25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:33 AM WIB

Sepekan Lebih Tak Melaut, Isi Waktu dengan Servis Jaring

SINGARAJA – Cuaca buruk dengan angin kencang yang terjadi disejumlah wilayah Buleleng berdampak terhadap aktivitas nelayan di laut.

Di Buleleng sejumlah nelayan yang tergabung dalam kelompok nelayan Taruna Samudra di Pantai Anturan, Banjar Dinas Munduk, Desa  Anturan memilih libur melaut.

Selain itu para nelayan juga mengevakuasi perahu mereka dari bibir pantai untuk ditambatkan di daratan. Takut perahu mereka rusak karena dihempas ombak.

“Sudah sepekan kami tidak melaut bersama para nelayan lainnya. Akibat dari cuaca buruk dengan angin kencang dan gelombang laut. Kami lebih baik libur dulu, ketimbang mencari resiko,” aku nelayan Pantai Anturan Kadek Mare.

Dikatakan nelayan berusia 42 tahun, pergi melaut bukan asal jalan begitu saja dan harus mendapatkan tangkapan ikan. Dia bersama nelayan lainnya tetap mempertimbangkan kondisi cuaca.

Berbeda dengan bekerja di darat, kecil resiko kecelakaan. Sementara dilaut resiko lebih besar. Apalagi seperti sekarang gelombang laut tinggi.

“Ini dipesisir sudah keras ombak, kalau ditengah dengan jarak 100 meter dari bibir pantai gelombang laut bisa mencapai dua atau tiga meter. Bahkan gelombang laut bisa meningkat,” ungkapnya.

Menurut Kadek Mare, selama tidak melaut dan menunggu cuaca normal, sebagian besar nelayan mengisi waktu luang dengan membersihkan atau memperbaiki kapal serta jaring ikan.

Selain itu, ada pula nelayan yang beraktivitas menangkap ikan di sungai-sungai terdekat untuk bertahan hidup.

“Sebenarnya ada pekerjaan lain bagi nelayan mengantar tamu lihat lumba-lumba (Dolpin). Tamu terus ada, namun karena gelombang tinggi, sehingga tak mampu mengantar,” ucapnya.

Kadek Mare mengaku, akibat cuaca buruk membuat penghasilan sejumlah nelayan menurun. Jika sebelumnya dalam sekali melaut bisa mendapatkan hasil hingga 15 sampai 30 kilogram ikan, namun kali ini sepi. 

Turun pendapatan sehari-hari dengan terpaksa harus mencari pinjam uang lebih dulu di LPD Desa atau Koperasi untuk menyiasati kebutuhan hidup sehari-hari.

“Nanti kalau sudah cuaca normal dan dapat melaut baru pinjaman dari LPD saya cicil untuk dikembalikan,” ungkapnya.

Hal yang sama juga dikatakan Putu Suartana. Menurutnya, cuaca tak menentu dan cenderung buruk ini sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir.

Kondisi cuaca seperti ini membuat mayoritas nelayan tidak berani melaut. “Cuaca buruk serta gelombang tinggi bisa datang tiba-tiba, terutama pada pagi, sore dan malam hari,” katanya.

Dia memperkirakan cuaca buruk akan terjadi hingga bulan Maret mendatang.  Musim ini memang paceklik bagi nelayan. Full selama tiga bulan dari Januari sampai Februari, tak melaut.

Kendati tidak melaut, Suartana mengisi waktunya dengan memperbaiki jarang tangkapnya dan perahu milik.

“Ketimbang bengong dan tak ada pekerjaan ini yang kami lakukan sehari-hari, sembari ada pekerjaan lain datang,” ujarnya. 

SINGARAJA – Cuaca buruk dengan angin kencang yang terjadi disejumlah wilayah Buleleng berdampak terhadap aktivitas nelayan di laut.

Di Buleleng sejumlah nelayan yang tergabung dalam kelompok nelayan Taruna Samudra di Pantai Anturan, Banjar Dinas Munduk, Desa  Anturan memilih libur melaut.

Selain itu para nelayan juga mengevakuasi perahu mereka dari bibir pantai untuk ditambatkan di daratan. Takut perahu mereka rusak karena dihempas ombak.

“Sudah sepekan kami tidak melaut bersama para nelayan lainnya. Akibat dari cuaca buruk dengan angin kencang dan gelombang laut. Kami lebih baik libur dulu, ketimbang mencari resiko,” aku nelayan Pantai Anturan Kadek Mare.

Dikatakan nelayan berusia 42 tahun, pergi melaut bukan asal jalan begitu saja dan harus mendapatkan tangkapan ikan. Dia bersama nelayan lainnya tetap mempertimbangkan kondisi cuaca.

Berbeda dengan bekerja di darat, kecil resiko kecelakaan. Sementara dilaut resiko lebih besar. Apalagi seperti sekarang gelombang laut tinggi.

“Ini dipesisir sudah keras ombak, kalau ditengah dengan jarak 100 meter dari bibir pantai gelombang laut bisa mencapai dua atau tiga meter. Bahkan gelombang laut bisa meningkat,” ungkapnya.

Menurut Kadek Mare, selama tidak melaut dan menunggu cuaca normal, sebagian besar nelayan mengisi waktu luang dengan membersihkan atau memperbaiki kapal serta jaring ikan.

Selain itu, ada pula nelayan yang beraktivitas menangkap ikan di sungai-sungai terdekat untuk bertahan hidup.

“Sebenarnya ada pekerjaan lain bagi nelayan mengantar tamu lihat lumba-lumba (Dolpin). Tamu terus ada, namun karena gelombang tinggi, sehingga tak mampu mengantar,” ucapnya.

Kadek Mare mengaku, akibat cuaca buruk membuat penghasilan sejumlah nelayan menurun. Jika sebelumnya dalam sekali melaut bisa mendapatkan hasil hingga 15 sampai 30 kilogram ikan, namun kali ini sepi. 

Turun pendapatan sehari-hari dengan terpaksa harus mencari pinjam uang lebih dulu di LPD Desa atau Koperasi untuk menyiasati kebutuhan hidup sehari-hari.

“Nanti kalau sudah cuaca normal dan dapat melaut baru pinjaman dari LPD saya cicil untuk dikembalikan,” ungkapnya.

Hal yang sama juga dikatakan Putu Suartana. Menurutnya, cuaca tak menentu dan cenderung buruk ini sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir.

Kondisi cuaca seperti ini membuat mayoritas nelayan tidak berani melaut. “Cuaca buruk serta gelombang tinggi bisa datang tiba-tiba, terutama pada pagi, sore dan malam hari,” katanya.

Dia memperkirakan cuaca buruk akan terjadi hingga bulan Maret mendatang.  Musim ini memang paceklik bagi nelayan. Full selama tiga bulan dari Januari sampai Februari, tak melaut.

Kendati tidak melaut, Suartana mengisi waktunya dengan memperbaiki jarang tangkapnya dan perahu milik.

“Ketimbang bengong dan tak ada pekerjaan ini yang kami lakukan sehari-hari, sembari ada pekerjaan lain datang,” ujarnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/