27.8 C
Jakarta
22 November 2024, 23:46 PM WIB

Kualitas Beras Pascapanen Kurang Optimal, Hibahkan Mesin Pengering

DENPASAR – Produksi beras lokal yang kualitasnya belum maksimal menjadi kendala pemasaran di Bali.

Ini mengingat keberadaan mesin pengering yang kurang optimal sebelum masuk proses penggilingan yang membuat hasil beras banyak yang patah.

Dengan pengoptimalan mesin pengering di tingkat petani diyakini bisa meningkatkan mutu kualitas beras di Bali sehingga memiliki daya saing untuk di pasar.

Menurut Kabid Produksi, Dinas Tanaman Pangan, Hortikuktura dan Perkebunan Provinsi Bali, I Wayan Sunarta, musim hujan menjadi momok bagi sebagian besar petani di Bali.

Di mana musim hujan dianggap penghambat produksi beras lantaran pengeringan yang tidak berjalan maksimal.

Kondisi tersebut berpengaruh pada kualitas hasil produksi menjadi banyak patah dengan warna yang sedikit menguning.

“Ini membuat konsumen berpikir untuk membeli beras dengan hasil seperti itu. Makanya banyak yang beralih ke beras kemasan karena tampilannya bagus dan cerah,” katanya.

Hal ini berakibat pada penyerapan beras lokal kurang lantaran kalah berasing dengan beras dari luar.

Menghadapi masalah ini, pemerintah melalui dinas telah menyiapkan lima unit mesin pengering untuk dihibahkan kepada kelompok tani di beberapa daerah di Bali.

“Saat ini mesin pengering sedang dalam proses pemesanan, mungkin sekitar Desember datang,” kata Sunarta.

Sunarta menjelaskan, lima unit mesin pengering tersebut akan didistribusikan kepada kelompok tani di lima kabupaten meliputi Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, dan Karangasem.

Dengan kapasitas 6 ton serta memakan waktu kurang lebih 12 jam pengeringan, diharapkan nantinya hasil produksi bisa maksimal.

“Terutama dari segi mutu kami harapkan bisa lebih bagus, sehingga bisa bersaing di pasar lokal,” harapnya.

Mesin pengering ini nantinya akan menggunakan bahan bakar biomasa sekam dan memanfaatkan tenaga listrik untuk peredam asap.

“Untuk bangunan tempat operasional mesin, saat ini baru masuk tahap awal pembangunan. Kami  menyerahkan langsung

kepada petani untuk membangun dengan biaya yang kami berikan, karena jika memakai tender waktu sudah mepet,” pungkasnya.

DENPASAR – Produksi beras lokal yang kualitasnya belum maksimal menjadi kendala pemasaran di Bali.

Ini mengingat keberadaan mesin pengering yang kurang optimal sebelum masuk proses penggilingan yang membuat hasil beras banyak yang patah.

Dengan pengoptimalan mesin pengering di tingkat petani diyakini bisa meningkatkan mutu kualitas beras di Bali sehingga memiliki daya saing untuk di pasar.

Menurut Kabid Produksi, Dinas Tanaman Pangan, Hortikuktura dan Perkebunan Provinsi Bali, I Wayan Sunarta, musim hujan menjadi momok bagi sebagian besar petani di Bali.

Di mana musim hujan dianggap penghambat produksi beras lantaran pengeringan yang tidak berjalan maksimal.

Kondisi tersebut berpengaruh pada kualitas hasil produksi menjadi banyak patah dengan warna yang sedikit menguning.

“Ini membuat konsumen berpikir untuk membeli beras dengan hasil seperti itu. Makanya banyak yang beralih ke beras kemasan karena tampilannya bagus dan cerah,” katanya.

Hal ini berakibat pada penyerapan beras lokal kurang lantaran kalah berasing dengan beras dari luar.

Menghadapi masalah ini, pemerintah melalui dinas telah menyiapkan lima unit mesin pengering untuk dihibahkan kepada kelompok tani di beberapa daerah di Bali.

“Saat ini mesin pengering sedang dalam proses pemesanan, mungkin sekitar Desember datang,” kata Sunarta.

Sunarta menjelaskan, lima unit mesin pengering tersebut akan didistribusikan kepada kelompok tani di lima kabupaten meliputi Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, dan Karangasem.

Dengan kapasitas 6 ton serta memakan waktu kurang lebih 12 jam pengeringan, diharapkan nantinya hasil produksi bisa maksimal.

“Terutama dari segi mutu kami harapkan bisa lebih bagus, sehingga bisa bersaing di pasar lokal,” harapnya.

Mesin pengering ini nantinya akan menggunakan bahan bakar biomasa sekam dan memanfaatkan tenaga listrik untuk peredam asap.

“Untuk bangunan tempat operasional mesin, saat ini baru masuk tahap awal pembangunan. Kami  menyerahkan langsung

kepada petani untuk membangun dengan biaya yang kami berikan, karena jika memakai tender waktu sudah mepet,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/