28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:35 AM WIB

Inspiratif, Ikuti Imbauan Diam di Rumah, Raup Rupiah dari Tempat Botol

AMLAPURA – Pandemi Covid – 19 memaksa warga Bali untuk diam di rumah. Kondisi ini bagi sebagian orang tentu cukup berat.

Apalagi, yang terbiasa bekerja di luar rumah. Seperti buruh bangunan, tukang ojek, dan lain sebagaianya. Meski demikian, imbauan itu tetap dituruti masyarakat.

Seperti yang dilakukan warga Duda Utara, Selat, Karangasem. Mereka tidak mau menyerah demikian saja. Mereka tetap berupaya bertahan dari kondisi yang cukup berat ini.

Beberapa warga membuat kerajinan dari daun lontar berupa anyaman tempat botol. Salah satu di antara pengrajin tersebut adalah Ni Wayan Nova Puspitasari 22.

Ibu muda ini mengatakan kalau sebelumnya suaminya bekerja sebagai tukang batu tabas. Namun, karena kondisi seperti ini kerajinan batu pun terpukul tidak seramai dulu.

Sehingga dirinya harus menghidupi keluarganya dengan membuat anyaman khusus ini. Anyaman yang dia buat adalah tempat botol bir.

Anyaman ini berbahan daun lontar atau ental yang dianyam khusus sehingga menyerupai wadah. Nova Puspitasari mengakui satu buah anyaman dinilai Rp 1.700.

Sementara satu hari bisa dapat 15 buah. “Ya karena tidak terlalu fokus, namun dikerjakan sambil mengasuh anak dan masak,” ujarnya.

Namun demikian apa yang dilakukan cukup membantu. Sambil dirumah mengikuti himbauan pemerintah namun tetap produktif.

Sekalipun pengasilan tidak terlalu banyak namun cukup membantu. “Rata-rata sehari pemasukan dapat 25 ribu,” bebernya.

Untuk bahan baku sendiri dia membeli di Pasar Karang Sokong, Karangasem. Untuk ke pasar membeli bahan baku dia pergi seminggu sekali.

Sementara untuk penjualan tidak ada masalah karena sudah ada pengepulnya yang membeli. Mereka ini yang menjual sampai ke hotel hotel dan restoran.

Sebulan sekali dia setor ke pengepul yang kebetulan ibu kandungnya sendiri. Anyaman ini menggunakan dua warna utamnya untuk gantungan.

Untuk pewarna dia menggunakan pewarna biasa. Habis diwarnai di jemur kemudian barulah dianyam. Diakuinya beberapa warga di kampungnya juga ada yang melakukan kerajinan seperti ini.

“Banyak juga yang jadi pengrajin,” ujar istri dari Komang Adi tersebut. 

AMLAPURA – Pandemi Covid – 19 memaksa warga Bali untuk diam di rumah. Kondisi ini bagi sebagian orang tentu cukup berat.

Apalagi, yang terbiasa bekerja di luar rumah. Seperti buruh bangunan, tukang ojek, dan lain sebagaianya. Meski demikian, imbauan itu tetap dituruti masyarakat.

Seperti yang dilakukan warga Duda Utara, Selat, Karangasem. Mereka tidak mau menyerah demikian saja. Mereka tetap berupaya bertahan dari kondisi yang cukup berat ini.

Beberapa warga membuat kerajinan dari daun lontar berupa anyaman tempat botol. Salah satu di antara pengrajin tersebut adalah Ni Wayan Nova Puspitasari 22.

Ibu muda ini mengatakan kalau sebelumnya suaminya bekerja sebagai tukang batu tabas. Namun, karena kondisi seperti ini kerajinan batu pun terpukul tidak seramai dulu.

Sehingga dirinya harus menghidupi keluarganya dengan membuat anyaman khusus ini. Anyaman yang dia buat adalah tempat botol bir.

Anyaman ini berbahan daun lontar atau ental yang dianyam khusus sehingga menyerupai wadah. Nova Puspitasari mengakui satu buah anyaman dinilai Rp 1.700.

Sementara satu hari bisa dapat 15 buah. “Ya karena tidak terlalu fokus, namun dikerjakan sambil mengasuh anak dan masak,” ujarnya.

Namun demikian apa yang dilakukan cukup membantu. Sambil dirumah mengikuti himbauan pemerintah namun tetap produktif.

Sekalipun pengasilan tidak terlalu banyak namun cukup membantu. “Rata-rata sehari pemasukan dapat 25 ribu,” bebernya.

Untuk bahan baku sendiri dia membeli di Pasar Karang Sokong, Karangasem. Untuk ke pasar membeli bahan baku dia pergi seminggu sekali.

Sementara untuk penjualan tidak ada masalah karena sudah ada pengepulnya yang membeli. Mereka ini yang menjual sampai ke hotel hotel dan restoran.

Sebulan sekali dia setor ke pengepul yang kebetulan ibu kandungnya sendiri. Anyaman ini menggunakan dua warna utamnya untuk gantungan.

Untuk pewarna dia menggunakan pewarna biasa. Habis diwarnai di jemur kemudian barulah dianyam. Diakuinya beberapa warga di kampungnya juga ada yang melakukan kerajinan seperti ini.

“Banyak juga yang jadi pengrajin,” ujar istri dari Komang Adi tersebut. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/