AMLAPURA – Kebakaran hutan lindung di lereng Gunung Agung masih terjadi. Bahkan, makin meluas dan api masih cukup besar.
tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Masyarakat Pucang dan RPH Daya serta beberapa relawan berusaha mengisolir api agar tidak ke bawah mendekati pemukiman penduduk.
Kebakaran yang terjadi Sabtu (5/10) kemarin terjadi di wilayah hutan Lindung RPH Daya, Kubu, Karangasem.
Kebakaran sebenrnya terjadi sejak Jumat (4/10) dan sampai pukul 16.00 wita kemarin tim masih berupaya membuat parit agar kebakaran tidak meluas.
Areal yang terbakar berada di hutan lindung Dusun Pucang, Ban, Kubu, Karangasem. Hutan ini masuk kompleks Gunung Abang – Agung (RTK 8),
tepatnya di pal batas hutan antara B. 500 – B. 505, titik koordinat 50 L 0333096/9080440 dengan ketinggian 1.417 mdpl.
Kawasan ini sendiri berada pada Zona Merah Kawasan Rawan Bencana Erupsi Gunung Agung (KRB.3).
Sehingga sesuai dengan rekomendasi PVMBG kawasan ini wilayah tertutup dan tidak boleh ada aktifitas karena kawasan rawan erupsi yakni masuk dalam radius 4 Km.
“Kalau penyebab kebakaran lebih ke alami, angin kencang dan cuaca panas. Terjadi gesekan antar pohon menimbulkan percikan api,” ujar Kelaksa BPBD Karangasem IB Ketut Arimbawa.
Api awalnya melalap semak semak di sekitar wilayah hutan lindung tersebut. Semak-semak sendiri sudah mengering karena musim kemarau belakangan ini.
Kemudian api membesar membakar hutan seperti pohon cemara, seming, nangi, dan bambu. Kebakaran hari pertama Sabtu lalu telah melalap Pura Madis Dukuh Bujangga, Dusun Pucang, Ban.
Beberapa bangunan atau pelinggih terbakar seperti meru tumpang sebelas, meru tumpang tujuh, meru tumpang tiga, bale pesamuan, padmasana, gedong empat buah, dan sebuah prasasti yang tersimpan dalam gedong ikut juga terbakar.
Sementara di pura tersebut ada satu unit bagunan yakni Bele Pesandekan yangn selamat dari lalapan api.
Luas hutan yang terbakar kemarin diperkirakan sekitar 4 haktare.
Kemarin tim juga membuat sekat-sekat di sekitar pura yang tidak terbakar. Upaya ini juga tetap berkordinasi dengan Forkopinca, BPBD, Damkar, tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar.