru bisa dilaksanakan hari ini.
“Digelar hari ini setelah salah seorang krama subak mendapat pawisik atau petunjuk ketika melakukan persembahyangan di Pura Pucak Kedaton. Jadi sesuai petunjuk diberikan kita (Krama) diminta untuk segera dilaksakan,” terangnya.
Prosesi ritual nangluk merana. Dilakukan dengan mulai nedunang ida sesuhunan di Puncak Kedaton, Senin (10/5). Baru selanjutnya krama menggelar pengider buana (keliling) di seluruh wilayah Subak Piling.
Mengelilingi subak dengan berjalan kaki sambil membawa gong.
Setelah berjalan belasan kilometer, krama langsung nedunang ida bhatara di Pura Bale Agung.
“Nah saat itu baru berdoa memohon bantuan kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Agar hama tikus yang menyerang padi selama segera punah,” ujar Rustana.
Dia mengaku alasan pihaknya harus menggelar ritual Nangluk Merana, karena selain adanya pertanian tanaman padi warga yang terserang hama tikus dan hama lainnya. Seperti walang sangit. Kemudian juga mengusir virus yang ada pada tanah dan tanaman padi.
“Di sini ada sekitar 150 hektar lahan pertanian warga. Sebagian sudah terserang hama tikus sejak sebulan yang lalu,” terangnya.
Alasan lainnya pihak harus menggelar ritual Nangluk Merana. Karena menyangkut keyakinan warga. Wilayah Desa Piling dengan sebagian lahan pertanian dan warganya bekerja sebagai petani sangat tidak bisa lepas dengan Niskala.
Warga sangat begitu yakin memberantas hama tikus bukan hanya dilakukan dengan cara membasmi menggunakan racun atau cara tradisional. Melainkan pula harus dilakukan sebuah ritual upacara.
“Harapan kami dan warga hama tikus hilang dan tidak lagi menyerang tanaman yang ada di subak Piling secara brutal. Kemudian ini juga sebagai upaya untuk mempertahankan wilayah kami sebagai lahan pertanian yang utuh,” pungkasnya.