27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:03 AM WIB

Warga Enggan Serahkan Lontar, Konservasi Warisan Budaya Kuno Terganggu

NEGARA – Konservasi lontar yang tengah digalakkan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jembrana, terkendala sikap sebagian masyarakat yang masih belum menyadari pentingnya konservasi warisan budaya berusia ratusan tahun tersebut.

Karena itu, lontar yang tersimpan masih enggan diserahkan untuk dikonservasi dengan alasan tertentu.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Ida Ayu Made Dharma Yanti Putra mengatakan, warga Jembrana yang memiliki lontar di rumahnya diduga masih banyak.

Diperkirakan jumlahnya bisa seribu lebih lontar yang disimpan masyarakat. Namun, yang bisa dikonservasi hanya sebagian karena ada kesadaran dari pemiliknya.

“Padahal, kami ingin menyelamatkan lontar, bukan mengambil lontarnya,” jelasnya. Sejak upaya konservasi lontar dilakukan tahun 2016 lalu,

sebanyak 596 cakep lontar dari warga yang menyimpan diserahkan pada dinas untuk dikonservasi oleh penyuluh bahasa Bali yang digandeng dinas untuk konservasi lontar.

Namun, dari total lontar tersebut hanya 464 cakep lontar berhasil dikonservasi, sisanya sebanyak 132 cakep lontar rusak. “Bahkan, ada lontar yang rusak parah, sebagian jadi debu,” ujarnya.

Menurutnya, lontar merupakan warisan budaya yang harus dikonservasi. Karena dari lontar yang sudah usianya diatas seratus tahun tersebut tersimpan khazanah budaya dan keilmuan dari pendahulu.

Seperti lontar tentang usada atau pengobatan yang sudah dipraktikkan sejak generasi tua dulu. Pihaknya masih menelusuri keberadaan lontar yang masih tersimpan oleh warga.

Karena berdasar penelusuran sebelumnya, setiap orang menyimpan lontar hingga 60 cakep. Sehingga, melalui penyuluh bahasa Bali yang diajak bekerja sama melakukan upaya konservasi lontar,

melalui pemerintahan desa juga mengimbau warga yang menyimpan lontar untuk dilaporkan pada dinas agar dikonservasi.

Lontar yang sudah berhasil dikonservasi, sudah tersimpan di perpustakaan daerah agar bisa dijadikan bahan pelajaran bagi generasi sekarang.

Warga yang menitipkan lontar juga bisa agar bisa dirawat dengan baik agar lontar tidak rusak. “Kedepan lontar akan diterjemahkan dan dibuatkan versi digitalnya,” tandasnya. 

NEGARA – Konservasi lontar yang tengah digalakkan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jembrana, terkendala sikap sebagian masyarakat yang masih belum menyadari pentingnya konservasi warisan budaya berusia ratusan tahun tersebut.

Karena itu, lontar yang tersimpan masih enggan diserahkan untuk dikonservasi dengan alasan tertentu.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Ida Ayu Made Dharma Yanti Putra mengatakan, warga Jembrana yang memiliki lontar di rumahnya diduga masih banyak.

Diperkirakan jumlahnya bisa seribu lebih lontar yang disimpan masyarakat. Namun, yang bisa dikonservasi hanya sebagian karena ada kesadaran dari pemiliknya.

“Padahal, kami ingin menyelamatkan lontar, bukan mengambil lontarnya,” jelasnya. Sejak upaya konservasi lontar dilakukan tahun 2016 lalu,

sebanyak 596 cakep lontar dari warga yang menyimpan diserahkan pada dinas untuk dikonservasi oleh penyuluh bahasa Bali yang digandeng dinas untuk konservasi lontar.

Namun, dari total lontar tersebut hanya 464 cakep lontar berhasil dikonservasi, sisanya sebanyak 132 cakep lontar rusak. “Bahkan, ada lontar yang rusak parah, sebagian jadi debu,” ujarnya.

Menurutnya, lontar merupakan warisan budaya yang harus dikonservasi. Karena dari lontar yang sudah usianya diatas seratus tahun tersebut tersimpan khazanah budaya dan keilmuan dari pendahulu.

Seperti lontar tentang usada atau pengobatan yang sudah dipraktikkan sejak generasi tua dulu. Pihaknya masih menelusuri keberadaan lontar yang masih tersimpan oleh warga.

Karena berdasar penelusuran sebelumnya, setiap orang menyimpan lontar hingga 60 cakep. Sehingga, melalui penyuluh bahasa Bali yang diajak bekerja sama melakukan upaya konservasi lontar,

melalui pemerintahan desa juga mengimbau warga yang menyimpan lontar untuk dilaporkan pada dinas agar dikonservasi.

Lontar yang sudah berhasil dikonservasi, sudah tersimpan di perpustakaan daerah agar bisa dijadikan bahan pelajaran bagi generasi sekarang.

Warga yang menitipkan lontar juga bisa agar bisa dirawat dengan baik agar lontar tidak rusak. “Kedepan lontar akan diterjemahkan dan dibuatkan versi digitalnya,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/