33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:57 PM WIB

Paceklik Ikan Berakhir, Giliran Dihadang Ombak Maling

NEGARA – Nelayan di Jembrana, masih belum lepas dari kesulitan. Setelah paceklik ikan berakhir, mereka masih belum bisa melaut karena dihadang cuaca buruk.

Nelayan Desa Pengambengan, Negara yang merupakan pusat nelayan terbesar selama dua tahun tidak bisa mengantungkan hidup sepenuhnya dari hasil melaut karena paceklik ikan.

Setelah dua tahun, paceklik ikan, kini sudah berakhir. Sehingga mereka mulai berharap penghasilan utama dari menangkap ikan bisa kembali.

Namun baru saja mereka mulai melaut, cuaca buruk terjadi yang membuat mereka harus kembali menahan diri untuk menangkap ikan.

“Setelah paceklik ikan cukup lama, kinj ikan mulai ada, namun cuaca buruk sangat membahayakan kamj saat melaut,” ujar Basri, salah seorang nelayan di Pengambengan.

Nelayan yang melaut menggunakan sampan dengan jarak tempuh yang lebih pendek dibandingkan perahu selerek ini mengatakan,

untuk mencapai tempat mencari ikan, harus melewati pintu muara dimana ombak besar sering datang tiba-tiba. 

“Oleh nelayan ombak besar yang datang tiba-tiba itu sering disebut ombak maling. Nelayan paling takut dengan ombak maling itu karena sangat membahayakan,” ungkapnya.

Beberapa hari lalu dirinya terpaksa balik kembali pulang karena saat hendak keluar dari pintu muara, ombak maling itu datang bergulung-gulung.

Melihat ombak maling datang Basri yang sudah puluhan tahun menjadi nelayan, langsung membalik sampan agar tidak menjadi korban.

“Jika  nekat menerobos ombak maling  itu, sampan terbalik kena hantam,”ungkapnya. Daripada menantang bahaya, kata Basri, dirimya lebih baik tidak melaut dan menunggu cuaca membaik.

Bukan saja nelayan yang mengunakan sampat takut dengan ombak maling tersebut. Nelayan yang menggunakan perahu selerek juga tidak berani menanggung resiko.

Mereka juga memilih menunggu cuaca membaik. “Ombak besar dan badai sudah sekitar dua minggu sering datang. Beberapa hari lalu kami sempat melaut.

Namun belum sampai di tempat mencari ikan dan belum sempat menebar jaring kami terpaksa pulang karena badai, padahal belum sempat menebar jaring,” ujar Madek Rahman anak buah perahu selerek.

Santoso, nelayan lainya menambahkan, nelayan baru sekitar satu bulan mendapat hasil dari melaut. Namun saat ini mereka sudah dihadang buruk.

“Kami berharap, cuaca buruk dilaut cepat menghilang sehingga nbisa kembali melaut. Setelah paceklik sekitar dua tahun, baru saja ada ikan. Sekarang malah datang badai yang membuat kami tidak bisa melaut,” ungkapnya

NEGARA – Nelayan di Jembrana, masih belum lepas dari kesulitan. Setelah paceklik ikan berakhir, mereka masih belum bisa melaut karena dihadang cuaca buruk.

Nelayan Desa Pengambengan, Negara yang merupakan pusat nelayan terbesar selama dua tahun tidak bisa mengantungkan hidup sepenuhnya dari hasil melaut karena paceklik ikan.

Setelah dua tahun, paceklik ikan, kini sudah berakhir. Sehingga mereka mulai berharap penghasilan utama dari menangkap ikan bisa kembali.

Namun baru saja mereka mulai melaut, cuaca buruk terjadi yang membuat mereka harus kembali menahan diri untuk menangkap ikan.

“Setelah paceklik ikan cukup lama, kinj ikan mulai ada, namun cuaca buruk sangat membahayakan kamj saat melaut,” ujar Basri, salah seorang nelayan di Pengambengan.

Nelayan yang melaut menggunakan sampan dengan jarak tempuh yang lebih pendek dibandingkan perahu selerek ini mengatakan,

untuk mencapai tempat mencari ikan, harus melewati pintu muara dimana ombak besar sering datang tiba-tiba. 

“Oleh nelayan ombak besar yang datang tiba-tiba itu sering disebut ombak maling. Nelayan paling takut dengan ombak maling itu karena sangat membahayakan,” ungkapnya.

Beberapa hari lalu dirinya terpaksa balik kembali pulang karena saat hendak keluar dari pintu muara, ombak maling itu datang bergulung-gulung.

Melihat ombak maling datang Basri yang sudah puluhan tahun menjadi nelayan, langsung membalik sampan agar tidak menjadi korban.

“Jika  nekat menerobos ombak maling  itu, sampan terbalik kena hantam,”ungkapnya. Daripada menantang bahaya, kata Basri, dirimya lebih baik tidak melaut dan menunggu cuaca membaik.

Bukan saja nelayan yang mengunakan sampat takut dengan ombak maling tersebut. Nelayan yang menggunakan perahu selerek juga tidak berani menanggung resiko.

Mereka juga memilih menunggu cuaca membaik. “Ombak besar dan badai sudah sekitar dua minggu sering datang. Beberapa hari lalu kami sempat melaut.

Namun belum sampai di tempat mencari ikan dan belum sempat menebar jaring kami terpaksa pulang karena badai, padahal belum sempat menebar jaring,” ujar Madek Rahman anak buah perahu selerek.

Santoso, nelayan lainya menambahkan, nelayan baru sekitar satu bulan mendapat hasil dari melaut. Namun saat ini mereka sudah dihadang buruk.

“Kami berharap, cuaca buruk dilaut cepat menghilang sehingga nbisa kembali melaut. Setelah paceklik sekitar dua tahun, baru saja ada ikan. Sekarang malah datang badai yang membuat kami tidak bisa melaut,” ungkapnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/