TABANAN – Sebagai daerah lumbung berasnya Bali, ternyata Tabanan menghadapi permasalahan terkait pertanian.
Selain lahan sawah terus berkurang, keberadaan penyuluh pertanian lapangan (PPL) juga mulai krisis. Bahkan, bila dalam lima tahun tidak ada penambahan CPNS untuk PPL, maka Tabanan bisa kehabisan PPL.
Hal ini diakui Kepala Dinas Pertanian Tabanan Nyoman Budana. Dia menjelaskan, idealnya, jumlah PPL di Tabanan sebanyak 180 orang.
Rinciannya, tujuh di kabupaten, 10 kecamatan masing-masing 4 orang, dan 133 desa masing-masing satu PPL.
“Sekarang jumlah PPL di Tabanan tinggal 107 orang saja,” jelas Budana didampingi Koordinator PPL Kabupaten Nyoman Arya beberapa hari lalu.
Budana mengatakan, dengan jumlah PPL hanya 60 persen dari kebutuhan ideal, maka PPL di desa-desa kewalahan.
Jika mestinya satu desa satu PPL, kata dia, dengan kondisi ini maka satu PPL bisa membawahi dua sampai tiga desa.
“Untuk mensiasati kekurangan PPL ini, maka satu PPL bertugas di dua sampai tiga desa. Maka pekerjaannya lebih luas,” terangnya.
Jumlah PPL yang terus menurun ini, lanjut Budana, disebabkan oleh PPL yang pensiun setiap tahun.
Rata-rata, para PPL itu kelahiran tahun 1960-an, yang diangkat pada saat era Orde Baru dalam gerakan swasembada pangan.
Dengan demikian, banyak PPL yang pensiun secara bersamaan dalam beberapa tahun belakangan ini.
“Tahun 2017 lalu saja ada 11 PPL yang pensiun dari 17 pegawai di Dinas Pertanian yang pensiun,” beber pejabat asal Banjar Tegeh, Desa Angseri, Baturiti ini.
“Kalau kami selalu memohon terus adanya penambahan PPL. Namun, ini kan kebijakan di atas, dan pusat. Kalau ada pengangkatan CPNS di tahun 2018 ini, kami akan usulkan penambahan PPL lagi,” pungkasnya.