29.6 C
Jakarta
11 Desember 2024, 19:18 PM WIB

Bali Masuk Pancaroba, Warga Diminta Gencar Berantas Sarang Nyamuk

SINGARAJA – Masyarakat di Buleleng diminta menggencarkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kegiatan itu mendesak dilakukan.

Sebab jelang jatuhnya musim penghujan. Biasanya pada awal musim penghujan, kasus demam berdarah akan menunjukkan tren kenaikan kasus.

Saat ini kasus demam berdarah di Buleleng terbilang tinggi. Hingga akhir pekan ketiga bulan September 2020, Dinas Kesehatan Buleleng mencatat kasus demam berdarah mencapai 3.290 kasus.

Dari ribuan kasus itu, tujuh kasus diantaranya berujung pada kematian. Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra mengatakan,

dirinya telah meminta Dinas Kesehatan Buleleng mengerahkan kembali juru pemantau jentik (jumantik) di tingkat desa dan kelurahan.

Pada masa ini jumantik dapat memanfaatkan tenaga bidan desa maupun petugas posyandu di wilayah setempat.

“Konsentrasinya harus dipecah. Bukan hanya fokus pada pandemi covid saja. Tapi juga pada demam berdarah termasuk diare. Sekarang ini kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus digencarkan,” kata Sutjidra.

Sutjidra menegaskan demam berdarah sudah menjadi daerah endemis demam berdarah. Artinya kasus selalu muncul tiap tahunnya, serta selalu muncul kasus kematian akibat demam berdarah.

Untuk itu upaya pencegahan harus dilakukan secara menyeluruh. Apalagi setiap 4 tahun terjadi outbreak alias peningkatan kasus secara signifikan. Seperti yang terjadi pada tahun 2020 ini.

“Ada peningkatan signifikan kalau dibandingkan tahun sebelumnya. Ini memang siklus 4 tahunan. Secara angka, kasus kematian memang cukup tinggi.

Kalau dilihat persentase, fatality rate (tingkat kematian) termasuk terkendali. Di bawah angka 0,5 persen,” jelasnya lagi.

Untuk itu ia mendorong agar warga segera melakukan kegiatan PSN. Kegiatan itu juga harus makin digencarkan pada musim penghujan.

Sehingga nyamuk tak memiliki peluang berkembang biak. Dengan demikian, ia optimistis kasus dapat ditekan.

Kegiatan PSN yang dimaksud yakni mengubur barang bekas, menguras bak mandi dan wadah air secara berkala, serta menutup tempat penampungan air dengan erat.

Warga juga dihimbau menanam serai dan lavender, yang bisa mencegah kemunculan nyamuk.

“Kalau bisa desa itu buat gerakan satu rumah satu jumantik. Entah bapaknya, ibunya, anaknya. Yang penting di rumah itu ada orang yang bertugas memantau perkembangan jentik nyamuk.

Nanti kami akan suplai abate juga. Jadi bisa ditaburkan di tempat-tempat yang rawan genangan,” tukas Sutjidra.

Sekadar diketahui, bila merujuk data di Dinkes Buleleng, pada tahun 2019 lalu hanya ditemukan 1.631 kasus demam berdarah dengan satu kasus kematian.

Sementara pada tahun 2020 hingga tanggal 24 September 2020 telah ditemukan 3.290 kasus dengan 7 kasus kematian. 

SINGARAJA – Masyarakat di Buleleng diminta menggencarkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kegiatan itu mendesak dilakukan.

Sebab jelang jatuhnya musim penghujan. Biasanya pada awal musim penghujan, kasus demam berdarah akan menunjukkan tren kenaikan kasus.

Saat ini kasus demam berdarah di Buleleng terbilang tinggi. Hingga akhir pekan ketiga bulan September 2020, Dinas Kesehatan Buleleng mencatat kasus demam berdarah mencapai 3.290 kasus.

Dari ribuan kasus itu, tujuh kasus diantaranya berujung pada kematian. Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra mengatakan,

dirinya telah meminta Dinas Kesehatan Buleleng mengerahkan kembali juru pemantau jentik (jumantik) di tingkat desa dan kelurahan.

Pada masa ini jumantik dapat memanfaatkan tenaga bidan desa maupun petugas posyandu di wilayah setempat.

“Konsentrasinya harus dipecah. Bukan hanya fokus pada pandemi covid saja. Tapi juga pada demam berdarah termasuk diare. Sekarang ini kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus digencarkan,” kata Sutjidra.

Sutjidra menegaskan demam berdarah sudah menjadi daerah endemis demam berdarah. Artinya kasus selalu muncul tiap tahunnya, serta selalu muncul kasus kematian akibat demam berdarah.

Untuk itu upaya pencegahan harus dilakukan secara menyeluruh. Apalagi setiap 4 tahun terjadi outbreak alias peningkatan kasus secara signifikan. Seperti yang terjadi pada tahun 2020 ini.

“Ada peningkatan signifikan kalau dibandingkan tahun sebelumnya. Ini memang siklus 4 tahunan. Secara angka, kasus kematian memang cukup tinggi.

Kalau dilihat persentase, fatality rate (tingkat kematian) termasuk terkendali. Di bawah angka 0,5 persen,” jelasnya lagi.

Untuk itu ia mendorong agar warga segera melakukan kegiatan PSN. Kegiatan itu juga harus makin digencarkan pada musim penghujan.

Sehingga nyamuk tak memiliki peluang berkembang biak. Dengan demikian, ia optimistis kasus dapat ditekan.

Kegiatan PSN yang dimaksud yakni mengubur barang bekas, menguras bak mandi dan wadah air secara berkala, serta menutup tempat penampungan air dengan erat.

Warga juga dihimbau menanam serai dan lavender, yang bisa mencegah kemunculan nyamuk.

“Kalau bisa desa itu buat gerakan satu rumah satu jumantik. Entah bapaknya, ibunya, anaknya. Yang penting di rumah itu ada orang yang bertugas memantau perkembangan jentik nyamuk.

Nanti kami akan suplai abate juga. Jadi bisa ditaburkan di tempat-tempat yang rawan genangan,” tukas Sutjidra.

Sekadar diketahui, bila merujuk data di Dinkes Buleleng, pada tahun 2019 lalu hanya ditemukan 1.631 kasus demam berdarah dengan satu kasus kematian.

Sementara pada tahun 2020 hingga tanggal 24 September 2020 telah ditemukan 3.290 kasus dengan 7 kasus kematian. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/