29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:21 AM WIB

Jembrana Krisis Air Bersih, Korban Kekeringan Duga Karena Hutan Gundul

NEGARA – Air bersih di saat musim kemarau ini menjadi barang langka di Kabupaten Jembrana. Sumber mata air yang kecil menjadi rebutan ratusan warga.

Seperti yang dialami warga Banjar Tangimiyeh, Desa Berangbang, Kecamatan Negara. Sejak tiga bulan terakhir, warga bergantian mengambil air bersih dari sumber mata air di dekat Pura.

Khusus untuk mencukupi kebutuhan air minum dan memasak, warga mengambil air dari sumber mata air menggunakan jerigen dan galon air.

Sedangkan untuk mandi dan mencuci, menggunakan air limpahan dari sumber mata air ke aliran sungai. Karena airnya sedikit, warga mandi dan mencuci bergantian.

“Bisa sampai jam 10 malam kalau mandi sore, karena bergantian,” kata Ketut Budayasa, warga Banjar Tangimiyeh.

Selain dari Banjar Tangimiyeh, warga yang memanfaatkan air bersih dari mata air tersebut dari banjar lain karena akses jalan lebih mudah.

Bisa menggunakan motor untuk mengambil membawa air ke rumah dengan jerigen atau galon. Sebelumnya sudah mendapat air bersih dari BPBD Jembrana sebanyak 5000 liter air.

Bantuan air bersih sudah habis karena dibagi ke warga yang jumlahnya dalam satu banjar ratusan kepala kelaurga. “Air bantuan tidak cukup,” ujarnya.

Mata air di dekat pura terdapat dua sumber mata air yang dimanfaatkan warga. Setiap hari ratusan warga dari tiga banjar di desa Berambang rela antre untuk mengambil air dengan menggunakan jerigen atau galon untuk dibawa pulang.

“Pipa di hutan tidak ada air, Sudah ada empat bulan,” ujar Ketut Suastika, warga Desa Berambang. Minimnya air dari hutan ini, lanjutnya, diduga karena hutan di utara Jembrana sudah gundul diduga penebangan liar.

Akibatnya, air dari hutan berkurang. “Pipa alas ten wenten toye, wenten empat bulanan. terutama alas nike wenten rabasan alas nike mekade,” ungkapnya.

Senada diungkapkan Made Kartono, minimnya air bersih ini sudah terjadi setiap tahun dan semakin parah setiap tahunnya.

“Tiap tahun sudah pasti kayak begini, napi malih keadaan hutannya begitu sumber airnya ndak ada,” ujarnya.

Warga berharap pemerintah membantu membuat bak air penampungan air sehingga, krisis air warga setiap kemarau bisa diatasi.

NEGARA – Air bersih di saat musim kemarau ini menjadi barang langka di Kabupaten Jembrana. Sumber mata air yang kecil menjadi rebutan ratusan warga.

Seperti yang dialami warga Banjar Tangimiyeh, Desa Berangbang, Kecamatan Negara. Sejak tiga bulan terakhir, warga bergantian mengambil air bersih dari sumber mata air di dekat Pura.

Khusus untuk mencukupi kebutuhan air minum dan memasak, warga mengambil air dari sumber mata air menggunakan jerigen dan galon air.

Sedangkan untuk mandi dan mencuci, menggunakan air limpahan dari sumber mata air ke aliran sungai. Karena airnya sedikit, warga mandi dan mencuci bergantian.

“Bisa sampai jam 10 malam kalau mandi sore, karena bergantian,” kata Ketut Budayasa, warga Banjar Tangimiyeh.

Selain dari Banjar Tangimiyeh, warga yang memanfaatkan air bersih dari mata air tersebut dari banjar lain karena akses jalan lebih mudah.

Bisa menggunakan motor untuk mengambil membawa air ke rumah dengan jerigen atau galon. Sebelumnya sudah mendapat air bersih dari BPBD Jembrana sebanyak 5000 liter air.

Bantuan air bersih sudah habis karena dibagi ke warga yang jumlahnya dalam satu banjar ratusan kepala kelaurga. “Air bantuan tidak cukup,” ujarnya.

Mata air di dekat pura terdapat dua sumber mata air yang dimanfaatkan warga. Setiap hari ratusan warga dari tiga banjar di desa Berambang rela antre untuk mengambil air dengan menggunakan jerigen atau galon untuk dibawa pulang.

“Pipa di hutan tidak ada air, Sudah ada empat bulan,” ujar Ketut Suastika, warga Desa Berambang. Minimnya air dari hutan ini, lanjutnya, diduga karena hutan di utara Jembrana sudah gundul diduga penebangan liar.

Akibatnya, air dari hutan berkurang. “Pipa alas ten wenten toye, wenten empat bulanan. terutama alas nike wenten rabasan alas nike mekade,” ungkapnya.

Senada diungkapkan Made Kartono, minimnya air bersih ini sudah terjadi setiap tahun dan semakin parah setiap tahunnya.

“Tiap tahun sudah pasti kayak begini, napi malih keadaan hutannya begitu sumber airnya ndak ada,” ujarnya.

Warga berharap pemerintah membantu membuat bak air penampungan air sehingga, krisis air warga setiap kemarau bisa diatasi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/