SEMARAPURA-Penutupan café remang-remang dan tempat-tempat yang diduga dipakai untuk praktik prostitusi di Klungkung oleh bupati ternyata menimbulkan masalah baru.
Selain berdampak pada kehidupan para pekerja seks komersial (PSK), para pencari layanan prostitusi seperti pria hidung belang juga makin kesulitan.
Dampak besar pascapenutupan, banyak dari para pelaku baik PSK dan pria hidung belang yang melakukan praktik “haram” itu secara terselubung atau sembunyi-sembunyi.
Sekretaris KPA Klungkung, I Wayan Sumanaya saat ditemui di ruangannya, Senin (1/4) mengungkapkan, sebelum dilakukan penutupan, ada sekitar tujuh café remang-remang dan tempat-tempat yang diduga menyediakan PSK.
Untuk menekan penyebaran kasus HIV/AIDS, pihaknya pun kerap berkunjung ke tempat-tempat itu untuk membagikan kondom.
Adapun setelah penutupan dan sidak dilakukan oleh Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, Minggu (6/1), tempat-tepat itu pun hilang bersama para PSKnya.
“Sudah bubar semua. Dulu tempat-tempat yang dulunya terang-terangan memasang plang short time seharga Rp 60 ribu per jam pun bubar. Dengan dibubarkan itu, kami tidak lagi membagikan kondom,” ungkapnya.
Dengan kondisi seperti itu, menurutnya para hidung belang diperkirakan mulai kesulitan mencari jasa dan tempat esek-esek. Dan pihaknya memperkirakan para pencari jasa esek-esek ini pindah tempat ke kabupaten/kota lain yang masih longgar dalam menindak penyedia PSK ini.
“Seperti di Denpasar dan Badung. Itu kan masih ada,” katanya.
Bahkan selain berpindah, dari sidak lanjutan yang dilakukan bupati Klungkung, orang nomor satu ini justru menemukan praktik prostitusi baru secara terselubung berkedok warung.
Untuk itu pihaknya berharap peran serta masyarakat dan Pemkab Klungkung untuk melakukan pengawasan sehingga kasus HIV/AIDS di Kabupaten Klungkung benar-benar bisa ditekan. “Kami sudah gencar melakukan sosialisasi mengenai pencegahan dan bahaya HIV/AIDS. Yang masih membandel, tentunya sidak-sidak tempat yang diduga digunakan sebagai tempat esek-esek harus gencar dilakukan’tukasnya.