28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:11 AM WIB

Duh, RSUD Buleleng Kehabisan Obat Penurun Panas, Kok Bisa?

RadarBali.com – RSUD Buleleng rupanya kehabisan pasokan obat. Beberapa obat dasar, bahkan tak tersedia di apotek.

Pasien, terutama yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), terpaksa merogoh kantong untuk membayar tambahan biaya.

Temuan itu muncul setelah DPRD Buleleng melakukan reses. Beberapa masyarakat mengeluhkan pelayanan RSUD Buleleng, karena sejumlah obat pelayanan dasar tak tersedia.

Mereka harus membeli obat di luar rumah sakit. Padahal, bila menggunakan JKN, pasien bisa mendapat obat cuma-cuma.

Saat Komisi IV DPRD Buleleng melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke RSUD Buleleng, Kamis (30/11) lalu, kondisi krisis obat masih berlangsung.

Mirisnya obat yang kosong adalah obat pelayanan dasar. Seperti obat penurun demam dan obat maag.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Buleleng, Ketut Ngurah Arya menyebut kondisi itu sangat memprihatinkan.

Pasien pengguna JKN, yang semestinya tak mengeluarkan banyak biaya saat berobat, justru terbebani.

Pasalnya saat obat tidak tersedia, pasien harus membeli obat di luar rumah sakit. “Beberapa harus beli keluar, karena beberapa obat tidak siap di apotek. Misalnya paracetamol sirup.

Padahal, itu kan obat ringan. Pasien harus beli keluar. Kalau dia pasien JKN, iya kalau bawa uang lebih, bisa beli. Kalau uangnya pas-pasan, bagaimana?” kata Arya saat dihubungi kemarin.

Dirut RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana tak menampik kondisi tersebut. Wiartana mengatakan, pihak rumah sakit sudah berupaya semaksimal mungkin agar pasien tidak kena tambahan biaya saat berobat.

Terutama pasien pengguna BPJS dan JKN. Hanya saja, beberapa obat memang kini kehabisan stok. Rumah sakit pun tak bisa berbuat banyak, selain mengarahkan keluarga pasien mencari sendiri obat tersebut.

Kondisi itu, kata Wiartana, bukan hanya terjadi di RSUD Buleleng. Namun terjadi secara nasional.

“Kami rumah sakit daerah harus beli lewat e-katalog, dan itu lewat distributor. Masalahnya di distributor juga sedang kosong. Sehingga kami tidak bisa berbuat banyak.

Itu bukan hanya di Buleleng saja, tapi secara nasional di mana-mana memang kosong,” tegas Wiartana.

RadarBali.com – RSUD Buleleng rupanya kehabisan pasokan obat. Beberapa obat dasar, bahkan tak tersedia di apotek.

Pasien, terutama yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), terpaksa merogoh kantong untuk membayar tambahan biaya.

Temuan itu muncul setelah DPRD Buleleng melakukan reses. Beberapa masyarakat mengeluhkan pelayanan RSUD Buleleng, karena sejumlah obat pelayanan dasar tak tersedia.

Mereka harus membeli obat di luar rumah sakit. Padahal, bila menggunakan JKN, pasien bisa mendapat obat cuma-cuma.

Saat Komisi IV DPRD Buleleng melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke RSUD Buleleng, Kamis (30/11) lalu, kondisi krisis obat masih berlangsung.

Mirisnya obat yang kosong adalah obat pelayanan dasar. Seperti obat penurun demam dan obat maag.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Buleleng, Ketut Ngurah Arya menyebut kondisi itu sangat memprihatinkan.

Pasien pengguna JKN, yang semestinya tak mengeluarkan banyak biaya saat berobat, justru terbebani.

Pasalnya saat obat tidak tersedia, pasien harus membeli obat di luar rumah sakit. “Beberapa harus beli keluar, karena beberapa obat tidak siap di apotek. Misalnya paracetamol sirup.

Padahal, itu kan obat ringan. Pasien harus beli keluar. Kalau dia pasien JKN, iya kalau bawa uang lebih, bisa beli. Kalau uangnya pas-pasan, bagaimana?” kata Arya saat dihubungi kemarin.

Dirut RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana tak menampik kondisi tersebut. Wiartana mengatakan, pihak rumah sakit sudah berupaya semaksimal mungkin agar pasien tidak kena tambahan biaya saat berobat.

Terutama pasien pengguna BPJS dan JKN. Hanya saja, beberapa obat memang kini kehabisan stok. Rumah sakit pun tak bisa berbuat banyak, selain mengarahkan keluarga pasien mencari sendiri obat tersebut.

Kondisi itu, kata Wiartana, bukan hanya terjadi di RSUD Buleleng. Namun terjadi secara nasional.

“Kami rumah sakit daerah harus beli lewat e-katalog, dan itu lewat distributor. Masalahnya di distributor juga sedang kosong. Sehingga kami tidak bisa berbuat banyak.

Itu bukan hanya di Buleleng saja, tapi secara nasional di mana-mana memang kosong,” tegas Wiartana.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/