RadarBali.com – Dua pekan setelah ditetapkan status awas (level IV) oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Agung di Karangasem tampak tenang.
Meski terus digoyang ratusan kali gempa, namun pantauan Jawa Pos Radar Bali gunung yang pernah meletus dahsyat 1963 itu tidak lagi banyak mengeluarkan asap (uap) putih dari kawah.
Data PVMBG mencatat, hingga kemarin pukul 12.00, terjadi 224 kali gempa. Untuk mendapat gambaran jelas, tim Jawa Pos Radar Bali, secara eksklusif naik mendekat ke Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, tepatnya di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu.
Jarak antara Desa Dukuh dengan kaldera atau kawah Gunung Agung sekitar 5 kilometer. Dari Desa Dukuh pucuk gunung terlihat sangat jelas.
Bekas aliran lahar berupa material pasir bercampur bebatuan juga tampak jelas. Hanya saja, untuk gempa terasa cukup kuat.
Berkali-kali atap rumah warga yang disinggahi Jawa Pos Radar Bali bergetar hingga menimbulkan suara seperti diterpa angin.
Saat erupsi 1963, korban jiwa di Desa Dukuh cukup banyak. Warga menyebut jumlahnya mencapai ratusan.
Menariknya, penduduk di lereng gunung ini masih bolak-balik dari tempat pengungsian ke rumah. Mereka bekerja di ladang mencari biji jambu mente.
Hasilnya dibawa untuk bekal di pengungsian ke Buleleng. “Sore kami ke pengungsian. Paginya pulang beraktivitas seperti biasa. Kalau tidak bekerja kami tidak dapat uang,” ujar Nengah Kariyasa, 54, saat ditemui Jawa Pos Radar Bali, kemarin (5/10).