29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:47 AM WIB

KABAR DUKA! Terserang Maag Kronis, TKW Tabanan Meninggal di Singapura

TABANAN – Salah seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) I Gusti Ayu Nyoman Puspitawati, 46, asal Banjar Tinungan, Desa Apuan, Kecamatan Baturiti,

Tabanan dikabarkan meninggal setelah menjalani perawatan medis di salah satu Rumah Sakit (RS) Singapura, Senin (2/12) lalu.

Gusti Ayu Puspitawati mengembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan intensif akibat penyakit maag kronis yang dideritanya  selama bekerja di Turki.

Kabar meninggalnya Gusti Ayu Puspitawati pun menyeruak di media sosia mengundang keperihatinan netizen.

Yang membuat haru, saat jenazah akan dipulangkan sempat menemui kendal lantaran terganjal biaya berobat yang mencapai Rp500 juta.

Namun berkat, postingan di media sosial yang diunggah oleh perwakilan keluarga yakni dr. I Gusti Ngurah Putera Eka Santhosa, bantuan datang dari Pemerintah Provinsi Bali.

Biaya pengobatan bisa diselesaikan dan jenazah bisa dipulangkan menuju Bali, Selasa malam kemarin (3/12).

Dr I Gusti Ngurah Putera Eka Santhosa menuturkan, kerabatnya itu bekerja di luar negeri tepatnya di Turki sebagai seorang terapis spa di Swiss Hotel sejak satu tahun lalu.

Keputusan Puspitawatu bekerja di luar negeri karena keinginan untuk memperbaiki perekonomian keluarga agar anak-anaknya bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

“Saat bekerja, almarhum ini sering telat makan, dan membuat maag yang semula akut menjadi kronis dan menjalar ke beberapa organ lain,” kata dr. Ngurah.

Karena tidak kuat menahan sakit itu, mendiang memutuskan untuk pulang ke Bali pada Minggu (1/12) lalu.

Namun, saat tansit di Singapura kondisi kerbatnya itu drop dan mendapat perawatan medis di RS Singapura.

“Tapi tidak tertolong, hari Senin itu dia dinyatakan meninggal. Pihak rumah sakit lalu menghubungi keluarga,

lengkap dengan mengirimkan tagihan biaya berobat yang membuat keluarga terkejut. Jika dirupiahkan mencapai Rp 500 Juta,” tuturnya.

Mendapat kebar tersebut, keluarga Puspitawati pun terkejut, terlebih dengan tagihan biaya rumah sakit yang tidak pernah dibayangkan sebesar itu nilainya.

Kemudian salah satu saudara almarhum dari Desa Senganan, Penebel, Tabanan  menghubungi dirinya yang kebetulan merupakan Ketua Umum Paiketan Ageng Trah Shri Arya Sentong untuk meminta petunjuk.

“Keluarga bingung untuk memulangkan jenazah almarhum, sehingga saya mencoba menghubungi kawan-kawan dan relasi saya.

Melalui campur tangan bapak I Ketut Teneng, saya dihubungkan dengan Kepala Disnaker Provinsi Bali, Ida Bagus Ngurah Arda, dan melalui dr. Putu Laksmi Anggari Putri Duarsa,

saya dibantu menghubungi pihak KBRI Singapura. Bahkan dengan respon cepat Kepala Disnaker yang langsung meminta data lebih lengkap dan berkoordinasi dengan BP3TKI Bali menghubungi KBRI Singapura,” jelasnya.

Selasa (3/12), dokter yang juga Ketua Bidang Kesehatan KONI Provinsi Bali ini mengunggah perihal biaya dan ketidakmampuan keluarga almarhum

serta membuka donasi melalui media sosial facebook dengan harapan bisa meringankan beban keluarga untuk bisa memulangkan jenazah almarhum ke Bali.

“Sekitar pukul 7 pagi, saya mendapatkan telepon dari ibu-ibu menanyakan kebenaran kabar itu. Kabarnya yang menelpon saya Ibu Ni Putu Putri Suastini Koster.

Dan beliau menggerakkan jaringan yang dimiliki untuk membantu memulangkan Ibu Puspitawati ke Bali,” paparnya.

Atas bantuan tersebut, pihak keluarga merasa lega dan bersyukur karena pengurusan pemulangan jenazah almarhum Pusputawati ini tidak sampai enam jam.

“Diperkirakan tiba di Bali pukul 8 pagi. Kami dari pihak keluarga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang membantu proses pemulanga jenazah kelurga kami ini.

Dari kejadian ini kita belajar bahwa kesehatan, asuransi dan kehadiran negara dalam menangani masalah terkait TKI di luar negeri sangat dibutuhkan,” tutup dr. Ngurah melalui unggahan yang ditulis di akun pribadinya itu. 

Hal yang sama juga diungkapkan kakak kandung almarhum, I Gusti Nguah Subrata. Rasa syukur dan terimakasih yang diungkapkan kepada semua pihak yang membantu mengurus pemulangan jenazah adiknya itu dengan lancar.

Pupitawati sendiri pergi meninggalkan suami yang juga dalam kondisi sakit serta dua anak putra dan putri. “Kami ikhlas atas kepergian almarhum,” tandasnya. 

