25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:40 AM WIB

Mirip Kejadian 2017, Tiga Hari, Delapan Gempa Kecil Guncang Buleleng

SINGARAJA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat setidaknya ada delapan gempa intensitas kecil yang terjadi selama tiga hari sejak Selasa (30/4).

Bahkan jika dihitung dari awal April, tercatat ada sembilan kejadian gempa dengan getaran di bawah 4.0 skala richter.

Delapan gempa kecil yang terjadi di Buleleng itu terinci, yakni pada Selasa (30/4) tercatat ada dua kali gempa. Masing-masing pada pukul 19.32 dengan kekuatan 2.7 skala richter dan pukul 19.36 dengan kekuatan 2.3 skala richter.

Kemudian pada Rabu (1/5) terjadi tiga kali gempa. Masing-masing pada pukul 16.41 dengan kekuatan 2.7 skala richter, pukul 17.06 dengan kekuatan 3.5 skala richter, serta pukul 18.37 dengan kekuatan 2.5 skala richter.

Selanjutnya Kamis (2/5) terjadi tiga kali gempa. Masing-masing pada pukul 00.27 dengan kekuatan 1.7 skala richter, pukul 05.49 dengan kekuatan 2.5 skala richter, dan pukul 07.30 dengan kekuatan 2.9 skala richter.

Seluruh gempa terjadi di tenggara Kota Singaraja, dengan titik yang berdekatan. Gempa itu pun terjadi di lokasi yang cukup dangkal, antara kedalaman 4 kilometer hingga 11 kilometer.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Ida Bagus Suadnyana mengatakan, hingga kini pihaknya masih melakukan pemantauan terhadap kondisi tersebut. Sejauh ini belum ada laporan kerusakan yang terjadi.

Diduga gempa yang terjadi secara beruntun itu, merupakan gempa swarm. Gempa swarm merupakan rangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian sangat tinggi dalam waktu relative lama di sebuah kawasan. Gempa ini juga tidak memiliki gempa utama.

“Sementara sih tidak ada laporan kerusakan. Yang paling dirasakan itu kemarin (Rabu, Red) sore. Ada beberapa yang melaporkan getarannya sampai di Singaraja. Saat ini masih kami lakukan pemantauan. Tiap pagi dan malam kami selalu lakukan update informasi dengan bidang kegempaan BMKG,” kata Suadnyana.

Menurut Suadnyana, di wilayah Tejakula memang terdapat lempeng bumi yang berpotensi menimbulkan gempa. Bahkan hasil penelitian menyebutkan lempeng tersebut berpotensi menyebabkan gempa bumi dengan kekuatan 8.0 skala richter. Kekuatan itu dapat menimbulkan kerusakan cukup massif, hingga bisa berpotensi menimbulkan tsunami.

Terkait kondisi tersebut, Suadnyana berharap kondisi kegempaan di Tejakula tidak menimbulkan kerusakan. “Kami juga mohon kesiapsigaan masyarakat. Kalau toh terjadi, masyarakat bisa siap untuk selamat. Kami akan terus melakukan edukasi ke masyarakat, untuk melakukan langkah mitigasi bencana,” tegasnya.

Seperti diketahui, peristiwa serupa sempat terjadi di Tejakula pada tahun 2017 lalu. Saat itu gempa terjadi secara beruntung sejak 11 Mei 2017 hingga 19 Mei 2017. Gempa sempat dirasakan di wilayah Tejakula, bahkan hingga ke Kubutambahan dan Tianyar.

SINGARAJA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat setidaknya ada delapan gempa intensitas kecil yang terjadi selama tiga hari sejak Selasa (30/4).

Bahkan jika dihitung dari awal April, tercatat ada sembilan kejadian gempa dengan getaran di bawah 4.0 skala richter.

Delapan gempa kecil yang terjadi di Buleleng itu terinci, yakni pada Selasa (30/4) tercatat ada dua kali gempa. Masing-masing pada pukul 19.32 dengan kekuatan 2.7 skala richter dan pukul 19.36 dengan kekuatan 2.3 skala richter.

Kemudian pada Rabu (1/5) terjadi tiga kali gempa. Masing-masing pada pukul 16.41 dengan kekuatan 2.7 skala richter, pukul 17.06 dengan kekuatan 3.5 skala richter, serta pukul 18.37 dengan kekuatan 2.5 skala richter.

Selanjutnya Kamis (2/5) terjadi tiga kali gempa. Masing-masing pada pukul 00.27 dengan kekuatan 1.7 skala richter, pukul 05.49 dengan kekuatan 2.5 skala richter, dan pukul 07.30 dengan kekuatan 2.9 skala richter.

Seluruh gempa terjadi di tenggara Kota Singaraja, dengan titik yang berdekatan. Gempa itu pun terjadi di lokasi yang cukup dangkal, antara kedalaman 4 kilometer hingga 11 kilometer.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Ida Bagus Suadnyana mengatakan, hingga kini pihaknya masih melakukan pemantauan terhadap kondisi tersebut. Sejauh ini belum ada laporan kerusakan yang terjadi.

Diduga gempa yang terjadi secara beruntun itu, merupakan gempa swarm. Gempa swarm merupakan rangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian sangat tinggi dalam waktu relative lama di sebuah kawasan. Gempa ini juga tidak memiliki gempa utama.

“Sementara sih tidak ada laporan kerusakan. Yang paling dirasakan itu kemarin (Rabu, Red) sore. Ada beberapa yang melaporkan getarannya sampai di Singaraja. Saat ini masih kami lakukan pemantauan. Tiap pagi dan malam kami selalu lakukan update informasi dengan bidang kegempaan BMKG,” kata Suadnyana.

Menurut Suadnyana, di wilayah Tejakula memang terdapat lempeng bumi yang berpotensi menimbulkan gempa. Bahkan hasil penelitian menyebutkan lempeng tersebut berpotensi menyebabkan gempa bumi dengan kekuatan 8.0 skala richter. Kekuatan itu dapat menimbulkan kerusakan cukup massif, hingga bisa berpotensi menimbulkan tsunami.

Terkait kondisi tersebut, Suadnyana berharap kondisi kegempaan di Tejakula tidak menimbulkan kerusakan. “Kami juga mohon kesiapsigaan masyarakat. Kalau toh terjadi, masyarakat bisa siap untuk selamat. Kami akan terus melakukan edukasi ke masyarakat, untuk melakukan langkah mitigasi bencana,” tegasnya.

Seperti diketahui, peristiwa serupa sempat terjadi di Tejakula pada tahun 2017 lalu. Saat itu gempa terjadi secara beruntung sejak 11 Mei 2017 hingga 19 Mei 2017. Gempa sempat dirasakan di wilayah Tejakula, bahkan hingga ke Kubutambahan dan Tianyar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/