29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:50 AM WIB

Tukar Sampah Plastik, Mayun Dapat 5 Kilogram Beras

TABANAN – Masalah penanganan sampah plastik memang tiada habisnya. Harus butuh strategi jitu untuk memeranginya. Berbagai cara dilakukan salah satunya dengan bagaimana agar warga banjar terlibat secara aktif melakukan pemilahan sampah pada sumbernya yakni di rumah tangga. Warga yang sudah memilah sampah di rumah. Selanjutnya hasilnya dari sampah plastik yang terpilah ditukar menjadi beras.

Menukar sampah plastik menjadi beras itulah yang kini menjadi rutinitas warga Desa Kukuh Kecamatan Kerambitan, Tabanan setiap minggunya.

Minggu kemarin (28/2) kendati dalam suasana hujan sejumlah warga Desa Kukuh Kerambitan tampak antusias datang ke halaman Puri Kerambitan. Mereka warga datang membawa sampah plastik yang terbungkus dalam sebuah karung. Baik itu berupa sampah plastik kresek, botol, rongsokan, kardus, buku/kertas, dan sampah plastik lainnya.

Sampah-sampah tersebut ditukarkan oleh warga. Hingga warga dapat membawa pulang beras mulai dari 1 sampai 5 kilogram.

Salah satu warga Banjar Dinas Baturiti Tengah, Desa Kukuh Kerambitan Gede Arya, 51 mengaku dirinya saat ini mendapat 2 kilogram beras. Setelah sampah berupa botol plastik yang ia kumpulkan mencapai berat 5 kilogram dan rongsokan plastik 6 kilogram.

 

Kata Gede Arya, sampah plastik tersebut ia dapat selain hasil pemilahan secara mandiri di rumahnya. Juga hasil memilah sampah-sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh tetangga sekitar rumahnya.

“Memilah dengan mengumpulkan sampah plastik baru dua minggu saya lakukan semenjak muncul penukaran sampah plastik menjadi beras yang dilakukan oleh The Plastic Exchange bekerja sama dengan Baturiti Kedas Bersemi salah satu komunitas lingkungan di desa yang juga bergerak memerangi sampah plastik,” ucapnya.

Diakui pria berusia 51 tahun ini, ide menukar sampah plastik dengan beras bukan hanya membuat warga tertarik untuk mengumpulkan sampah plastik. Melainkan membuat warga teredukasi dan bersih lingkungan rumah dari sampah plastik.

Dulunya warga hanya mengenal sampah plastik dibuang begitu saja, bahkan ada yang membakar. Namun sekarang mengetahui bahwa sampah plastik memiliki nilai ekonomi. Apalagi plastik yang dikumpulkan langsung ditukar menjadi beras.

“Ya warga jadi antusias dan bersemangat, karena sampah ditukar dengan beras hitung-hitung dapat membantu kebutuhan dapur. Terlebih kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini,” ungkapnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wayan Mayun, 57. Dia mengaku sudah lama mengumpulkan sampah plastik dan barang-barang rongsokan di desa. Sampah-sampah yang biasa dikumpulkan dijual kepada pengumpul barang rongsokan yang masuk ke desa-desa.

“Kalau dulu harus menunggu pengepul rongsokan untuk menjual sampah plastik. Sekarang lebih praktis setiap seminggu sekali diambil dengan cara ditukar beras,” ujarnya.

Dia menyatakan meski hanya mendapat 5 kilogram beras dengan mampu mengumpulkan 10 kilogram botol plastik dan 4 kilogram kertas dalam seminggu saat ini. Mayun merasa terbantu dengan penukaran sampah plastik menjadi beras

Saya kumpulkan secara mandiri di rumah, kemudian memilih sampah dari tetangga saya kumpulkan sekitar satu mingguan. Kemarin saya dapat satu kilogram sekarang saya dapat 2 kilogram beras.

“Saya senang sudah merasakan terbantu kok ekonomi rumah,” tungkasnya.

Sementara itu Inisiator The Plastic Exchange I Made Janur Yasa mengatakan penukaran sampah plastik dengan beras sebenarnya sudah dilakukan di Kabupaten Gianyar dengan hampir 13 banjar yang sudah mengikuti program ini dan kini mulai merambah ke Tabanan.

Sebenarnya pihaknya bukan menonjolkan sisi penukaran sampah plastik dengan beras. Tetapi lebih kepada edukasi dan aksi masyarakat memerangi sampah dari sumbernya. Yakni skala rumah tangga.

“Edukasi sampah warga menjadi sadar akan lingkungan sekitar. Sehingga melakukan pemungutan sampah plastik di lingkungan tempat tinggal mereka. Kedua ada aksi pemilahan sampah dilakukan dan yang paling penting warga mengetahui bawah sampah plastik memiliki nilai ekonomis,” bebernya.

Dia melanjutkan ada 7 jenis sampah yang dapat ditukar warga dengan beras. Diantaranya sampah plastik kresek, botol plastik, plastik dan botol basah, rongsokan plastik, kardus, kertas/buku, besi/metal hingga pihaknya menerima penukaran botol bir.

Khusus di Desa Kukuh setiap penukaran sampah plastik dilakukan warga hampir 60-100 kilogram beras pihaknya harus menyediakan.

“Program ini akan menjadi kami lebih gencarkan di desa Kukuh Kerambitan Tabanan dan akan merambah desa-desa lainnya di Tabanan. Agar masalah sampah plastik tertangani,” pungkasnya.

