26.5 C
Jakarta
21 November 2024, 0:37 AM WIB

Dirancang Tampung Pesawat Besar, Prioritas Akses Jalan Menuju Bandara

SINGARAJA – Pembangunan bandara di Kabupaten Buleleng menemui titik terang. Bahkan, proyek bandara ditargetkan rampung pada 2024 mendatang.

Keberadaan bandara baru di Bali Utara, diharapkan dapat mengurangi kepadatan penerbangan di Bandara Ngurah Rai.

Sebab pada 2026 Bandara Ngurah Rai sudah sangat krodit. Baik dari segi frekuensi penerbangan, maupun jumlah penumpang.

Terlebih kini banyak penerbangan internasional yang tak mendapat slot di Ngurah Rai. Rencananya pada 2024, panjang landasan pacu hanya 2.700 meter.

Selanjutnya pada 2029 panjang landasan akan dikembangkan menjadi 3.000 meter. Sementara tahap ultimate atau tahap akhir, panjang landasan akan mencapai 3.400 meter. Hal itu akan terjadi pada 2039.

“Kalau sudah tahap tiga, bisa menampung pesawat besar. Jadi dari Buleleng bisa langsung terbang ke Los Angeles, tanpa harus transit,” ungkap Bupati Agus.

Disinggung soal penetapan lokasi, Agus menyebut penlok harus menunggu kajian teknis dari Kemenhub. Ia juga menyatakan, penlok akan diterbitkan oleh Gubernur Bali Wayan Koster.

“Setelah rapat ini, akan ada perbaikan masterplan. Nah itu akan dirujuk ke Gubernur Bali untuk menerbitkan penlok.

Jadi, (penlok) itu memang diterbitkan gubernur, begitu aturannya. Tapi, harus ada data teknis dari Kemenhub.

Diharapkan minggu depan semua pertimbangan teknis selesai, berikutnya akan dibuatkan penlok oleh gubernur,” ujar Bupati Agus.

Selanjutnya setelah penlok terbit, pemerintah akan menyiapkan aksesbilitas jalan dari Denpasar menuju bandara di Bali Utara.

Sehingga bandara di Bali Utara tidak sepi, seperti Bandara Kertajati di Jawa Barat. “Rencananya begitu. Ada akses dulu, kemudian baru ada bandara.

Biar tidak mubazir bandaranya. Nanti pembangunan bandara akan diajukan ke program strategis nasional, atau alternatif lain dengan skema KPBU (Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha),” tukasnya.

Sekadar diketahui, tim teknis dari Kementerian Perhubungan, sudah sempat melakukan evaluasi lokasi di Desa Bukti dan Kubutambahan. Evaluasi itu dilakukan pada 5 September lalu.

Rencananya Bandara Internasional di Bali Utara akan memanfaatkan lahan seluas 400 hektare. Sebanyak 370 hektare diantaranya, akan memanfaatkan lahan milik Desa Adat Kubutambahan.

Saat ini sejumlah perusahaan disebut tertarik dengan rencana pembangunan bandara internasionla tersebut. Namun perusahaan yang terlihat serius adalah konsorsium yang terdiri atas PT. PP (Persero) Tbk, PT. Angkasa Pura I (Persero), dan Perusda Bali. 

SINGARAJA – Pembangunan bandara di Kabupaten Buleleng menemui titik terang. Bahkan, proyek bandara ditargetkan rampung pada 2024 mendatang.

Keberadaan bandara baru di Bali Utara, diharapkan dapat mengurangi kepadatan penerbangan di Bandara Ngurah Rai.

Sebab pada 2026 Bandara Ngurah Rai sudah sangat krodit. Baik dari segi frekuensi penerbangan, maupun jumlah penumpang.

Terlebih kini banyak penerbangan internasional yang tak mendapat slot di Ngurah Rai. Rencananya pada 2024, panjang landasan pacu hanya 2.700 meter.

Selanjutnya pada 2029 panjang landasan akan dikembangkan menjadi 3.000 meter. Sementara tahap ultimate atau tahap akhir, panjang landasan akan mencapai 3.400 meter. Hal itu akan terjadi pada 2039.

“Kalau sudah tahap tiga, bisa menampung pesawat besar. Jadi dari Buleleng bisa langsung terbang ke Los Angeles, tanpa harus transit,” ungkap Bupati Agus.

Disinggung soal penetapan lokasi, Agus menyebut penlok harus menunggu kajian teknis dari Kemenhub. Ia juga menyatakan, penlok akan diterbitkan oleh Gubernur Bali Wayan Koster.

“Setelah rapat ini, akan ada perbaikan masterplan. Nah itu akan dirujuk ke Gubernur Bali untuk menerbitkan penlok.

Jadi, (penlok) itu memang diterbitkan gubernur, begitu aturannya. Tapi, harus ada data teknis dari Kemenhub.

Diharapkan minggu depan semua pertimbangan teknis selesai, berikutnya akan dibuatkan penlok oleh gubernur,” ujar Bupati Agus.

Selanjutnya setelah penlok terbit, pemerintah akan menyiapkan aksesbilitas jalan dari Denpasar menuju bandara di Bali Utara.

Sehingga bandara di Bali Utara tidak sepi, seperti Bandara Kertajati di Jawa Barat. “Rencananya begitu. Ada akses dulu, kemudian baru ada bandara.

Biar tidak mubazir bandaranya. Nanti pembangunan bandara akan diajukan ke program strategis nasional, atau alternatif lain dengan skema KPBU (Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha),” tukasnya.

Sekadar diketahui, tim teknis dari Kementerian Perhubungan, sudah sempat melakukan evaluasi lokasi di Desa Bukti dan Kubutambahan. Evaluasi itu dilakukan pada 5 September lalu.

Rencananya Bandara Internasional di Bali Utara akan memanfaatkan lahan seluas 400 hektare. Sebanyak 370 hektare diantaranya, akan memanfaatkan lahan milik Desa Adat Kubutambahan.

Saat ini sejumlah perusahaan disebut tertarik dengan rencana pembangunan bandara internasionla tersebut. Namun perusahaan yang terlihat serius adalah konsorsium yang terdiri atas PT. PP (Persero) Tbk, PT. Angkasa Pura I (Persero), dan Perusda Bali. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/