33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:53 PM WIB

Pasang Kloset di Pelinggih Surya, PHDI Anggap Tak Patut, Minta Diganti

SINGARAJA – Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Buleleng mengingatkan agar umat Hindu di Buleleng memperhatikan kondisi parahyangan.

Umat dihimbau tidak menempatkan hal-hal yang tidak patut di areal utama mandala, yang menjadi lokasi untuk persembahyangan.

Himbauan itu dikeluarkan, menyusul munculnya fenomena penempatan kloset di sebelah pelinggih surya, yang terjadi di Kabupaten Buleleng.

Ketua PHDI Buleleng I Gde Made Metera mengatakan, pembuatan tempat suci, sepatutnya memperhatikan sarana-sarana yang ada.

Penempatan kloset di sebelah pelinggih surya, dianggap tidak patut. Meski dengan alasan sebagai sarana penyucian.

“Meski itu dikatakan sukla, tidak dimanfaatkan untuk kegiatan kakus, tapi barang itu kegunaannya untuk buang hajat.

Kalau alasannya untuk penyucian, silakan ganti dengan benda lain. Misalnya kendi atau tempayan, itu kan bisa,” kata Metera kemarin.

Metera mengatakan, walau kloset yang digunakan termasuk bersih, namun hal itu menyangkut rasa. Bisa saja hal itu menimbulkan rasa yang kurang nyaman bagi orang lain di dalam lingkungan keluarga.

Ia pun menghimbau agar umat lebih memperhatikan penempatan benda sesuai dengan fungsinya. Benda-benda yang sejak awal difungsikan untuk pemenuhan kebutuhan buang hajat, tak sepatutnya diletakkan di utama mandala.

Bahkan, diletakkan di sebelah pelinggih surya. “Kami minta benda itu diganti. Mungkin yang bersangkutan (warga yang menyungsung) tidak merasa keberatan.

Tapi kita kan hidup di masyarakat luas. Kita juga harus melihat kenyamanan hidup dalam bermasyarakat dan beragama. Tidak bisa kita pentingkan diri sendiri,” tegas pria yang juga Rektor Universitas Panji Sakti (Unipas) itu.

Seperti diberitakan sebelumnya, fenomena penempatan kloset di sebelah pelinggih surya juga melanda Kabupaten Buleleng. Seperti yang terjadi di Desa Depeha.

Luh Sriartini, salah seorang warga setempat, sempat menempatkan kloset di sebelah pelinggih surya. Kloset itu diganti dengan sebuah tempayan sekitar lima tahun lalu. 

SINGARAJA – Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Buleleng mengingatkan agar umat Hindu di Buleleng memperhatikan kondisi parahyangan.

Umat dihimbau tidak menempatkan hal-hal yang tidak patut di areal utama mandala, yang menjadi lokasi untuk persembahyangan.

Himbauan itu dikeluarkan, menyusul munculnya fenomena penempatan kloset di sebelah pelinggih surya, yang terjadi di Kabupaten Buleleng.

Ketua PHDI Buleleng I Gde Made Metera mengatakan, pembuatan tempat suci, sepatutnya memperhatikan sarana-sarana yang ada.

Penempatan kloset di sebelah pelinggih surya, dianggap tidak patut. Meski dengan alasan sebagai sarana penyucian.

“Meski itu dikatakan sukla, tidak dimanfaatkan untuk kegiatan kakus, tapi barang itu kegunaannya untuk buang hajat.

Kalau alasannya untuk penyucian, silakan ganti dengan benda lain. Misalnya kendi atau tempayan, itu kan bisa,” kata Metera kemarin.

Metera mengatakan, walau kloset yang digunakan termasuk bersih, namun hal itu menyangkut rasa. Bisa saja hal itu menimbulkan rasa yang kurang nyaman bagi orang lain di dalam lingkungan keluarga.

Ia pun menghimbau agar umat lebih memperhatikan penempatan benda sesuai dengan fungsinya. Benda-benda yang sejak awal difungsikan untuk pemenuhan kebutuhan buang hajat, tak sepatutnya diletakkan di utama mandala.

Bahkan, diletakkan di sebelah pelinggih surya. “Kami minta benda itu diganti. Mungkin yang bersangkutan (warga yang menyungsung) tidak merasa keberatan.

Tapi kita kan hidup di masyarakat luas. Kita juga harus melihat kenyamanan hidup dalam bermasyarakat dan beragama. Tidak bisa kita pentingkan diri sendiri,” tegas pria yang juga Rektor Universitas Panji Sakti (Unipas) itu.

Seperti diberitakan sebelumnya, fenomena penempatan kloset di sebelah pelinggih surya juga melanda Kabupaten Buleleng. Seperti yang terjadi di Desa Depeha.

Luh Sriartini, salah seorang warga setempat, sempat menempatkan kloset di sebelah pelinggih surya. Kloset itu diganti dengan sebuah tempayan sekitar lima tahun lalu. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/