28.2 C
Jakarta
12 Desember 2024, 23:59 PM WIB

Ida Sukahet Jadi Bendesa Agung, Sorot Intoleransi Masyarakat Indonesia

GIANYAR – Tokoh Klungkung Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet terpilih menjadi Bendesa Agung Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali.

 Ida Sukahet terpilih aklamasi dalam pemilihan Bendesa Agung yang digelar di wantilan Pura Samuan Tiga, di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Selasa (6/8) kemarin.

Beberapa tugas akan dipangku untuk ditangani. Pria yang juga Ketua Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia

itu langsung dikukuhkan sebagai Bendesa Agung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster, saat penutupan Paruman Agung Desa Adat se-Bali.

“Ada tiga calon lain yang menurut saya mumpuni. Bapak Arta Dipa, Made Wena dan Gede Wardana yang muncul saat sidang komisi. Semuanya patut pisan dados (cocok menjadi, red) Bendesa Agung,” ujar Sukahet.

Saat pemilihan, memang namanya masuk nominasi bersama tiga nama besar itu. “Tyang (saya, red) awalnya meneng kemanten (diam saja, red). Ngiring kemanten (mengikuti saja, red).

Tapi di luar dugaan, ternyata Pak Wayan Artha Dipa, Pak Wena dan Pak Wardana taler mesuserah ring adewekan tyang (memberikan ke saya, red). Terharu tyang,” ujarnnya.

Kata dia, terpilihnya dirinya sebagai bendesa agung tergolong cepat. “Di sidang komisi itu tidak ada diskusi panjang lebar, cepat sekali.

Aklamasi dadosnya sami nyudi dewek tityang puniki mangda prasida dados Bendesa Agung (semua bersedia jika saya jadi bendesa agung, red),” jelasnya.

Setelah terpilih, akan ada banyak tugas menanti. Kata dia, ke depan Bali mendapat banyak tantangan yang rumit.

Yang menonjol saat ini adalah permasalahan intoleransi di beberapa wilayah di Indonesia, tentunya akan berimbas negatif khususnya terhadap pulau – pulau yang notabene dihuni kaum minoritas.

Salah satunya Bali. “Kita harus bersatu menanggulangi masalah ini, jangan sampai toleransi di Bali diganggu oleh radikal,” jelasnya.

Dia mengakui, Bali sudah masuk dunia modern. “Bagaimana desa adat memasuki dunia modern, tapi tidak pernah tercabut dari akarnya,

dari budaya Bali. Tetap kokoh. Kekuatan budaya, adat di Bali harus jadi tuan rumah di Bali selamanya,” pungkasnya. 

Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster berharap Bendesa Agung terpilih bisa mengemban tugas dan menjalankan Perda 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat dengan baik.

“Bikin bagus desa adat kita di Bali. Sekala-niskala harus dibangun agar kuat lagi, karena saat ini sudah mulai luntur,” pintanya.

Menurutnya, desa adat yang membuat Bali punya rasa. Bahkan dicintai masyarakat dunia. “Jadi orang pariwisata jangan bangga.

Kalian tidak ada artinya kalau tidak ada jiwa atau roh desa adat,” jelasnya. Koster pun menegaskan, pihaknya akan meminta sektor pariwisata untuk ikut mengurus desa adat.

“Karena mereka menikmati sesuatu dari Bali, maka feed back-nya mereka harus urusi desa adat. Akan saya buatkan juga polanya.

Jangan main-main, pengusaha pun juga harus tanggungjawab dengan Bali. Jangan cari untung saja, saya akan panggil dan kumpulin,” pungkasnya. 

GIANYAR – Tokoh Klungkung Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet terpilih menjadi Bendesa Agung Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali.

 Ida Sukahet terpilih aklamasi dalam pemilihan Bendesa Agung yang digelar di wantilan Pura Samuan Tiga, di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Selasa (6/8) kemarin.

Beberapa tugas akan dipangku untuk ditangani. Pria yang juga Ketua Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia

itu langsung dikukuhkan sebagai Bendesa Agung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster, saat penutupan Paruman Agung Desa Adat se-Bali.

“Ada tiga calon lain yang menurut saya mumpuni. Bapak Arta Dipa, Made Wena dan Gede Wardana yang muncul saat sidang komisi. Semuanya patut pisan dados (cocok menjadi, red) Bendesa Agung,” ujar Sukahet.

Saat pemilihan, memang namanya masuk nominasi bersama tiga nama besar itu. “Tyang (saya, red) awalnya meneng kemanten (diam saja, red). Ngiring kemanten (mengikuti saja, red).

Tapi di luar dugaan, ternyata Pak Wayan Artha Dipa, Pak Wena dan Pak Wardana taler mesuserah ring adewekan tyang (memberikan ke saya, red). Terharu tyang,” ujarnnya.

Kata dia, terpilihnya dirinya sebagai bendesa agung tergolong cepat. “Di sidang komisi itu tidak ada diskusi panjang lebar, cepat sekali.

Aklamasi dadosnya sami nyudi dewek tityang puniki mangda prasida dados Bendesa Agung (semua bersedia jika saya jadi bendesa agung, red),” jelasnya.

Setelah terpilih, akan ada banyak tugas menanti. Kata dia, ke depan Bali mendapat banyak tantangan yang rumit.

Yang menonjol saat ini adalah permasalahan intoleransi di beberapa wilayah di Indonesia, tentunya akan berimbas negatif khususnya terhadap pulau – pulau yang notabene dihuni kaum minoritas.

Salah satunya Bali. “Kita harus bersatu menanggulangi masalah ini, jangan sampai toleransi di Bali diganggu oleh radikal,” jelasnya.

Dia mengakui, Bali sudah masuk dunia modern. “Bagaimana desa adat memasuki dunia modern, tapi tidak pernah tercabut dari akarnya,

dari budaya Bali. Tetap kokoh. Kekuatan budaya, adat di Bali harus jadi tuan rumah di Bali selamanya,” pungkasnya. 

Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster berharap Bendesa Agung terpilih bisa mengemban tugas dan menjalankan Perda 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat dengan baik.

“Bikin bagus desa adat kita di Bali. Sekala-niskala harus dibangun agar kuat lagi, karena saat ini sudah mulai luntur,” pintanya.

Menurutnya, desa adat yang membuat Bali punya rasa. Bahkan dicintai masyarakat dunia. “Jadi orang pariwisata jangan bangga.

Kalian tidak ada artinya kalau tidak ada jiwa atau roh desa adat,” jelasnya. Koster pun menegaskan, pihaknya akan meminta sektor pariwisata untuk ikut mengurus desa adat.

“Karena mereka menikmati sesuatu dari Bali, maka feed back-nya mereka harus urusi desa adat. Akan saya buatkan juga polanya.

Jangan main-main, pengusaha pun juga harus tanggungjawab dengan Bali. Jangan cari untung saja, saya akan panggil dan kumpulin,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/