28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:41 AM WIB

Duh, Pasca Operasi Tumor, Pemetik Cengkeh Lumpuh

RadarBali.com – Seorang pemetik cengkeh, I Nengah Ada, 44, mengalami lumpuh pada kedua kakinya pasca operasi tumor.

Warga Banjar Pulesari Kangin, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, terbaring lemas di dapur rumahnya.

Ditemui kemarin, Nengah Ada mengaku didiagnosa menderita tumor jinak pada ginjal sebelah kanan. Tidak berselang lama terjadi pembengkakan pada perut.

Nengah Ada yang sempat berobat di RS Sanjiwani Gianyar. “Lalu saya dirujuk ke (RS, red) Sanglah, kemudian dilakukan operasi bulan Maret 2016 lalu,” ujar Nengah Ada.

Pasca operasi, kondisi Nengah Ada cukup bagus. Ayah dua anak itu masih bisa beraktivitas di rumah, dengan mengambil kegiatan ringan. 

Lanjutnya, tiba-tiba kakinya lemas dan sulit untuk digerakan. Akhirnya Ada kembali ke dokter, dan diarahkan kembali untuk ke rumah sakit.

Selama 11 hari, Nengah Ada menjalani perawatan di RS Sanglah Denpasar. Dia pun menanyakan penangan lebih lanjut, dan disarankan untuk melakukan operasi.

“Katanya ada saraf kejepit. Bila melakukan operasi hasil nol persen kesembuhannya. Operasi atau tidak kondisi sama seperti ini. Kami memilih untuk pulang saja,” imbuh istri Nengah Ada, Ni Made Gita, menimpali perbincangan, kemarin.

Akhirnya Nengah Ada hanya dirawat di rumahnya. Dia pun kini tidur di dapurnya. Itu karena rumah yang ditempati saat ini hasil bedah rumah.

“Sebelumnya saya tidur di kamar sebelah, tapi dingin maka pindah tidur di dapur. Istri kasihan saya kena kepulan asap dapur, makanya dapur dibuatkan emperan,” ujar Ada.

Di sisi lain Nengah Ada biasa dibantu saudaranya bila ingin ke kamar mandi. Mengingat sang istri tidak mampu menggendongnya.

Upaya pengobatan secara tradisional sudah dilakoninya, namun tidak ada perubahan yang signifikan. Sebelum lumpuh kaki kiri mengecil dan kini kedua kaki ukuran tidak normal.

Nengah Ada pun berharap bisa memiliki kursi roda, sehingga ia bisa keluar kamar, paling tidak bisa menikmati sinar matahari. 

Bekas operasi masih nampak jelas di bagian perut Nengah Ada. Belakang tumbuh benjolan pada kepala bagian atas dan bagian belakang.

Diakui benjolan bagian atas keras, sedangkan bagian belakang lembek. Ia pun sudah memeriksakan, namun tidak ada tindakan yang diambil. 

Setelah sakit, pihaknya mulai mendapat bantuan beras miskin dan kini sudah memiliki jaminan kesehatan.

Selama masa pengobatan, Nengah Ada sampai meminjam uang Rp 20 juta di LPD, dan baru dibayarkan Rp 15 juta.

Nengah Ada merasa bersyukur karena diberikan keringan dalam membayar hutang. Bila tidak telat membayar tidak kena denda atau kelipatan. 

Pasca sakit, Nengah Ada tidak bisa bekerja, kini kelaurga hanya mengandalkan penghasilan istrinya sebagai buruh tani.

Penghasilan Rp 15 ribu – Rp 20 ribu sehari dan itupun tidak menentu. Nengah Ada dan Made Gita memiliki dua orang anak yakni Ni Wayan Miniasih dan I Kadek Widiasa. 

Karena keterbatasan ekonomi, Miniasih hanya sekolah hingga lulus SMP. “SD dan SMP dapat beasiswa tapi saat mau melanjutkan tidak ada beasiswa, anak saya memilih berhenti sekolah dan sekarang jadi buruh pengupas buah nangka,” ucapnya sembari menangis.

Sedangkan anak keduanya, Kadek Widiasa kini masih duduk di bangku kelas XII Jurusan Jasa Boga di SMKN 1 Tembuku, Bangli.

