33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:49 PM WIB

Gelar Guru Piduka dan Pebangkit Soroh di Ngusaba Kapat, Ini Maknanya..

RadarBali.com – Gunung Agung memang memasuki fase kritis. Namun demikian, Karya Ngusaba Kapat di Pura Agung Besakih tetap dilaksanakan kemarin.

Bahkan upacara berlangsung dengan khusyuk dipuput dua sulinggih Siwa-Budha. Hadir dalam persembahyangan Gubernur Bali Made Mangku Pastika serta Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri.

Menurut juru Sapuh Pura Penataran Agung Jro Mangku Suweca, Ngusaba Kapat itu merupakan karya rutin yang digelar setiap tahun di Pura Agung Besakih utamanya Padma Tiga.

Upacara ini dilakukan tepat saat Purnama Kapat (bulan ke empat menurut penanggalan Bali). Selama ini Ngusaba Kapat atau Ngapat ini selalu dilakukan secara rutin.

Termasuk untuk tahun ini juga tetap dilakukan sekalipun Gunung Agung dalam kondisi Awas. “Tidak ada alasan untuk tidak menggelar karya ini,” ujar Jro Mangku.

Terlebih lagi kondisi Gunung Agung kemarin juga nampak tenang – tenang saja. Menurut Jro Mangku Suweca, Ida Bhatara akan Nyejer selama tiga hari.

Ini juga sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku selama ini. “Tidak ada yang di kurangi tetap nyejer selama tiga hari,” ujarnya.

Sementara saat Ngusaba Kadasa atau Purnama Kedasa Ida Bhatara Nyejer selama 11 hari dan ada yang nyejer selama 21 hari.

Ngapat atau Ngusaba Kapat ini adalah merupakan pecarian dengan tingkatan menggunakan sembilan ekor ayam.

Hanya saja, untuk upacara kali ini ada tambahan karena kebetulan kondisi Gunung Agung yang dalam kondisi awas. 

Tambahannya adalah Guru Piduka dan Pebangkit Pebangkit soroh putih dengan sarana bebek putih dan ayam putih.

Sarana tambahan ini khusus untuk mendoakan agar Gunung Agung tidak meletus. Sekalipun terjadi umat atau pedekan Ide Betara tetap diberikan keselamatan dan kerahayuan.

Prosesi dari upacara ini dilakukan dengan tiga tahapan. Pertama adalah Puja Tri Sandya dilanjutkan dengan kramaning sembah sebanyak 11 kali dan diakhiri dengan Nuas Tirta lan Bija.

Untuk diketahui, Besakih memang masuk dalam zona merah 9 KM. Di mana kawasan ini memang harus di kosongkan saat Gunung Agung pada kondisi level awas.

Usai sembahyang, Gubernur Mangku Pastika menjelaskan kalau Purnama Kapat merupakan salah satu hari suci umat Hindu di Bali.

Bahkan, setiap pura menggelar persembahyangan saat purnama Kapat. “Ya termasuk juga di Besakih,” ujarnya.

 Sembahyang kali ini juga mendoakan juga bersama umat Hindu agar bencana ini tidak menyakiti kita semua.

Pastika yakin kalau pemedek juga berdoa untuk kerahayuan jagat dan keselamatan terlebih dalam kondisi Gunung Agung seperti ini.

 “Ya, walaupun zona merah dengan ketulusan hati kita untuk memohon kepada Tuhan. Saya yakin Tuhan akan mengabulkan doa umatnya dan selalu memberikan perlindungan,” bebernya

RadarBali.com – Gunung Agung memang memasuki fase kritis. Namun demikian, Karya Ngusaba Kapat di Pura Agung Besakih tetap dilaksanakan kemarin.

Bahkan upacara berlangsung dengan khusyuk dipuput dua sulinggih Siwa-Budha. Hadir dalam persembahyangan Gubernur Bali Made Mangku Pastika serta Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri.

Menurut juru Sapuh Pura Penataran Agung Jro Mangku Suweca, Ngusaba Kapat itu merupakan karya rutin yang digelar setiap tahun di Pura Agung Besakih utamanya Padma Tiga.

Upacara ini dilakukan tepat saat Purnama Kapat (bulan ke empat menurut penanggalan Bali). Selama ini Ngusaba Kapat atau Ngapat ini selalu dilakukan secara rutin.

Termasuk untuk tahun ini juga tetap dilakukan sekalipun Gunung Agung dalam kondisi Awas. “Tidak ada alasan untuk tidak menggelar karya ini,” ujar Jro Mangku.

Terlebih lagi kondisi Gunung Agung kemarin juga nampak tenang – tenang saja. Menurut Jro Mangku Suweca, Ida Bhatara akan Nyejer selama tiga hari.

Ini juga sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku selama ini. “Tidak ada yang di kurangi tetap nyejer selama tiga hari,” ujarnya.

Sementara saat Ngusaba Kadasa atau Purnama Kedasa Ida Bhatara Nyejer selama 11 hari dan ada yang nyejer selama 21 hari.

Ngapat atau Ngusaba Kapat ini adalah merupakan pecarian dengan tingkatan menggunakan sembilan ekor ayam.

Hanya saja, untuk upacara kali ini ada tambahan karena kebetulan kondisi Gunung Agung yang dalam kondisi awas. 

Tambahannya adalah Guru Piduka dan Pebangkit Pebangkit soroh putih dengan sarana bebek putih dan ayam putih.

Sarana tambahan ini khusus untuk mendoakan agar Gunung Agung tidak meletus. Sekalipun terjadi umat atau pedekan Ide Betara tetap diberikan keselamatan dan kerahayuan.

Prosesi dari upacara ini dilakukan dengan tiga tahapan. Pertama adalah Puja Tri Sandya dilanjutkan dengan kramaning sembah sebanyak 11 kali dan diakhiri dengan Nuas Tirta lan Bija.

Untuk diketahui, Besakih memang masuk dalam zona merah 9 KM. Di mana kawasan ini memang harus di kosongkan saat Gunung Agung pada kondisi level awas.

Usai sembahyang, Gubernur Mangku Pastika menjelaskan kalau Purnama Kapat merupakan salah satu hari suci umat Hindu di Bali.

Bahkan, setiap pura menggelar persembahyangan saat purnama Kapat. “Ya termasuk juga di Besakih,” ujarnya.

 Sembahyang kali ini juga mendoakan juga bersama umat Hindu agar bencana ini tidak menyakiti kita semua.

Pastika yakin kalau pemedek juga berdoa untuk kerahayuan jagat dan keselamatan terlebih dalam kondisi Gunung Agung seperti ini.

 “Ya, walaupun zona merah dengan ketulusan hati kita untuk memohon kepada Tuhan. Saya yakin Tuhan akan mengabulkan doa umatnya dan selalu memberikan perlindungan,” bebernya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/