26.7 C
Jakarta
10 Desember 2024, 3:20 AM WIB

Kata Koster Jika Budaya Bali Rusak Kita Dikutuk Leluhur

KARANGASEM – Sejak menjabat menjadi Gubernur Bali, Wayan Koster kerap mengeluarkan kebijakan tentang adat istiadat, budaya dan kearifan lokal Bali. Sebab baginya, Bali memiliki kekayaan budaya yang unik, bukan gas, batubara atau minyak bumi. Itu warisan leluhur yang sudah luar biasa.

Hal tersebut dikatakannya saat menghadiri Karya Ngaturang Pekelem Penegteg Gumi Pura Luhur Gunung Agung yang dirangkaikan dengan Aci Purnamaning Ketiga Odalan di Pura Sad Khayangan Desa Pura Pasar Agung Desa Adat Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Rabu (2/9).

Pria asal Buleleng dan kerap mengeluarkan kebijakan yang dianggap kontoversial oleh masyarakat ini juga mengatakan Bali yang kecil secara wilayah punya aura sakral dan metaksu dengan sisi spiritual kuat yang membuatnya dicintai masyarakat luar.

“Hasilnya, kehidupan di Bali selalu tenteram, perekonomian baik dan mampu mensejahterakan masyarakat. Hal ini harus kita jaga bersama karena itu yang membedakan kita dari daerah lain,” ujar Koster.

Mengingat itu, lanjut dia, warisan leluhur harus senantiasa dijaga dari nilai-nilai budaya luar yang merusak.

“Ini (warisan, Red) sekarang saya proteksi. Saya harus jaga dan bentengi. Kalau sampai rusak, maka kita di Bali akan berbahaya. Bisa dikutuk leluhur dan Ida Bhatara kita,” ujarnya lagi.

Dijelaskan Gubernur, menjaga taksunya alam Bali menjadi perhatian besarnya lewat 40 peraturan yang disusun dalam 2 tahun di awal kepemimpinannya.

“Perda dan Pergub yang telah diterbitkan akan menjadi dasar pembangunan di Bali. Perkuat adat istiadat dan kearifan lokal melalui penguatan desa adat,” ungkapnya.

“Contoh lain, saya merancang perlindungan kawasan suci Besakih. Ditata agar rapi dan indah dengan nilai pembangunan total 900 miliar rupiah. Besakih itu hanya ada satu di dunia, leluhur kita sudah  merancang dengan luar biasa. Kita sekarang sebagai penerus harus bisa merawat,” sambungnya.

Pada upacara di pura yang terletak di bagian kaki Gunung Agung tersebut, nampak dihadiri pula oleh mantan Bupati Karangasem Wayan Geredeg, Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa serta Ketua DPRD Karangasem Gede Dana.

KARANGASEM – Sejak menjabat menjadi Gubernur Bali, Wayan Koster kerap mengeluarkan kebijakan tentang adat istiadat, budaya dan kearifan lokal Bali. Sebab baginya, Bali memiliki kekayaan budaya yang unik, bukan gas, batubara atau minyak bumi. Itu warisan leluhur yang sudah luar biasa.

Hal tersebut dikatakannya saat menghadiri Karya Ngaturang Pekelem Penegteg Gumi Pura Luhur Gunung Agung yang dirangkaikan dengan Aci Purnamaning Ketiga Odalan di Pura Sad Khayangan Desa Pura Pasar Agung Desa Adat Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Rabu (2/9).

Pria asal Buleleng dan kerap mengeluarkan kebijakan yang dianggap kontoversial oleh masyarakat ini juga mengatakan Bali yang kecil secara wilayah punya aura sakral dan metaksu dengan sisi spiritual kuat yang membuatnya dicintai masyarakat luar.

“Hasilnya, kehidupan di Bali selalu tenteram, perekonomian baik dan mampu mensejahterakan masyarakat. Hal ini harus kita jaga bersama karena itu yang membedakan kita dari daerah lain,” ujar Koster.

Mengingat itu, lanjut dia, warisan leluhur harus senantiasa dijaga dari nilai-nilai budaya luar yang merusak.

“Ini (warisan, Red) sekarang saya proteksi. Saya harus jaga dan bentengi. Kalau sampai rusak, maka kita di Bali akan berbahaya. Bisa dikutuk leluhur dan Ida Bhatara kita,” ujarnya lagi.

Dijelaskan Gubernur, menjaga taksunya alam Bali menjadi perhatian besarnya lewat 40 peraturan yang disusun dalam 2 tahun di awal kepemimpinannya.

“Perda dan Pergub yang telah diterbitkan akan menjadi dasar pembangunan di Bali. Perkuat adat istiadat dan kearifan lokal melalui penguatan desa adat,” ungkapnya.

“Contoh lain, saya merancang perlindungan kawasan suci Besakih. Ditata agar rapi dan indah dengan nilai pembangunan total 900 miliar rupiah. Besakih itu hanya ada satu di dunia, leluhur kita sudah  merancang dengan luar biasa. Kita sekarang sebagai penerus harus bisa merawat,” sambungnya.

Pada upacara di pura yang terletak di bagian kaki Gunung Agung tersebut, nampak dihadiri pula oleh mantan Bupati Karangasem Wayan Geredeg, Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa serta Ketua DPRD Karangasem Gede Dana.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/