26.1 C
Jakarta
26 April 2024, 5:01 AM WIB

Dalam Empat Tahun Terakhir, 9 Orang Meninggal Akibat DBD di Gianyar

GIANYAR — Masuk musim peralihan dari hujan ke kemarau patut diwaspadai oleh masyarakat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Gianyar, selama empat tahun terakhir, ada saja yang meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD).

Namun, per tahun, tingkat kematiannya rendah, hanya di bawah lima orang.

Kepala Bidang Penindakan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gianyar, Anak Agung Sukamawa, menyatakan DBD sampai saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Bali.

Dengan semakin merebaknya kasus DBD khususnya di Kabupaten Gianyar, dalam empat tahun terakhir jumlah kasus DBD, pada 2017 sebanyak 511 orang dengan kematian 2 orang.

Kemudian 2018 sebanyak 144 orang dengan jumlah kematian 0. Lalu 2019 sebanyak 715 orang dengan kematian sebanyak 4 orang. Dan 2020 kasus DBD sebanyak 1751 orang dengan kematian 3 orang.

“Untuk kasus terbanyak di tahun 2019 yaitu di Kecamatan Sukawati. Di tahun 2020, kasus terbanyak di Kecamatan Sukawati sebanyak 387 kasus dengan 3 orang kematian,” ujarnya, Selasa (2/3).

Menurutnya diawal tahun 2020 di Kabupaten Gianyar mengalami peningkatan kasus yang signifikan. Dimana tahun 2020 adalah merupakan siklus 5 tahunan terjadi peningkatan kasus DBD. Kata dia, jumlah kasus DBD ini hampir melanda seluruh Bali. Sehingga, berdasarkan data, jumlah kasus DBD di Gianyar pada 2020 lalu tertinggi dalam 4 tahun terakhir. Untuk data 2021 ini, belum ada kasus baru.

“Sedangkan di tahun 2021 ini dari Januari hingga hari ini (kemarin, red) belum ada kasus,” imbuhnya.

Pihaknya tetap mewaspadai sebaran kasus DBD ini. Dengan melakukan kegiatan penangulangan DBD. Diantaranya menjalankan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pola 3M. Yaitu menguras atau membersihkan tempat-tempat perindukan nyamuk; menutup rapat-rapat tempat penampungan air; dan mengubur atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air.

“Serta menaburkan bubuk larvasida pada tempat air yang tidak bisa di kuras, menghindari gigitan nyamuk seperti menggunakan lotion atau menanam tanaman anti nyamuk,” jelasnya.

Untuk penanggulangan nyamuk, dilaksanakan oleh kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) bersama masyarakat dan puskesmas secara terjadwal.

“Mengingat situasi saat ini kegiatan PSN lebih banyak dilakukan oleh keluarga masing-masing,” pungkasnya.

GIANYAR — Masuk musim peralihan dari hujan ke kemarau patut diwaspadai oleh masyarakat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Gianyar, selama empat tahun terakhir, ada saja yang meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD).

Namun, per tahun, tingkat kematiannya rendah, hanya di bawah lima orang.

Kepala Bidang Penindakan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gianyar, Anak Agung Sukamawa, menyatakan DBD sampai saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Bali.

Dengan semakin merebaknya kasus DBD khususnya di Kabupaten Gianyar, dalam empat tahun terakhir jumlah kasus DBD, pada 2017 sebanyak 511 orang dengan kematian 2 orang.

Kemudian 2018 sebanyak 144 orang dengan jumlah kematian 0. Lalu 2019 sebanyak 715 orang dengan kematian sebanyak 4 orang. Dan 2020 kasus DBD sebanyak 1751 orang dengan kematian 3 orang.

“Untuk kasus terbanyak di tahun 2019 yaitu di Kecamatan Sukawati. Di tahun 2020, kasus terbanyak di Kecamatan Sukawati sebanyak 387 kasus dengan 3 orang kematian,” ujarnya, Selasa (2/3).

Menurutnya diawal tahun 2020 di Kabupaten Gianyar mengalami peningkatan kasus yang signifikan. Dimana tahun 2020 adalah merupakan siklus 5 tahunan terjadi peningkatan kasus DBD. Kata dia, jumlah kasus DBD ini hampir melanda seluruh Bali. Sehingga, berdasarkan data, jumlah kasus DBD di Gianyar pada 2020 lalu tertinggi dalam 4 tahun terakhir. Untuk data 2021 ini, belum ada kasus baru.

“Sedangkan di tahun 2021 ini dari Januari hingga hari ini (kemarin, red) belum ada kasus,” imbuhnya.

Pihaknya tetap mewaspadai sebaran kasus DBD ini. Dengan melakukan kegiatan penangulangan DBD. Diantaranya menjalankan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pola 3M. Yaitu menguras atau membersihkan tempat-tempat perindukan nyamuk; menutup rapat-rapat tempat penampungan air; dan mengubur atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air.

“Serta menaburkan bubuk larvasida pada tempat air yang tidak bisa di kuras, menghindari gigitan nyamuk seperti menggunakan lotion atau menanam tanaman anti nyamuk,” jelasnya.

Untuk penanggulangan nyamuk, dilaksanakan oleh kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) bersama masyarakat dan puskesmas secara terjadwal.

“Mengingat situasi saat ini kegiatan PSN lebih banyak dilakukan oleh keluarga masing-masing,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/