RadarBali.com – Sekitar delapan petugas dari Balai Wilayah Sungai Bali-Penida sedang sibuk mengeruk sedimentasi yang ada di sisi utara bendungan Sungai (Tukad) Unda kemarin.
Kegiatan yang mulai dilakukan sejak Jumat (29/9) lalu itu, bertujuan untuk memperkecil dampak dari besarnya kekuatan lahar dingin ketika nanti Gunung Agung meletus dan melalui alur Sungai Unda.
Pasalnya pada saat letusan Gunung Agung tahun 1963 lalu, luapan lahar dingin yang melalui Sungai Unda sangat deras hingga meluap ke jalan raya dan masuk ke rumah warga.
Salah seorang petugas Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, Made Kertiasa saat ditemui di Sungai Unda, mengungkapkan, pengerukan sedimentasi dilakukan sedalam satu meter dengan tanggul setinggi tiga meter di sisi-sisinya hingga sepanjang 350 meter.
Menurutnya, hal ini dilakukan karena keberadaan pemukiman warga cukup dekat dengan Sungai Unda yang berada di wilayah Desa Paksebali dan Kelurahan Semarapura Kangin ini.
“Ini sebagai zona paling besar untuk banjir lahar dingin. Di hilir semua sudah pakai beronjong. Yang hulunya yang belum karena dana tidak ada,” ujarnya.
“Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar, makanya kami melakukan pengerukan dan pembuatan tanggul,” katanya.
Selain melakukan pengerukan sedimentasi dan pembuatan tanggul, pihaknya juga mengaku telah menyiapkan alat berat untuk mengantisipasi jika nanti terjangan lahar dingin terlalu besar hingga menutup akses jalan.
“Kami sudah menyiapkan alat berat untuk normalisasi alur jika ada jalan yang terkena lahar dingin ketika Gunung Agung meletus,” terangnya.
Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, meski serba terbatas itu, pihaknya berharap dampak yang ditimbulkan dari banjir lahar dingin ketika Gunung Agung meletus ini sangat kecil.
“Dalam pembuatan tanggul kami hanya menggunakan sedimen yang kami keruk, kami tidak ada mendatangkan karena dana tidak ada,” tandasnya