26.2 C
Jakarta
10 Desember 2024, 0:50 AM WIB

Tata Hutan Desa, Bantaran Sungai Tiyingtali Desa Panji Ditanami Pohon

SUKASADA – Pemerintah Desa Panji, Sukasada, Buleleng bersama dengan Kelompok Masyarakat Jasa Lingkungan Bangsing Beringin dan Pokdarwis desa setempat mulai menata kawasan pengelolaan hutan desa seluas 129 hektare. Penataan hutan desa dilakukan pada bantaran sungai (Tukad) Tiyingtali yang selama ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air minum desa, irigasi subak dan sebagai lokasi pemandian.

Puluhan pohon ditanam pada bantaran-bantaran sungai yang ada di daerah hulu di Banjar Dinas Mekar Sari, Desa Panji, Kamis (1/10). Dengan maksud pohon-pohon tersebut akan mampu menyerap dan menyimpan air kala musim penghujan tiba. Kemudian menjadi sumber mata air yang nantinya saat musim kemarau mengairi sungai (Tukad) Tiyingtali.

Perbekel Desa Panji Made Mangku Ariawan mengaku selama ini pemanfaatan hutan desa seluas 129 hektare yang diserahkan hak pengelolaan kepada desa panji pada tahun 2018 oleh kementerian lingkungan hidup dan kehutanan sudah banyak dirasa manfaatnya oleh masyarakat desa.

Khususnya sumber air pedesaan. Mulai dari irigasi subak di tiga desa. Yakni Desa Panji, Sambangan dan Desa Panji Anom. Selain itu dimanfaatkan sebagai lokasi pemandian dan sumber dari air minum desa.

Hanya saja bertahun-bertahun yang menjadi kendala sampah-sampah plastik yang masuk ke subak persawahan para petani yang berada di daerah hilir (bawah). Begitu pula dengan tempat pemandian mengeluhkah hal yang sama masuknya soal sampah di daerah hulu yang mencemari air pemandian.

“Nah daerah hulu inilah yang kami tata pengelolaannya. Sekaligus membuat sebuah ekowisata baru memaksimal potensi air yang ada di tukad Tiyingtali untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berada di daerah hutan desa,” ungkapnya.

Penataan hutan desa bagian hulu dengan melakukan kegiatan penanaman. Sebanyak 60 pohon dari berbagai jenis pohon. Seperti kamalia, kepundung dan pohon jenis lainnya yang mampu menyerap air hujan dan kala musim kemarau mampu menyimpan air.

Selain itu pihaknya juga memberikan edukasi manajemen pengelolaan wisata kepada masyarakat pedesaan berbasis lingkungan. Mulai soal sampah plastik dan terbangunnya manajemen pengelolaan wisata hutan desa yang baik.

“Jadi kami inginkan masyarakat bukan sekedar mengambil manfaat dari hutan desa yang menghasilkan sumber air yang keluar dari akar pohon. Melainkan mereka sadar penghijauan dan membersihkan dari sampah plastik. Sehingga subak pertanian bebas dari sampah plastik. Mengingat beberapa subak pertanian di desa kami saat ini sedang mengembangkan pertanian organik,” pungkasnya.

SUKASADA – Pemerintah Desa Panji, Sukasada, Buleleng bersama dengan Kelompok Masyarakat Jasa Lingkungan Bangsing Beringin dan Pokdarwis desa setempat mulai menata kawasan pengelolaan hutan desa seluas 129 hektare. Penataan hutan desa dilakukan pada bantaran sungai (Tukad) Tiyingtali yang selama ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air minum desa, irigasi subak dan sebagai lokasi pemandian.

Puluhan pohon ditanam pada bantaran-bantaran sungai yang ada di daerah hulu di Banjar Dinas Mekar Sari, Desa Panji, Kamis (1/10). Dengan maksud pohon-pohon tersebut akan mampu menyerap dan menyimpan air kala musim penghujan tiba. Kemudian menjadi sumber mata air yang nantinya saat musim kemarau mengairi sungai (Tukad) Tiyingtali.

Perbekel Desa Panji Made Mangku Ariawan mengaku selama ini pemanfaatan hutan desa seluas 129 hektare yang diserahkan hak pengelolaan kepada desa panji pada tahun 2018 oleh kementerian lingkungan hidup dan kehutanan sudah banyak dirasa manfaatnya oleh masyarakat desa.

Khususnya sumber air pedesaan. Mulai dari irigasi subak di tiga desa. Yakni Desa Panji, Sambangan dan Desa Panji Anom. Selain itu dimanfaatkan sebagai lokasi pemandian dan sumber dari air minum desa.

Hanya saja bertahun-bertahun yang menjadi kendala sampah-sampah plastik yang masuk ke subak persawahan para petani yang berada di daerah hilir (bawah). Begitu pula dengan tempat pemandian mengeluhkah hal yang sama masuknya soal sampah di daerah hulu yang mencemari air pemandian.

“Nah daerah hulu inilah yang kami tata pengelolaannya. Sekaligus membuat sebuah ekowisata baru memaksimal potensi air yang ada di tukad Tiyingtali untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berada di daerah hutan desa,” ungkapnya.

Penataan hutan desa bagian hulu dengan melakukan kegiatan penanaman. Sebanyak 60 pohon dari berbagai jenis pohon. Seperti kamalia, kepundung dan pohon jenis lainnya yang mampu menyerap air hujan dan kala musim kemarau mampu menyimpan air.

Selain itu pihaknya juga memberikan edukasi manajemen pengelolaan wisata kepada masyarakat pedesaan berbasis lingkungan. Mulai soal sampah plastik dan terbangunnya manajemen pengelolaan wisata hutan desa yang baik.

“Jadi kami inginkan masyarakat bukan sekedar mengambil manfaat dari hutan desa yang menghasilkan sumber air yang keluar dari akar pohon. Melainkan mereka sadar penghijauan dan membersihkan dari sampah plastik. Sehingga subak pertanian bebas dari sampah plastik. Mengingat beberapa subak pertanian di desa kami saat ini sedang mengembangkan pertanian organik,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/