29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:10 AM WIB

Isolasi di Hotel Distop, Tabanan Ganti Isolasi Pasien Covid-19 di Kos

TABANAN – Pemerintah Tabanan kini sedang membuat skema bagaimana agar pasien dengan gejala ringan atau pasien tanpa gejala yang terkonfirmasi Covid-19 dapat dilakukan isolasi di rumah kos-kosan.

Skema itu dipilih setelah Pemerintah Provinsi Bali menyetop anggaran untuk isolasi atau karantina bagi pasien Covid-19 dengan orang tanpa gejala (OTG).

Selain itu terobosan itu untuk menghemat agar pembiayaan Covid-19 yang selama ini anggaran Covid-19 tersedot untuk penyewaaan hotel.

“Lokasi kos-kos jadi tempat karantina bagi warga terkonfirmasi positif Covid-19 tanpa ada gejala saya kira ini juga sudah menjadi terobosan kabupaten lainnya dan ini juga akan dilakukan oleh Tabanan,” kata Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya saat meninjau proses pembelajaran jarak jauh (daring) di SMPN 1 Tabanan didampingi Sekda Tabanan I Gede Susila, Selasa (2/3).

Menurut Sanjaya, membidik kos-kos sebagai tempat karantina bagi pasien OTG sebenarnya sesuai dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) skala mikro yang diterapkan di masing-masing desa.

“Di desa, saya kira banyak kos-kos kosong dan sepi. Kan itu bisa digunakan. Tinggal bagaimana mengedukasi pemilik kos sehingga mereka tidak ada kekhawatiran tempat mereka menjadi lokasi isolasi,” ungkapnya.

Sanjaya juga menyebut kos-kosan sebagai tempat isolasi warga tanpa memiliki gejala juga akan membuat ada putaran ekonomi. Uang kos yang disewa pemerintah kepada pemilik kos. Otomatis putaran uang hanya berada di desa. Sehingga ada income bagi pemilik kos-kosan yang selama ini sepi.

Kemudian juga segala kebutuhan makanan bagi pasien yang diisolasi di kos-kosan dibeli di desa. Maka otomatis geliat ekonomi ada di desa, pada inti uang tidak beredar ke mana-mana.

“Sudah ada dari beberapa pemilik kos yang respons positif terobosan kos-kosan dijadikan sebagai lokasi isolasi mandiri. Terbanyak respons ada di Kediri dan Kota Tabanan. Seperti di Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken dan desa lainnya,” ujarnya.

Disinggung mengenai anggaran, Sanjaya menuturkan anggaran nantinya akan menyesuaikan dengan berapa biaya sewa kos-kos nantinya. Kalau sewa satu kamar kos sebesar Rp 200 ribu itu dengan plus makan dan minum tiga kali dalam sehari kebutuhan pasien. Nanti pihaknya agar urun rembug dan berkoordinasi dengan Satgas Covid-19.

“Yang jelas ini lebih hemat pembiayaan. Berapa pun anggaran yang dibutuhkan kami akan sediakan entah itu Rp 1 miliar sampai 2 miliar. Dan kami sore ini akan rapatkan bersama pak Sekda menginventaris kos-kos yang ada dan representative untuk lokasi karantina mandiri,” pungkasnya. 

TABANAN – Pemerintah Tabanan kini sedang membuat skema bagaimana agar pasien dengan gejala ringan atau pasien tanpa gejala yang terkonfirmasi Covid-19 dapat dilakukan isolasi di rumah kos-kosan.

Skema itu dipilih setelah Pemerintah Provinsi Bali menyetop anggaran untuk isolasi atau karantina bagi pasien Covid-19 dengan orang tanpa gejala (OTG).

Selain itu terobosan itu untuk menghemat agar pembiayaan Covid-19 yang selama ini anggaran Covid-19 tersedot untuk penyewaaan hotel.

“Lokasi kos-kos jadi tempat karantina bagi warga terkonfirmasi positif Covid-19 tanpa ada gejala saya kira ini juga sudah menjadi terobosan kabupaten lainnya dan ini juga akan dilakukan oleh Tabanan,” kata Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya saat meninjau proses pembelajaran jarak jauh (daring) di SMPN 1 Tabanan didampingi Sekda Tabanan I Gede Susila, Selasa (2/3).

Menurut Sanjaya, membidik kos-kos sebagai tempat karantina bagi pasien OTG sebenarnya sesuai dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) skala mikro yang diterapkan di masing-masing desa.

“Di desa, saya kira banyak kos-kos kosong dan sepi. Kan itu bisa digunakan. Tinggal bagaimana mengedukasi pemilik kos sehingga mereka tidak ada kekhawatiran tempat mereka menjadi lokasi isolasi,” ungkapnya.

Sanjaya juga menyebut kos-kosan sebagai tempat isolasi warga tanpa memiliki gejala juga akan membuat ada putaran ekonomi. Uang kos yang disewa pemerintah kepada pemilik kos. Otomatis putaran uang hanya berada di desa. Sehingga ada income bagi pemilik kos-kosan yang selama ini sepi.

Kemudian juga segala kebutuhan makanan bagi pasien yang diisolasi di kos-kosan dibeli di desa. Maka otomatis geliat ekonomi ada di desa, pada inti uang tidak beredar ke mana-mana.

“Sudah ada dari beberapa pemilik kos yang respons positif terobosan kos-kosan dijadikan sebagai lokasi isolasi mandiri. Terbanyak respons ada di Kediri dan Kota Tabanan. Seperti di Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken dan desa lainnya,” ujarnya.

Disinggung mengenai anggaran, Sanjaya menuturkan anggaran nantinya akan menyesuaikan dengan berapa biaya sewa kos-kos nantinya. Kalau sewa satu kamar kos sebesar Rp 200 ribu itu dengan plus makan dan minum tiga kali dalam sehari kebutuhan pasien. Nanti pihaknya agar urun rembug dan berkoordinasi dengan Satgas Covid-19.

“Yang jelas ini lebih hemat pembiayaan. Berapa pun anggaran yang dibutuhkan kami akan sediakan entah itu Rp 1 miliar sampai 2 miliar. Dan kami sore ini akan rapatkan bersama pak Sekda menginventaris kos-kos yang ada dan representative untuk lokasi karantina mandiri,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/