31.6 C
Jakarta
25 November 2024, 16:11 PM WIB

UNIK! 11 Sulinggih Pimpin Ritual Melukat Masal di Pantai Mertasari

DENPASAR – Umat Hindu di Bali  sehari  setelah perayaan hari  Saraswati giliran merayakan Banyu Pinaruh dengan cara melaksanakan panglukatan (menyucikan diri).

Seperti  melukat masal di Pantai Mertasari, Sanur, Minggu (14/10) pagi hingga siang. Kurang lebih sebanyak 500 umat Hindu malukat Gangga Pratista.

Panglukatan tersebut melibatkan 11 Sulinggih dari semua soroh yang ada di Bali. Ketua panitia kegiatan, Pinandita I Wayan Dodi Arianta menjelaskan, kegiatan ini untuk memberikan pemahaman tentang panglukatan Banyu Pinaruh sesungguhnya.

Jika dibandingkan dengan panglukatan biasa, rangkaiannya sangat berbeda. “Awalnya ini karena ada peraturan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia,

bahwa melukat Banyu Pinaruh tidak mandi biasa. Namun, mendapatkan panglukatan dari Sulinggih,” terangnya.

Rangkaian melukat ini mulai berlangsung malam hari sebelumnya. Berawal dari ngeruak tempat panglukatan dan tempat nunas tirta (ari suci).

Karena tirta yang digunakan melukat merupakan tirta yang didapatkan pada botol yang ditaruh semalaman di tengah laut. Sebelum malukat, paginya tirta tersebut diambil dengan diiringi tarian rejang.

Selain tirta dari laut itu, tirta dari Pura Khayangan Tiga dan Pura Besakih juga gunakan. “Kalau pesertanya kita buka untuk umum, sampai saat ini sebanyak 500 orang.

Mereka  juga tidak dipungut biaya, dan sarananya mereka cukup hanya membawa canang atau pejati. Tidak bawa apa-apa juga boleh asalkan niatnya tulus,” pungkas Dodi.

DENPASAR – Umat Hindu di Bali  sehari  setelah perayaan hari  Saraswati giliran merayakan Banyu Pinaruh dengan cara melaksanakan panglukatan (menyucikan diri).

Seperti  melukat masal di Pantai Mertasari, Sanur, Minggu (14/10) pagi hingga siang. Kurang lebih sebanyak 500 umat Hindu malukat Gangga Pratista.

Panglukatan tersebut melibatkan 11 Sulinggih dari semua soroh yang ada di Bali. Ketua panitia kegiatan, Pinandita I Wayan Dodi Arianta menjelaskan, kegiatan ini untuk memberikan pemahaman tentang panglukatan Banyu Pinaruh sesungguhnya.

Jika dibandingkan dengan panglukatan biasa, rangkaiannya sangat berbeda. “Awalnya ini karena ada peraturan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia,

bahwa melukat Banyu Pinaruh tidak mandi biasa. Namun, mendapatkan panglukatan dari Sulinggih,” terangnya.

Rangkaian melukat ini mulai berlangsung malam hari sebelumnya. Berawal dari ngeruak tempat panglukatan dan tempat nunas tirta (ari suci).

Karena tirta yang digunakan melukat merupakan tirta yang didapatkan pada botol yang ditaruh semalaman di tengah laut. Sebelum malukat, paginya tirta tersebut diambil dengan diiringi tarian rejang.

Selain tirta dari laut itu, tirta dari Pura Khayangan Tiga dan Pura Besakih juga gunakan. “Kalau pesertanya kita buka untuk umum, sampai saat ini sebanyak 500 orang.

Mereka  juga tidak dipungut biaya, dan sarananya mereka cukup hanya membawa canang atau pejati. Tidak bawa apa-apa juga boleh asalkan niatnya tulus,” pungkas Dodi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/