TABANAN – Masalah penanganan sampah plastik memang tiada habisnya. Harus butuh strategi jitu untuk memeranginya. Berbagai cara dilakukan salah satunya dengan bagaimana agar warga banjar terlibat secara aktif melakukan pemilahan sampah pada sumbernya yakni di rumah tangga. Warga yang sudah memilah sampah di rumah. Selanjutnya hasilnya dari sampah plastik yang terpilah ditukar menjadi beras.

Menukar sampah plastik menjadi beras itulah yang kini menjadi rutinitas warga Desa Kukuh Kecamatan Kerambitan, Tabanan setiap minggunya.

Minggu kemarin (28/2) kendati dalam suasana hujan sejumlah warga Desa Kukuh Kerambitan tampak antusias datang ke halaman Puri Kerambitan. Mereka warga datang membawa sampah plastik yang terbungkus dalam sebuah karung. Baik itu berupa sampah plastik kresek, botol, rongsokan, kardus, buku/kertas, dan sampah plastik lainnya.

Sampah-sampah tersebut ditukarkan oleh warga. Hingga warga dapat membawa pulang beras mulai dari 1 sampai 5 kilogram.

Salah satu warga Banjar Dinas Baturiti Tengah, Desa Kukuh Kerambitan Gede Arya, 51 mengaku dirinya saat ini mendapat 2 kilogram beras. Setelah sampah berupa botol plastik yang ia kumpulkan mencapai berat 5 kilogram dan rongsokan plastik 6 kilogram.

 

Kata Gede Arya, sampah plastik tersebut ia dapat selain hasil pemilahan secara mandiri di rumahnya. Juga hasil memilah sampah-sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh tetangga sekitar rumahnya.

“Memilah dengan mengumpulkan sampah plastik baru dua minggu saya lakukan semenjak muncul penukaran sampah plastik menjadi beras yang dilakukan oleh The Plastic Exchange bekerja sama dengan Baturiti Kedas Bersemi salah satu komunitas lingkungan di desa yang juga bergerak memerangi sampah plastik,” ucapnya.

Diakui pria berusia 51 tahun ini, ide menukar sampah plastik dengan beras bukan hanya membuat warga tertarik untuk mengumpulkan sampah plastik. Melainkan membuat warga teredukasi dan bersih lingkungan rumah dari sampah plastik.

Dulunya warga hanya mengenal sampah plastik dibuang begitu saja, bahkan ada yang membakar. Namun sekarang mengetahui bahwa sampah plastik memiliki nilai ekonomi. Apalagi plastik yang dikumpulkan langsung ditukar menjadi beras.

“Ya warga jadi antusias dan bersemangat, karena sampah ditukar dengan beras hitung-hitung dapat membantu kebutuhan dapur. Terlebih kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini,” ungkapnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wayan Mayun, 57. Dia mengaku sudah lama mengumpulkan sampah plastik dan barang-barang rongsokan di desa. Sampah-sampah yang biasa dikumpulkan dijual kepada pengumpul barang rongsokan yang masuk ke desa-desa.

“Kalau dulu harus menunggu pengepul rongsokan untuk menjual sampah plastik. Sekarang lebih praktis setiap seminggu sekali diambil dengan cara ditukar beras,” ujarnya.

Dia menyatakan meski hanya mendapat 5 kilogram beras dengan mampu mengumpulkan 10 kilogram botol plastik dan 4 kilogram kertas dalam seminggu saat ini. Mayun merasa terbantu dengan penukaran sampah plastik menjadi beras

Saya kumpulkan secara mandiri di rumah, kemudian memilih sampah dari tetangga saya kumpulkan sekitar satu mingguan. Kemarin saya dapat satu kilogram sekarang saya dapat 2 kilogram beras.

“Saya senang sudah merasakan terbantu kok ekonomi rumah,” tungkasnya.

Sementara itu Inisiator The Plastic Exchange I Made Janur Yasa mengatakan penukaran sampah plastik dengan beras sebenarnya sudah dilakukan di Kabupaten Gianyar dengan hampir 13 banjar yang sudah mengikuti program ini dan kini mulai merambah ke Tabanan.

Sebenarnya pihaknya bukan menonjolkan sisi penukaran sampah plastik dengan beras. Tetapi lebih kepada edukasi dan aksi masyarakat memerangi sampah dari sumbernya. Yakni skala rumah tangga.

“Edukasi sampah warga menjadi sadar akan lingkungan sekitar. Sehingga melakukan pemungutan sampah plastik di lingkungan tempat tinggal mereka. Kedua ada aksi pemilahan sampah dilakukan dan yang paling penting warga mengetahui bawah sampah plastik memiliki nilai ekonomis,” bebernya.

Dia melanjutkan ada 7 jenis sampah yang dapat ditukar warga dengan beras. Diantaranya sampah plastik kresek, botol plastik, plastik dan botol basah, rongsokan plastik, kardus, kertas/buku, besi/metal hingga pihaknya menerima penukaran botol bir.

Khusus di Desa Kukuh setiap penukaran sampah plastik dilakukan warga hampir 60-100 kilogram beras pihaknya harus menyediakan.

“Program ini akan menjadi kami lebih gencarkan di desa Kukuh Kerambitan Tabanan dan akan merambah desa-desa lainnya di Tabanan. Agar masalah sampah plastik tertangani,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/