29 C
Jakarta
12 Desember 2024, 23:25 PM WIB

[Sedang Viral] Toko Wong, Bangunan Paling Menyeramkan di Bali Barat

NEGARA-Bali punya banyak tempat mistis. Bahkan, hampir semua daerah di Bali banyak menyimpan cerita sejarah dan misteri.

Salah satu yang disebut-sebut menyimpan banyak cerita menyeramkan adalah Toko Wong di Jalan Kalimutu, Kelurahan Lelateng, Negara, Jembrana, Bali.

Konon, dari cerita warga setempat, toko berlantai dua ini menjadi saksi bisu keganasan peristiwa 30 september 1965 (Gestapu)

Toko Wong disebut sebagai kamp tahanan politik yang dianggap terlibat dengan PKI dari berbagai daerah di Jembrana dikumpulkan dilantai satu.

Jumlahnya bisa mencapai ratusan orang dikumpulkan lalu diberondong tembakan dari lantai dua. “Darahnya itu kata orang yang melihat langsung di toko sempai segini (selutut),” ujar Rawi.

Mayat yang dibunuh lalu dibuang ke sejumlah lokasi, diantaranya dibuang ke sumur tua di Desa Tegal Badeng Timur dan Desa Tegal Badeng Barat. Dibuang ke pantai Baluk Rening, Candikusuma dan beberapa lokasi lainnya.

Menurut Tafakur Ega, 51, toko Wong yang dibeli orang tuanya pada tahun 1970, konon menurut cerita memang tempat untuk eksekusi.

Ratusan orang terbunuh depan toko yang satu bangunan dengan tempat tinggalnya. Bukti adanya pembunuhan dengan berondongan senjata api itu terlihat jelas dari lubang pada tembok dan kayu di rumah karena tertembus amunisi.

“Dulu sebelum dirombak, banyak lubang-lubangnya,” ungkapnya.

Setelah peristiwa itu berlalu dan toko berganti pemilik, keluarga korban yang dibunuh di toko datang.

Terutama jenazah sembilan orang yang dibuang di sumur tua belakang toko.

Setelah semua jenazah diangkat, sumur dibersihkan dengan upacara keagamaan dan diuruk dengan tanah. Bekas sumur tersebut sekarang ditanami tebu.

“Sebenarnya ada empat sumur, tapi satu saja yang dijadikan tempat pembuangan mayat. Dua sumur juga ditutup dan satu sumur masih dipakai sampai sekarang,” terangnya.

Setelah berganti pemilik pada keluarga Ega, toko tersebut sempat digunakan untuk gereja. Setelah kegiatan gereja pindah, disewakan untuk toko.

Sebagian besar struktur utama toko masih seperti dulu. Hanya ada beberapa perubahan pada bangunan, mulai dari lantai dan beberapa bagian bangunan lainnya

Namun saat ini toko sudah tidak ada yang menyewa lagi.

Sedangkan Ega, membuka bengkel tepat di samping toko.

Meskipun pernah menjadi tempat eksekusi , Ega dan keluarga mengaku tidak pernah ada yang menghantui. “Tidak ada kejadian apa, biasa saja,” ungkapnya.

NEGARA-Bali punya banyak tempat mistis. Bahkan, hampir semua daerah di Bali banyak menyimpan cerita sejarah dan misteri.

Salah satu yang disebut-sebut menyimpan banyak cerita menyeramkan adalah Toko Wong di Jalan Kalimutu, Kelurahan Lelateng, Negara, Jembrana, Bali.

Konon, dari cerita warga setempat, toko berlantai dua ini menjadi saksi bisu keganasan peristiwa 30 september 1965 (Gestapu)

Toko Wong disebut sebagai kamp tahanan politik yang dianggap terlibat dengan PKI dari berbagai daerah di Jembrana dikumpulkan dilantai satu.

Jumlahnya bisa mencapai ratusan orang dikumpulkan lalu diberondong tembakan dari lantai dua. “Darahnya itu kata orang yang melihat langsung di toko sempai segini (selutut),” ujar Rawi.

Mayat yang dibunuh lalu dibuang ke sejumlah lokasi, diantaranya dibuang ke sumur tua di Desa Tegal Badeng Timur dan Desa Tegal Badeng Barat. Dibuang ke pantai Baluk Rening, Candikusuma dan beberapa lokasi lainnya.

Menurut Tafakur Ega, 51, toko Wong yang dibeli orang tuanya pada tahun 1970, konon menurut cerita memang tempat untuk eksekusi.

Ratusan orang terbunuh depan toko yang satu bangunan dengan tempat tinggalnya. Bukti adanya pembunuhan dengan berondongan senjata api itu terlihat jelas dari lubang pada tembok dan kayu di rumah karena tertembus amunisi.

“Dulu sebelum dirombak, banyak lubang-lubangnya,” ungkapnya.

Setelah peristiwa itu berlalu dan toko berganti pemilik, keluarga korban yang dibunuh di toko datang.

Terutama jenazah sembilan orang yang dibuang di sumur tua belakang toko.

Setelah semua jenazah diangkat, sumur dibersihkan dengan upacara keagamaan dan diuruk dengan tanah. Bekas sumur tersebut sekarang ditanami tebu.

“Sebenarnya ada empat sumur, tapi satu saja yang dijadikan tempat pembuangan mayat. Dua sumur juga ditutup dan satu sumur masih dipakai sampai sekarang,” terangnya.

Setelah berganti pemilik pada keluarga Ega, toko tersebut sempat digunakan untuk gereja. Setelah kegiatan gereja pindah, disewakan untuk toko.

Sebagian besar struktur utama toko masih seperti dulu. Hanya ada beberapa perubahan pada bangunan, mulai dari lantai dan beberapa bagian bangunan lainnya

Namun saat ini toko sudah tidak ada yang menyewa lagi.

Sedangkan Ega, membuka bengkel tepat di samping toko.

Meskipun pernah menjadi tempat eksekusi , Ega dan keluarga mengaku tidak pernah ada yang menghantui. “Tidak ada kejadian apa, biasa saja,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/