Sulitnya biaya ekonomi, membuat Widiasa menunggak pembayaran sekolah selama enam bulan. 

RadarBali.com – Seorang pemetik cengkeh, I Nengah Ada, 44, mengalami lumpuh pada kedua kakinya pasca operasi tumor.

Warga Banjar Pulesari Kangin, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, terbaring lemas di dapur rumahnya.

Ditemui kemarin, Nengah Ada mengaku didiagnosa menderita tumor jinak pada ginjal sebelah kanan. Tidak berselang lama terjadi pembengkakan pada perut.

Nengah Ada yang sempat berobat di RS Sanjiwani Gianyar. “Lalu saya dirujuk ke (RS, red) Sanglah, kemudian dilakukan operasi bulan Maret 2016 lalu,” ujar Nengah Ada.

Pasca operasi, kondisi Nengah Ada cukup bagus. Ayah dua anak itu masih bisa beraktivitas di rumah, dengan mengambil kegiatan ringan. 

Lanjutnya, tiba-tiba kakinya lemas dan sulit untuk digerakan. Akhirnya Ada kembali ke dokter, dan diarahkan kembali untuk ke rumah sakit.

Selama 11 hari, Nengah Ada menjalani perawatan di RS Sanglah Denpasar. Dia pun menanyakan penangan lebih lanjut, dan disarankan untuk melakukan operasi.

“Katanya ada saraf kejepit. Bila melakukan operasi hasil nol persen kesembuhannya. Operasi atau tidak kondisi sama seperti ini. Kami memilih untuk pulang saja,” imbuh istri Nengah Ada, Ni Made Gita, menimpali perbincangan, kemarin.

Akhirnya Nengah Ada hanya dirawat di rumahnya. Dia pun kini tidur di dapurnya. Itu karena rumah yang ditempati saat ini hasil bedah rumah.

“Sebelumnya saya tidur di kamar sebelah, tapi dingin maka pindah tidur di dapur. Istri kasihan saya kena kepulan asap dapur, makanya dapur dibuatkan emperan,” ujar Ada.

Di sisi lain Nengah Ada biasa dibantu saudaranya bila ingin ke kamar mandi. Mengingat sang istri tidak mampu menggendongnya.

Upaya pengobatan secara tradisional sudah dilakoninya, namun tidak ada perubahan yang signifikan. Sebelum lumpuh kaki kiri mengecil dan kini kedua kaki ukuran tidak normal.

Nengah Ada pun berharap bisa memiliki kursi roda, sehingga ia bisa keluar kamar, paling tidak bisa menikmati sinar matahari. 

Bekas operasi masih nampak jelas di bagian perut Nengah Ada. Belakang tumbuh benjolan pada kepala bagian atas dan bagian belakang.

Diakui benjolan bagian atas keras, sedangkan bagian belakang lembek. Ia pun sudah memeriksakan, namun tidak ada tindakan yang diambil. 

Setelah sakit, pihaknya mulai mendapat bantuan beras miskin dan kini sudah memiliki jaminan kesehatan.

Selama masa pengobatan, Nengah Ada sampai meminjam uang Rp 20 juta di LPD, dan baru dibayarkan Rp 15 juta.

Nengah Ada merasa bersyukur karena diberikan keringan dalam membayar hutang. Bila tidak telat membayar tidak kena denda atau kelipatan. 

Pasca sakit, Nengah Ada tidak bisa bekerja, kini kelaurga hanya mengandalkan penghasilan istrinya sebagai buruh tani.

Penghasilan Rp 15 ribu – Rp 20 ribu sehari dan itupun tidak menentu. Nengah Ada dan Made Gita memiliki dua orang anak yakni Ni Wayan Miniasih dan I Kadek Widiasa. 

Karena keterbatasan ekonomi, Miniasih hanya sekolah hingga lulus SMP. “SD dan SMP dapat beasiswa tapi saat mau melanjutkan tidak ada beasiswa, anak saya memilih berhenti sekolah dan sekarang jadi buruh pengupas buah nangka,” ucapnya sembari menangis.

Sedangkan anak keduanya, Kadek Widiasa kini masih duduk di bangku kelas XII Jurusan Jasa Boga di SMKN 1 Tembuku, Bangli.

Sulitnya biaya ekonomi, membuat Widiasa menunggak pembayaran sekolah selama enam bulan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/