TABANAN – Salah seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) I Gusti Ayu Nyoman Puspitawati, 46, asal Banjar Tinungan, Desa Apuan, Kecamatan Baturiti,

Tabanan dikabarkan meninggal setelah menjalani perawatan medis di salah satu Rumah Sakit (RS) Singapura, Senin (2/12) lalu.

Gusti Ayu Puspitawati mengembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan intensif akibat penyakit maag kronis yang dideritanya  selama bekerja di Turki.

Kabar meninggalnya Gusti Ayu Puspitawati pun menyeruak di media sosia mengundang keperihatinan netizen.

Yang membuat haru, saat jenazah akan dipulangkan sempat menemui kendal lantaran terganjal biaya berobat yang mencapai Rp500 juta.

Namun berkat, postingan di media sosial yang diunggah oleh perwakilan keluarga yakni dr. I Gusti Ngurah Putera Eka Santhosa, bantuan datang dari Pemerintah Provinsi Bali.

Biaya pengobatan bisa diselesaikan dan jenazah bisa dipulangkan menuju Bali, Selasa malam kemarin (3/12).

Dr I Gusti Ngurah Putera Eka Santhosa menuturkan, kerabatnya itu bekerja di luar negeri tepatnya di Turki sebagai seorang terapis spa di Swiss Hotel sejak satu tahun lalu.

Keputusan Puspitawatu bekerja di luar negeri karena keinginan untuk memperbaiki perekonomian keluarga agar anak-anaknya bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

“Saat bekerja, almarhum ini sering telat makan, dan membuat maag yang semula akut menjadi kronis dan menjalar ke beberapa organ lain,” kata dr. Ngurah.

Karena tidak kuat menahan sakit itu, mendiang memutuskan untuk pulang ke Bali pada Minggu (1/12) lalu.

Namun, saat tansit di Singapura kondisi kerbatnya itu drop dan mendapat perawatan medis di RS Singapura.

“Tapi tidak tertolong, hari Senin itu dia dinyatakan meninggal. Pihak rumah sakit lalu menghubungi keluarga,

lengkap dengan mengirimkan tagihan biaya berobat yang membuat keluarga terkejut. Jika dirupiahkan mencapai Rp 500 Juta,” tuturnya.

Mendapat kebar tersebut, keluarga Puspitawati pun terkejut, terlebih dengan tagihan biaya rumah sakit yang tidak pernah dibayangkan sebesar itu nilainya.

Kemudian salah satu saudara almarhum dari Desa Senganan, Penebel, Tabanan  menghubungi dirinya yang kebetulan merupakan Ketua Umum Paiketan Ageng Trah Shri Arya Sentong untuk meminta petunjuk.

“Keluarga bingung untuk memulangkan jenazah almarhum, sehingga saya mencoba menghubungi kawan-kawan dan relasi saya.

Melalui campur tangan bapak I Ketut Teneng, saya dihubungkan dengan Kepala Disnaker Provinsi Bali, Ida Bagus Ngurah Arda, dan melalui dr. Putu Laksmi Anggari Putri Duarsa,

saya dibantu menghubungi pihak KBRI Singapura. Bahkan dengan respon cepat Kepala Disnaker yang langsung meminta data lebih lengkap dan berkoordinasi dengan BP3TKI Bali menghubungi KBRI Singapura,” jelasnya.

Selasa (3/12), dokter yang juga Ketua Bidang Kesehatan KONI Provinsi Bali ini mengunggah perihal biaya dan ketidakmampuan keluarga almarhum

serta membuka donasi melalui media sosial facebook dengan harapan bisa meringankan beban keluarga untuk bisa memulangkan jenazah almarhum ke Bali.

“Sekitar pukul 7 pagi, saya mendapatkan telepon dari ibu-ibu menanyakan kebenaran kabar itu. Kabarnya yang menelpon saya Ibu Ni Putu Putri Suastini Koster.

Dan beliau menggerakkan jaringan yang dimiliki untuk membantu memulangkan Ibu Puspitawati ke Bali,” paparnya.

Atas bantuan tersebut, pihak keluarga merasa lega dan bersyukur karena pengurusan pemulangan jenazah almarhum Pusputawati ini tidak sampai enam jam.

“Diperkirakan tiba di Bali pukul 8 pagi. Kami dari pihak keluarga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang membantu proses pemulanga jenazah kelurga kami ini.

Dari kejadian ini kita belajar bahwa kesehatan, asuransi dan kehadiran negara dalam menangani masalah terkait TKI di luar negeri sangat dibutuhkan,” tutup dr. Ngurah melalui unggahan yang ditulis di akun pribadinya itu. 

Hal yang sama juga diungkapkan kakak kandung almarhum, I Gusti Nguah Subrata. Rasa syukur dan terimakasih yang diungkapkan kepada semua pihak yang membantu mengurus pemulangan jenazah adiknya itu dengan lancar.

Pupitawati sendiri pergi meninggalkan suami yang juga dalam kondisi sakit serta dua anak putra dan putri. “Kami ikhlas atas kepergian almarhum,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/