NEGARA – Meninggalnya Brigadir I Gusti Kade Sukamiarta, di Palu saat gempa dan tsunami Palu – Sigi dan Donggala meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besarnya di Banjar Tengah Desa Mendoyo Dangin Tukad, Mendoyo.
Kamis (4/10) kemarin, seluruh kerabat almarhum menghadiri upacara mekiyis ring pertiwi di setra atau kuburan Banjar Kebebeng Desa Mendoyo Dangin Tukad, Mendoyo.
Puluhan orang yang masih kerabat dan tetangga dari almarhum berkumpul di setra mengikuti rangkaian upacara yang di puput Ida Bagus Kade Midra dari Griya Gede Bedulu, Batu Agung.
“Almarhum orangnya baik, makanya banyak kerabat yang datang ke setra,” kata Gede Sutena, kerabat almarhum.
Menurut ayah almarhum, I Gusti Kade Sukadana, upacara mekiyis ring pertiwi yang digelar kemarin merupakan rangkaian upacara pelebon atau ngaben.
Sarana upacara berupa banten yang sebelumnya dibawa untuk ngulapin dikubur di setra. “Petunjuk dari griya diminta mekiyis dulu, sebelum pengabenan,” ungkapnya.
Pengabenan akan dilakukan dengan membakar sarana upacara yang dikubur kemarin, dengan tanah dari kuburan almarhum di lokasi kuburan masal korban gempa dan tsunami di Palu.
“Ini rangkaian upacara dari ngabennya, sementara kami (banten sarana upacara) titip dulu di sini (setra). Kalau sudah dapat tanahnya selanjutnya dibakar bersamaan,” jelasnya.
Karena itu, untuk upacara pengabenan akan dilakukan setelah keluarga datang dari Palu. Karena saat ini tidak memungkinkan untuk berangkat ke Palu, belum bisa mendapat tanah dari kuburan almarhum.
Brigadir I Gusti Kade Sukamiarta, menjadi salah satu korban meninggal saat gempa dan tsunami mengguncang Palu, Sulawesi Tengah.
Anggota polisi asal Banjar Tengah Desa Mendoyo Dangin Tukad, Mendoyo, Jembrana, jenazahnya tidak bisa dipulangkan ke kampung halamannya.
Polisi berpangkat brigadir polisi ini dikubur masal di Palu bersama jenazah lain korban gempa dan tsunami. Namun, keluarga tetap menggelar sejumlah upacara untuk almarhum di rumahnya.